07. Sakit hati

51 4 4
                                    

"Apaan sih, Din. Aku kan cuman mau main ke rumah kamu, masa nggak boleh sih?!"

"Kita udah jadian loh,"

"Biar pun aku masih SMA, tapi aku ini idaman tante-tante juga,"

"Yang artinya aku tuh dewasa!"

Nadin hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir melihat Dimas yang malah merajuk,

Iya. Tadi dia marah hanya gara-gara Nadin, lagi-lagi menolak permintaannya untuk bisa apel di rumah kekasihnya itu,

Ya, Nadin-nya juga sih, tidak mengatakan pada Dimas, kalau orang tuanya itu kolot,

Diperbolehkan keluar saja Nadin itu sudah untung-untungan, ini kalau ceritanya dia membawa Dimas ke rumahnya, tidak bisa dibayangkan akan semurka apa papanya,

Ditambah lagi, Dimas yang statusnya masih anak SMA, ya pasti nanti Papanya semakin menjadi-jadi,

Dan apa lagi, apa lagi, apa lagi, statusnya lelaki SMA ini adalah kekasihnya,

Papanya pasti akan meledak-ledak kalau tahu!

"Bukannya gitu, Dim. Aku cuman mau jalanin pelan-pelan dulu,"

Dimas pun menarik napasnya panjang akhirnya. Keputusan wanitanya final, dan dia juga sudah capek berdebat sejak tadi,

"Yaudah, boleh nggak gantinya kita ciuman ajah? Kan itu juga termasuk bertahap,"

Ya, iya sih, semenjak mereka sudah menyandang status pacaran, mereka hanya pegangan tangan saja, belum sampai ke tahap cumbu-mencumbu,

Nadin malah menggigit bibir bawahnya ragu,

Ya masalahnya ini first kiss-nya,

Beda cerita dengan Dimas yang katanya sudah pernah berpacaran,

Dimas yang tahu kalau Nadin ragu-ragu pun, lama-kelamaan dia malah keki sendiri,

Lantas dia pun bangkit dari duduknya karena Nadin yang tak kunjung menjawab,

"Kamu mau kemana?" Katanya saat ia lihat Dimas yang sudah menangkring di atas motornya dan siap untuk memakai helmnya, "mau pulang lah, capek aku sama kamu!" Motor pun dinyalakan, "kamu pulangnya pesen Go-car ajah."

Dimas pun melenggang,

Nadin kembali menggelengkan kepalanya,

Ya bagaimana pun juga, Dimas itu usianya dibawahnya,

Dimas memang bisa dibilang sudah dewasa, kadang malah lebih dewasa ketimbang dirinya, tapi pengalamannya belum luas,

Jadi kadang merajuk sampai Nadin pusing sendiri,

"Resiko pacaran ama anak kecil ya gini!"

Nadin juga akui, kalau dirinya juga belum dewasa.

Seharian tidak ada Lintang rasanya hampa sekali,

Ketambahan gebetannya juga bolos,

Benar-benar sepi jiwa dan raganya saat ini,

"Hayo sih cepetan pulang. Mau ke rumah sakit nih."

Seusainya sekolah, Dira memang tidak langsung pulang dulu melainkan benar adanya ke rumah sakit,

Tapi langkahnya belum sampai menjejaki bangsal Lintang, langkah terhenti masih jauh di sana ketika netranya melihat Lintang yang tengah bersama seorang wanita yang sama memakai baju pasien sepertinya,

Wanita itu terlihat sangat sehat, tidak seperti Lintang yang wajahnya masih pucatnya saja seperti kemarin malam saat ia meninggalkannya,

Bahkan wanita itu yang mendorong kursi roda yang dinaiki Lintang,

Fri(End) ||  [JIN x LISA] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang