Endang menggedor-gedor pintu dengan resah. Ia berteriak sekuat tenaga hingga suaranya hampir habis. Ia sangat takut sekarang, takut terjadi sesuatu pada Zia saat ia tak berada di sisinya. Ia menyandarkan badannya di pintu kamar mandi yang terkunci. Saat mendengar langkah kaki dan suara air di wastafel, wanita itu langsung berteriak, "Tolong, siapa pun di sana bukakan pintunya!"
Pintu terbuka dari luar, seorang wanita tak dikenal ternganga melihat penampilan Endang yang berantakan.
"Makasih." Endang langsung berlari keluar. Ia mengedarkan pandangan ke meja tempatnya dan Zia tadi. Tak ada orang di sana. Endang panik dan menyambar tasnya dari atas meja. Ia langsung menghubungi Andra.
"Pak Andra, tolong ke kafe Hipster sekarang, Zi-Zia hilang."
Tut tut tut.
Tanpa ada sahutan, panggilan langsung diputus dari seberang. Endang semakin panik sekarang, ia mengelilingi kafe itu dan sama sekali tak melihat tanda-tanda adanya Zia.
"Zia! Zia plis lo di mana?" Endang juga sudah menelepon beberapa kali, tetapi panggilan tidak bisa terhubung.
Endang melihat pelayan sedang mengambil piring kotor, ia segera menghampiri. "Mba, Mba ada liat teman saya yang ini. Tadi dia ada di sini, tapi sekarang nggak ada." Endang menunjukkan foto Zia.
Wanita itu tampak mengerutkan dahi dan menatap Endang dari atas ke bawah. Siapa pun bisa melihat kepanikan dalam diri wanita itu. Dengan ragu pelayan itu berkata, "Tadi dia sudah pergi dengan temannya."
"Teman?" Jantung Endang berhenti berdetak sesaat. Ia jelas tahu jika Zia tidak memiliki teman dekat selain dia. Dirinya yang selalu menemani ke mana pun perempuan itu pergi. "Gi-gimana ciri-cirinya?"
"Dia-" Belum sempat pelayan itu menjawab, bunyi barang-barang hancur terdengar tak jauh dari mereka. Para pekerja mulai berbondong-bondong melihat, seorang pria hampir menghancurkan beberapa kursi di depan.
"Pak Andra." Tubuh Endang menegang.
"Di mana manajer kafe ini?!" Suara Andra menggema di seluruh ruangan. Beberapa pelanggan yang tadi asyik makan turut tegang melihat kemarahan pria itu.
Tak lama kemudian seorang pria mengenakan jas berlari tergopoh-gopoh menghampirinya. "Ya, Pak, katakan apa yang bisa kami bantu? Jangan membuat keributan seperti ini."
Andra menarik kerah pria itu hingga hampir mencekiknya. Endang langsung berlari menghampiri.
"Pak Andra, tolong jangan gegabah. Kita harus cari solusi untuk menemukan Zia." Endang menarik manajer kafe itu mundur, pria itu terbatuk beberapa kali. "Pak, istri bapak ini menghilang dari kafe ini, jadi tolong bantu kami dengan mengecek CCTV-nya."
Pria itu tampak akan menolak, tetapi begitu matanya bertemu tatapan tajam Andra, ia pun mengangguk setuju. Mereka berjalan ke ruangan tempat pemantau CCTV-nya. Memeriksa setiap lokasi yang tertangkap kamera di waktu yang telah disebutkan Endang.
"Itu dia!" Andra menunjuk ke dua wanita yang mendekati kasir. "Celia ... kau benar-benar bosan hidup ya?" Andra mengepalkan tangannya kuat. "Lihat ke mana mereka pergi!" Mereka memeriksa kamera bagian depan kafe, dan melihat salah satu dari mereka tampak memaksa pihak lain mengikutinya menjauh dari jalan ramai. Andra tak bisa menunggu lebih lama, langsung keluar dari ruangan dan berlari keluar kafe.
Endang juga tak kalah cekatan, ikut berlari di belakang Andra.
Di depan kafe Andra mengedarkan pandangan, arah depan kafe jalan raya, sebelah kiri ada toko yang banyak pengunjung. Tatapan Andra beralih ke kiri dan mulai melangkah. Kakinya melangkah hingga jalan menjadi lebih sepi, dan ada gang sempit yang juga tampak gelap. Jantung Andra berdegup kencang, ia tak bisa membayangkan apa yang terjadi jika Celia membawa Zia ke sana. Kakinya berhenti melangkah sesaat, Endang yang mengekor di belakang juga turut berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Dengan Duda? SIAPA TAKUT! (END)
RomanceMenikah memang selalu menjadi impian Zia di usianya yang tak lagi muda. Ia berharap seorang pria tampan, kaya, baik, dan sangat mencintainya tiba-tiba datang melamar ke rumah. Gadis itu bisa saja menerima jika dijodoh-jodohkan dengan siapa pun asal...