• Kesalahahpahaman

227 9 0
                                    

Semalaman Zia terjaga, ia hanya duduk di kursi depan meja rias. Matanya sudah bengkak, entah karena menangis ataupun karena tak tidur sama sekali. Ia pergi ke dapur membantu sang mama begitu waktu sudah menunjuk pukul enam pagi. Walaupun bibirnya tersenyum, dalam hati sangat perih bahkan tak tertahankan. Namun, ia tak mau menunjukkan itu pada keluarganya.

“Ma, hari ini Zia pulang ke rumah sama Mas Andra, ya.” Semua harus mereka bicarakan berdua karena itu memang masalah mereka.

Bunga hanya menganggukkan kepala. Berapa kali pun ia bertanya perihal mata bengkak Zia, tidak akan ada jawaban. Wanita itu hanya setuju karena anak-menantunya sudah dewasa, tentu tahu bagaimana menghadapi masalah suami istri. Itu memang prinsipnya, tak akan mengurus masalah rumah tangga anak, kecuali mereka meminta bantuan sendiri. Akan tetapi, bohong jika dibilang ia tak khawatir saat ini.

“Kamu bangunin suami kamu gih, biar kita sarapan.”

Zia menganggukkan kepala dan mulai menaiki tangga. Belum juga ia tiba pintu kamar sudah terbuka. Penampilan berantakan Andra membuatnya terlihat lebih menawan. Pria itu tersenyum lebar begitu melihat sang istri. Ia mereganggkan otot, dan mengembangkan tangan berniat memeluk sang istri. Namun, Zia melewatinya dan masuk kamar.

“Sayang, maaf kemarin mas benar-benar kelelahan dan tertidur. Janji deh lain kali nggak lagi.” Andra mengekor di belakang Zia dan memohon-mohon.

“Nggak ada lain kali, Mas, hari ini kita pulang.”

“Yes!” seru Andra kegirangan. “Oke, mas mau mandi dulu." Pria itu menyambar handuk dan setengah berlari ke kamar mandi.

Tangan Zia yang membuka lemari terhenti sesaat. Tetesan cairan bening mengalir di pipinya. Ia menghela napa berat dan menyeka wajahnya sebelum kembali mengeluarkan beberapa barang yang akan dibawa ke rumah mereka.

Perjalanan pulang terasa canggung karena Zia tak banyak berbicara. Keseringan hanya mengangguk dan menggelengkan kepala, sedangkan Andra tampak sangat bahagia. ‘Apa dia bahagia karena Zia pulang atau sesuatu yang lain?’ Zia berpikir keras dengan sesekali melirik sudut bibir Andra yang terus terangkat. Sangat bahagia.

“Mas, kamu cinta nggak sama aku?”

Andra yang masih menyetir sontak menoleh dengan wajah tak berekspresi. “Maksud kamu apa?”

“Tinggal jawab aja, apa susahnya?”

Pertanyaan perempuan itu bagaikan jebakan Batman. Dijawab takut salah, tidak dijawab tambah salah. Seperti halnya sekarang, Zia langsung terisak begitu tak mendengar respons dari sang suami. Kalau kata zaman sekarang, perempuan itu ratunya overthinking. Andra membuang napas pelan dan terus mengemudi hingga mobil mereka tiba di depan gerbang. Tak perlu menunggu, Pak Tohir sudah muncul dan membukanya lebar dan mobil pun masuk ke garasi. Andra mematikan mesin dan melepas sabuk pengaman, di sampingnya Zia masih juga terisak meski sekarang sudah lebih tenang daripada pertama tadi.

“Sebelum mas jawab pertanyaan kamu, gimana perasaan kamu sama mas? Apa kamu cinta?” Andra memutar badan hingga menatap Zia yang menutup wajahnya. Perempuan itu tak bereaksi.

“Apa pun yang menjadi jawaban kamu, itulah jawaban mas.” Andra kembali ke posisi semula dan membuka pintu. Pria itu berjalan memutar dan membuka pintu sebelah Zia, ia melepaskan sabuk pengaman dan menuntun wanita itu turun. Karena Zia menepisnya, Andra tak punya pilihan lain selain mengangkat tubuh sang istri.

Ini hari Sabtu, Andra tak pergi ke kantor. Namun, telepon pria itu tak diam sejak tadi. Ia sibuk berbincang dengan sosok lain di seberang. Zia hanya diam saja di tempat tidur bahkan setelah sang suami selesai menelepon dan duduk di sampingnya.

Nikah Dengan Duda? SIAPA TAKUT! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang