Wajah Zaya kini sudah di depan wajah Diffen, menghalangi pandangan anak itu ke layar bioskop. "Lo takut?"
Diffen menggeleng riuh, "Engga, gw gak takut." Suara keras dari jump scare kembali hadir membuat dia langsung menutup wajah dengan kedua tangan nya.
"Mau pulang ...," rintihnya yang masih menutup wajah nya. Zaya tersenyum geli melihat seperti apa anak ini ketika ketakutan, dia memasukan tangan nya untuk melingkar di belakang leher anak itu, Zaya meraih kepala Diffen membawanya agar bersandar di pundak nya.
Saat anak itu ingin menjauhkan kembali kepalanya, Zaya terlebih dahulu menahan dan menghalangi pergerakan nya. Diffen mendongak dengan wajah kesal nya, namun di mata Zaya anak ini justru terlihat menggemaskan, "Jauhin tangan lo dari gw."
"Shut! gak boleh berisik kalo di bioskop," ucap Zaya yang masih menahan kepala anak itu, dia bahkan mulai berani mengusap kepala Diffen.
Karna merasa takut, Diffen sesekali memalingkan wajahnya ke arah Zaya seraya menutup kedua matanya rapat-rapat.
Zaya tersenyum geli dengan tingkah anak ini, "Kalo lo takut, harusnya jangan nonton horor," bisiknya.
"Bukan gw yang mau, lagipula gw pernah ko nonton horor di HP. Gak tau kenapa ini lebih serem."
"Di HP? judulnya apa emang?"
"Judulnya~ Argh!" Baru saja ingin menjawab dirinya kembali terkejut dengan adegan film.
Terdengar suara kekehan, Diffen mendongakan kepalanya sedikit, melihat Zaya yang tampak tertawa mengejek kondisinya, "Ngeselin."
"Lain kali, kita nonton kungfu panda aja ya," goda Zaya membuat wajah Diffen semakin berubah kesal.
Dia berniat menjauhkan tubuhnya dari Zaya namun gadis itu kembali mendorong dengan memegang pundak Diffen, tangan nya perlahan turun dan berhenti di pinggang anak itu.
"Diem atau gw cium."
Diffen yang terkejut nampak kesusahan meneguk salivanya sendiri, dia menunduk dan kembali fokus ke film.
Popcorn yang sudah ada di pangkuan Zaya pun mulai di ambil satu persatu oleh Diffen, anak ini mulai kembali menikmati popcorn nya. Saat hendak meraih popcorn kembali, tangan nya bersentuhan dengan tangan Zaya.
"Tangan lo dingin?" Zaya langsung menggenggam tangan Diffen, "Kenapa gak bilang kalo kedinginan?"
Karna rangkulan gadis itu sudah lepas, Diffen membenarkan posisi duduknya. "Gak papa, udah pake hoodie ko gw."
Namun Zaya tidak mendengarkan ucapan Diffen, Zaya meraih tangan Diffen yang lain, dia mengenggam tangan anak itu dengan kedua tangan nya. Kecupan lembut mendarat di tangan putih dan lembut milik Diffen.
Anak itu membulatkan mata kaget dan langsung menarik kedua tangan nya, Diffen menarik lengan hoodienya untuk menyembunyikan tangan nya itu disana.
"So-sorry, gw spontan. Gw gak bermaksud-"
"Udah, fokus aja ke film," sela Diffen. Keduanya pun berakhir dengan menikmati film masing-masing.
Zaya mendengus kesal, dia menepuk jidatnya sendiri. Dia meraup kasar wajahnya untuk kebodohan dan kesalahan yang dia ulang kembali.
"Bodoh lo Zay, lo kesini kan mau baikan sama dia malah tambah bikin masalah," batin nya.
Setelah film selesai, semua pengunjung mulai berdiri dan meninggalkan kursinya masing-masing. Jizzan yang sudah berdiri menatap kaget melihat sosok yang duduk di kursi dekat tangga itu. "Zaya?! lo kapan ke sini nya? ko gw gak nyadar?" serunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different (on going)
Teen FictionPernah dengar apa itu sindrom klinefelter? Sindrom yang memuat penjelasan ketika seorang pria memiliki kelebihan kromosom X. Itu yang di alami oleh Diffen. Dia terlahir dengan sindrom tersebut, membuatnya tidak percaya diri untuk memiliki tubuh lay...