Suasana di SMA Gloza High School sekarang benar-benar ramai dengan murid-murid yang berlalu lalang di dalam sana, bukan hanya murid dari sekolah Gloza melainkan ada banyak juga murid-murid yang berasal dari sekolah lain.
Di samping gedung sekolah, tepatnya di taman samping yang terlihat sepi, seorang gadis asing dengan rok kotak-kotak sepanjang lutut dan almameter hitam nya itu sedang berdiri bersandar di tembok, tangan nya memegang sebatang nikotin yang sedang dia hisap.
Gadis itu memiliki wajah yang tampak terkesan dingin dengan rambut lurus yang dia urai, tak lupa pony nya yang menutupi rapih dahinya itu.
Kepulan asap putih bercampur dengan udara di sana, gadis itu tampak menikmati nikotin yang dia hisap dengan tatapan dingin yang ia perlihatkan.
"Di sekolah ada larangan bagi murid nya untuk ngerokok," tegur seseorang.
Gadis itu menoleh melihat kedatangan seseorang yang menurutnya tak asing, senyuman geli muncul di wajahnya saat melihat siapa yang berani menegurnya tadi. Zaya.
Dia mengambil beberapa langkah mendekat, sengaja memperlihatkan pergerakan nya yang kembali menghisap nikotin nya itu, lalu mengepulkan asapnya tepat di wajah Zaya yang sudah menggangu waktu tenang nya.
Zaya memperlihatkan wajah datarnya, dia langsung merampas rokok milik gadis itu, membuangnya ke bawah dan langsung dia injak hingga hancur.
"Balik ke rombongan sekolah lo, jangan buat ulah di sekolah gw."
Gadis yang berada di depan Zaya sekarang adalah rival nya saat di kelas 1 SMA, Helen Mireda. Dulu Zaya merupakan anggota klub basket putri dan saat perlombaan antar sekolah dirinya harus melawan Amos High School.
Saat itulah dia bertemu dengan Helen, sikap angkuh, sombong dan licik gadis itu membuat kesan pertama mereka tidak bagus. Saat pertandingan tahun lalu salah satu teman Zaya terluka akibat kelicikan dari gadis itu dan teman-teman nya.
Sebab itulah, dia sangat tidak suka bahkan membenci gadis angkuh di depan nya sekarang.
"Halo, Zaya. Lama gak ketemu, gw gak nyangka tahun ini lo jadi ketua Osis." Helen mengarahkan kedua tangan nya untuk membenarkan alamameter milik Zaya sekaligus dasi nya, "Ketua Osis itu harus rapih dan ramah sama tamu undangan," tutur Helen dengan tatapan angkuhnya.
Zaya memalingkan wajahnya, dia menyingkirkan kedua tangan gadis itu dari tubuhnya. "Gw bakal awasin lo Helen, apa lagi di pertandingan tahun ini, peraturan bakal sangat ketat, kita gak akan ngebiarin lo buat bertindak licik lagi kaya tahun lalu."
Gadis itu malah terkekeh mendengar ucapan Zaya, "Licik? oh, come on, Zay! it's just a game, why am I being sneaky?" ucap nya. Zaya tersenyum tipis, dia mengambil satu langkah lebih dekat dengan Helen, "It's because you're a loser."
Senyuman angkuh Helen seketika memudar dari wajahnya, tatapan gadis itu berubah menjadi tatapan kebencian ke arah Zaya.
Zaya menepuk pundak Helen dengan senyum mengejek nya, "Semangat untuk lomba nya, siapin diri lo buat ngehadepin kekalahan sebenernya." Setelah mengatan itu Zaya berjalan pergi meninggalkan Helen.
Gadis itu mengepal erat tangan nya di bawah sana, menatap tajam punggung Zaya yang semakin lama semakin menjauh dari pandangan nya, dia menendang rerumputan di sana dengan kesal. "Fucking bitch!" umpatnya.
Dari arah depan nya, dua orang gadis datang menghampiri nya, seragam mereka sama persis yang berarti mereka juga siswi dari Amos High School.
Yela. Gadis berambut pendek dengan alis tajam nya, wajahnya yang simetris membuat nya terlihat cantik. Namun dia memiliki sifat yang buruk, mulut dan ucapan nya tak secantik parasnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different (on going)
Teen FictionPernah dengar apa itu sindrom klinefelter? Sindrom yang memuat penjelasan ketika seorang pria memiliki kelebihan kromosom X. Itu yang di alami oleh Diffen. Dia terlahir dengan sindrom tersebut, membuatnya tidak percaya diri untuk memiliki tubuh lay...