"Jujur sama gue, lo tuh naksir Lintang nggak sih?!"
Dira sebenarnya sudah lelah meladeni Maudi, tapi ya untuk jaga image dan kesehatan mental Maudi, yang kata Lintang si Maudi ini bisa gila kapan saja,
"Gue suka lah ama dia. Kan Lintang sahabat baik gue--"
"Jangan mengatasnamakan sahabat deh. Tapi menurut hati lo yang terdalam gimana? Lo naksir nggak? Kalo nggak, Lintang gue ambil boleh?"
Lama-kelamaan Dira jadi keki juga!
Apa-apaan diambil?!
Memangnya Lintang barang apa?!
"Lo sebenernya maunya apa sih?! Kok rese amat--"
"Comblangin gue ama Lintang Kalo gitu,"
Mendadak bibir Dira bisu,
Bagian dadanya sakit mendengar kata comblang,
Dira juga tidak mengerti?! Mengapa kata itu terdengar menyebalkan sekali sampai membuat dadanya sejak begini,
Ah, Dira jadi teringat dulu. Dia pernah meminta pada Lintang untuk mencomblangkan dirinya dengan Dimas,
Saat itu, reaksi Lintang bagaimana, ya?
Apa sama seperti dirinya--yang sangat. Sangat tidak ikhlas?
Apa biasa saja?
"Tapi gue kasih tau ya, lo bukan tipenya Lintang,"
Maudi menarik kedua sudut bibirnya seraya bersidekap angkuh.
"Terus harus kayak lo gitu?"
Kedua alis Dira menyatu kesal,
"Kalo iya kenapa?"
Kekehan remeh terbit sudah. "Selera Lintang payah!"
Dira memutar bola matanya malas, dia pun memilih untuk bangkit. Dia benar-benar sudah lelah, dan lebih baik ke kantin untuk cari bahan kunyahan daripada nantinya Maudi yang ia kunyah hidup-hidup,
Baru saja Dira selangkah meninggalkan mejanya. Mendadak ia membatu saat Maudi kembali bersuara.
"Lintang itu orangnya baik banget. Gue yakin, gue minta dia jadi pacar gue juga pasti dia mau. Karena Lintang paling nggak suka liat gue sedih."
Dan Dira hanya bisa mengepalkan kedua tangannya erat.
"Semuanya lagi nggak ada di rumah Neng. Mereka pergi ke kampusnya Den Almeer," kata salah satu pelayan yang tadi ditanyakan oleh Dira kemana perginya Lintang,
Iya. Tadi pulang sekolah, Dira langsung terbang ke sini. Tidak mampir ke rumahnya dulu sekedar untuk ganti baju,
"Yaudah deh, aku nyusul ajah ke sana bi--"
"Tapi kayaknya sekarang juga nggak lagi ada di kampusnya deh, Neng. Soalnya tadi Nyonya bilang, mereka kepengen jalan-jalan gitu."
Dira memicingkan matanya penuh selidik kepada dua pelayan yang berdiri di hadapannya,
Kedua pelayan itu akhirnya menunduk sambil menelan salivanya masing-masing takut ketahuan bohongnya.
"Bibi nggak lagi pada bohongin Dira kan?" Tanyanya penuh curiga,
Keduanya kompak menggelengkan kepala.
Dira hanya bisa menarik napasnya panjang, "yaudah deh, Dira balik ajah. Assalamualaikum." Pamitnya yang diantar sampai depan teras oleh keduanya.
Selagi jalan, Dira menghubungi nomor Lintang. Nomornya tersambung, tapi tak kunjung juga diangkat,
"Yaudah deh telpon Mama ajah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fri(End) || [JIN x LISA] - END
FanfictionTerjebak di friendzone memang Tidak menyenangkan. Kitanya naksir, tapi si doi belum tentu juga naksir balik. "Gue berasa jagain jodoh orang anjirrr!" -Lintang Mahendra