02. Telat lagi.

59 9 0
                                    

"Astagfirullah Lintang! Alarm kamu!"

Secepatnya Lintang terbangun sebelum Mamanya mendatangi kamarnya,

Dia kucek matanya, kemudian ia matikan alarmnya,

"Lintang udah siap, Ma!" Teriaknya.

Lintang pun turun dari ranjangnya,

Sebenarnya, Lintang sudah siap sejak tadi. Tapi kantuknya tiba-tiba datang, jadi dia pun memilih untuk merebahkan dirinya sebentar,

Eh, tidak terasa malah hampir saja dia telat lagi untuk menjemput Dira.

"Allahu akbar,"

Gelinding!

Brukkk!

"Ya Allah Lintang!"

Sang Papa yang baru saja duduk di meja makan pun, cepat-cepat bangun untuk mendekati putranya yang barusan saja terjatuh dari tangga,

Dia saksikan betul, tubuhnya menggelinding dari atas sana hingga ke dasar,

Lintang memegangi kepala bagian belakangnya yang berdenyut,

Sang Mama yang baru saja keluar dari kamarnya dengan menenteng tasnya dan tas suaminya, pun, ikut terkejut, lalu ia pun mendekat,

Rio pun langsung memeriksa keadaan kepala anaknya yang sejak tadi dipegangi itu,

"Lintang nggak papah kok, Pa--"

"Kamu hati-hati dong, Lin. Coba sini papa liat--"

"Nggak Pa,"

Lintang menggeleng keras,

Rio yang melihatnya jadi kesal sendiri, jadi dia pun bangkit untuk kembali ke meja makan,

Mungkin karena Lintang laki-laki, jadi tidak ingin dianggap cemen.

Maya pun membantu putranya untuk bangun,

Tapi baru saja berdiri, Lintang kembali ambruk,

Lintang juga kaget sendiri, dia tiba-tiba jadi begini,

Mungkin kakinya keseleo.

Rio pun kembali, tanpa mempedulikan ocehan anak bungsunya itu, pun, Rio langsung menggendong Lintang ala bridal style untuk dibawa ke sofa,

Direbahkannya tubuh sang anak,

Kemudian ia paksa tangan Lintang yang masih memegangi bagian kepalanya yang sakit itu,

"Lintang!" Pekik Maya saat kaget melihat tangan putranya sudah dilumuri darah,

Bahkan sepasang mata indah itu hampir mengeluarkan air matanya, jika saja tidak melihat Lintang yang cengengesan.

Rio pun berdecak lidah, "ini kepala kamu harus dijait ini. Robek,"

Lintang menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, "perih, Pa," keluhnya, yang malah mendapat sentilan maut dari Papanya di dahinya.

"Makanya jangan sok jagoan. Cukup di depan Dira ajah kamu begitu."

Lilintangan 🖕

Ra, maaf ya hari ini gue nggak bisa jemput, lo.

Mau ke rumah sakit dulu bentar.

Tiba-tiba tangan Dira jadi tremor setelah membaca pesan dari tetangganya itu,

Secepatnya ia sentuh icon telpon untuk menghubungi nomornya,

Fri(End) ||  [JIN x LISA] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang