Zaya menggandeng Diffen menuju ruang Osis, hanya itu satu-satunya ruangan yang sepi sekarang karna rapat sudah selesai dia adakan.
Selama perjalanan banyak pasang mata yang menatap mereka dengan aneh, namun Zaya tampak menghiraukan nya dan terus membawa Diffen menuju ruang Osis.
Dia membuka pintu ruangan, di dalam ternyata ketiga teman nya masih ada di sana, terlihat sedang asik bermain game. Ketiganya melirik sejenak ke arah pintu, melihat kehadiran Zaya dan Diffen.
"Zay, ada apa lo bawa si Diffen ke sini?" tanya Keyzana dengan pandangan masih fokus dengan game di ponselnya.
Tidak ada jawaban dari Zaya itu tandanya gadis ini sedang tidak mau diberi banyak pertanyaan. Ketiga teman nya memilih diam dan melanjutkan game mereka.
"Minggir Den!"
"Key, lo maju napa!"Ya, ketiga sesekali begitu riuh dengan game nya itu.
Pandangan Zaya mulai dia arahkan ke arah seragam Diffen, memperlihatkan bagian perut seragam nya yang basah.
"Kuah nya tadi panas gak?"
Diffen menggeleng, "Engga, ini di bersihin sedikit udah selesai ko." Zaya tiba-tiba memegang kancing atas baju Diffen, membuat anak itu langsung menahan kedua tangan Zaya dengan tatapan terkejutnya, "Ma-mau apa?"
"Ngelepas baju lo lah, harus di ganti atau gak bakal bau, nanti malah berubah warna seragam lo."
"Ta-tapi ..." Diffen mengarahkan pandangan nya ke arah belakang Zaya sebelum akhirnya menunduk kan kepalanya. Gadis itu menoleh ke belakang, dan memergoki ketiga teman nya yang sedang melirik ke arah mereka, Zaya melemparkan tatapan tajam nya membuat ketiga teman nya itu langsung mengalihkan pandangan kembali ke ponsel mereka.
Kedua tangan Zaya segera dia turunkan, Zaya menoleh ke arah salah satu teman laki-laki nya, "Ar, cariin seragam gih buat ganti Diffen."
Yang di panggil sepertinya tidak mendengar atau bahkan terlalu fokus pada game nya, dengan wajah kesal Zaya mendekat dan tiba-tiba merampas HP Arzano membuat sang pemilik melemparkan tatapan kecewa, "Zay, apaan sih? belum kelar itu."
"Lo siapin dulu apa yang gw perintahin tadi, nanti gw top up in game sialan lo ini." Mata Arzano langsung berbinar mendengar ucapan gadis ini.
Anak itu langsung berdiri, "Siap!" serunya. Saat hendak melangkah dia kembali menoleh ke arah Zaya, "Tadi, lo nyuruh apa?"
Zaya mengeluarkan nafas kasarnya, "Cariin seragam buat si Diffen ganti baju," ulangnya. Arzano mengerutkan dahinya, "Kemana?"
"Ya lo cari lah bodoh! di koprasi kek atau minjem punya orang. Intinya harus bersih dan masih layak pake," tegasnya membuat Arzano mengangguk paham dan bergegas berjalan menuju pintu.
"Bentar ya, Fen. Ukuran baju lo apa?" ucap anak itu sebelum membuka pintu. Diffen mengangkat pandangan nya ke arah Arzano, "XL, Makasih."
Arzano segera keluar dari ruangan. Sementara Zaya meraih dua kursi di sana, membawanya ke arah depan meja kedua teman nya itu. "Sini, duduk." Diffen yang menunduk perlahan mendekat dan duduk di kursi itu.
Dia duduk di kursi kosong tepat di sebelah Diffen, pandangan gadis ini sepenuhnya mengarah ke anak di hadapan nya sekarang. "Gimana kronologinya tadi? kenapa lo bisa berhadapan sama si Danu sialan itu?"
Diffen meletakan dua tangan nya di atas pangkuan nya, meremasnya perlahan untuk menghilangkan kekhawatiran nya. "Ta-tadi, gw mau ngembaliin mangkuk bakso, terus gak sengaja nabrak dia dan akhirnya ribut kaya tadi."
Zaya mengeluarkan nafas kasarnya, dia menyandarkan punggungnya di kursi dengan wajah kesal, "Tuh kakel sialan bener-bener harus gw kasih pelajaran lagi kayanya." Mendengar itu membuat Diffen mengangkat pandangan nya, menoleh ke samping tepat ke arah Zaya, "Dia kakel yang berantem sama lo dulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Different (on going)
Teen FictionPernah dengar apa itu sindrom klinefelter? Sindrom yang memuat penjelasan ketika seorang pria memiliki kelebihan kromosom X. Itu yang di alami oleh Diffen. Dia terlahir dengan sindrom tersebut, membuatnya tidak percaya diri untuk memiliki tubuh lay...