10. Rujuk

37 4 0
                                    

"Huh?! Mama mau rujuk ama Papa?!"

"Mama diancem apa sih ama itu orang huh?!"

"Nggak! Pokoknya Dira nggak setuju!"

Dira pun menghentikan acara makannya, kemudian bangkit tapi Lintang yang duduk di sampingnya pun menahan pergelangan tangannya dan menyuruhnya untuk kembali duduk,

Dia menelan ludahnya dalam-dalam, melihat ekspresi wajah Lintang yang mode serius,

Jadinya dia kembali terduduk,

Masih kekeuh dengan pendiriannya, dia bahkan enggan membalas tatapan ibunya, Dira sibuk mengaduk-ngaduk makanannya yang sudah tidak ada seleranya itu,

"Papa kamu udah berubah, Ra--"

"Ya tapi untuk sekarang ajah ma, karena hartanya udah abis gara-gara si Pelakor. Coba kalo dia udah ada duit lagi, yakin deh, bakalan selingkuh lagi tuh orang!"

Indri menarik napasnya begitu dalam, lalu ia keluarkan secara perlahan,

Putrinya ini memang keras kepala sekali,

Sementara Lintang, dia hanya menyaksikan ibu dan anak ini saling melempar argumen yang ujung-ujungnya Indri terus menarik-ulur napasnya dengan sesekali menjejalkan nasi ke dalam mulutnya,

Tidak ingin ikut campur, karena Lintang tahu batas dimana ia harus bersuara,

"Kamu masih butuh sosok Papa, Ra--"

"Dira nggak butuh Papa, Ma. Dira masih ada Lintang yang bisa jadiin sosok Papa bagi Dira!" Potongnya penuh dengan tekanan lagi emosi,

Indri memalingkan wajahnya pada Lintang yang baru saja menghela napas,

Detik itu juga Lintang meraih telapak tangan yang sudah kemerahan itu akibat mengepal terlalu lama, yang demikian si pemilik tangan ikut memalingkan wajah padanya,

Pandangan Lintang tidak bisa Dira artikan seperti biasanya,

Jujur Lintang sendiri juga kecewa, kalau Dira memang tidak bisa melihat dirinya sebagai lawan jenis yang harus dicintai,

Tapi ...,

Waktunya yang tidak banyak itu menjadi kendala,

"Ra, umur manusia itu nggak ada tau. Kalo tiba-tiba gue mati gimana? Siapa lagi yang bisa jadi sosok Papa buat lo?"

Manik Dira tiba-tiba memanas, dan selang beberapa detik air matanya jatuh, "lo kalo ngomong!"

Genggaman Lintang semakin erat. Pandangannya juga tak main-main seperti ucapannya,

Mengiris tipis hatinya sampai air matanya terus tumpah begini.

"Lo jangan pikirin diri lo sendiri ajah dong, Ra. Lo punya gue, tapi Mama punya siapa, Ra?"

"Gue tau, Mama punya lo, tapi dia juga butuh sandaran, Ra--"

"Tapi orangnya nggak harus Papa, Lin!"

Pluk!

Pelukan Lintang memang terbaik,

"Ra, cinta itu nggak bisa dibatasi. Lo harus terima Mama yang masih cinta ama Om. Bisa kan lo teken ego lo demi Mama?"

"Mama juga berhak bahagia, Ra,"

"Kebahagiaan Mama itu cuman ada di Lo dan Om. Mama cuman kepengen keluarganya kumpul lagi,"

"Nggak ada salahnya mulai dari nol lagi. Apalagi lo dan Mama bukan wanita yang gampang ditipu kayak dulu,"

"Keadaan lo ama Mama udah beda sekarang ini, Ra. Mama udah ikhlas kasih kesempatan buat Om, jadi lo juga sebaiknya bisa kasih kesempatan buat Om."

Fri(End) ||  [JIN x LISA] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang