"Mata kamu bengkak amat, Ra? Kamu nangisin Lintang apa gimana?"
Mendengar nama itu keluar dari mulut ibunya, Dira yang tadi hendak duduk pun ia urungkan. Ia cangklong kembali ranselnya,
"Loh, kamu nggak mau sarapan? Apa mau langsung ke rumah Lintang?"
Wajah Dira malah semakin asam,
"Lintang baru pulang loh subuh tadi, dia sengaja larang Mama takut ganggu kamu--"
"Lintang mati juga Dira nggak peduli!"
Lantas Dira pun berbalik, kemudian melenggang seenak jidatnya. Tak ia hiraukan ibunya berceloteh panjang agar Dira menarik kembali kata-katanya,
Indri menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, laranya kembali menyerang hatinya saat perbincangan dirinya dan tetangganya itu ia ingat lagi perihal penyakit Lintang,
"Padahal nanti kamu bakalan nggak berenti-berenti nangisnya kalo Lintang udah nggak ada, Ra."
Dan permintaan Lintang pada dirinya hanya satu ...,
"Ma, rahasiain penyakit aku dari Dira, ya. Aku nggak mau dia sedih."
Di sekolahan sedang ramai,
Pasalnya kali pertama ini salah satu Most Wanted sekolahan berangkat pagi,
Ya, siapa lagi kalau bukan Dimas.
Pagi-pagi sekali Dimas sudah datang bukan karena piket atau apa pun, tapi karena memang dia lagi fase patah hati,
Semalam dia bertengkar dengan Nadin,
Sungguh, Dimas bingung harus bagaimana?!
Satu-satunya jalan dia ingin konsultasi dengan Lintang.
Kenapa Lintang?
Tidak mungkin dia bertanya dengan kakaknya Fajar yang sama-sama anak kuliahan dengan Nadin,
Tanya ke Bang Almeer yang notabenenya kakaknya Lintang juga itu hal yang mustahil, karena Dimas tak sedekat itu,
Jadi, dia akan menunggu Lintang,
Sebelumnya kemarin Dimas bolos, jadi dia tidak tahu kalau Lintang sakit,
Bahkan sepertinya hari ini, pun, Lintang tidak masuk,
"Pacar lo kemana, Ra?"
Tanya Dimas yang baru saja duduk di depan meja Dira,
Dira mendelik bingung, "siapa? Gue mana punya pacar sih elah," sinisnya,
Entahlah, kegugupan yang biasa ia rasakan kalau di depan Dimas tiba-tiba hilang begini kalau sudah menyangkut Lintang,
Kejadian Lintang membela gadis yang kemarin itu teringat lagi jadinya,
"Yeee malah sewot. Ya Lintang lah siapa lagi!"
Dira hanya menghedikan bahunya enteng, kemudian ia berbalik untuk menimbrung dengan teman sekelasnya yang lain,
Seriusan, Dira juga tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya,
Pokoknya hal-hal yang berkaitan dengan Lintang, Dira ingin menjauhinya dulu.
Bel tanda usainya sekolah pun berkumandang indah di setiap telinga para siswa,
Ada yang cepat-cepat pulang,
Ada yang mendumel karena harus piket dulu,
Ada juga yang bermacak lebih dulu sebelum keluar kelas karena ingin bertemu dengan pacar ataupun gebetan,
Dimas mencepatkan langkah, ia hadang Dira yang lagi-lagi seharian ini wajahnya kecut sekali,
"Gue ikut, ya. Mau main ke rumahnya Lintang," pintanya, Dira memutar bola matanya malas. "Terserah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fri(End) || [JIN x LISA] - END
FanfictionTerjebak di friendzone memang Tidak menyenangkan. Kitanya naksir, tapi si doi belum tentu juga naksir balik. "Gue berasa jagain jodoh orang anjirrr!" -Lintang Mahendra