Susah. susah rasanya. Larissa berpikir, dengan adanya orang-orang yang hadir dihidupnya itu sungguh menyenangkan. namun, tidak demikian. Larissa hidup sebatang kara. tidak ada keluarga. sendirian. ditengah kejamnya dunia. hanya kedua kaki mungilnya, ia berdiri. Ia iri, sangat iri. Setiap melihat keluarga orang lain yang masih utuh. Dengan seorang Ayah, sebagai kepala keluarga. Dengan seorang Ibu, sebagai ibu rumah tangga. dan Anak sebagai pelengkapnya.
Sungguh keluarga yang Cemara, kan? hanya orang-orang terpilih yang mempunyai hal selengkap itu di dunia. Larissa berharap, di kehidupannya nanti, ia mempunyai keluarga yang utuh.
Di setiap kegelapan malam, dengan hembusan angin menyertai, dan bulan terang benderang yang menyinari. Larissa tetap kesepian. sangat. Ibarat kopi tanpa gula, pahit.
Tapi, disisi lain, Larissa bersyukur. masih ada sedikit orang yang masih peduli dengannya. membantunya.
Lamunan Larissa seketika hilang ketika mendengar notifikasi handphonenya. ia menoleh menatap layar ponselnya. terdapat sebuah pesan singkat. dari temannya, Viola. teman sebangkunya.
Violalaa
Sa, lo besok sekolah,ga?
Iya, ola. aku sekolah.
Besok lo ikut gue ya?
temenin gue ke Cafe.Iyakah? ikutt. bosen
di rumah sendirian.Oke. bareng gue besok. pake mobil.
Siap!
Larissa tersenyum, merasa senang. Hanya karena diajak jalan. Dia Violasy Aryulera Cantika. Teman sebangkunya. sudah berteman dengannya semenjak kecil. ibunya dan ibu Viola teman semasa SMA. berteman hingga mereka besar seperti ini. namun bedanya, Ibu Viola masih ada, sedangkan Ibunya, tidak.
Larissa meletakkan handphonenya di pangkuannya. menghela nafas sembari meraih gelas berisi hot chocolate. minuman kesukaan Larissa. menarik nafas lega saat merasakan hangatnya minuman itu mengalir di tenggorokannya.
Inilah ia, Larissa Riquel Cantika. gadis manis, kulit putih bersih. dengan tahi lalat disamping kiri bibir bawahnya. serta alis tebal dan menyambung. Alisnya sama seperti ibunya, tersambung.
Larissa adalah anak dari seorang suami isteri. yang berdarah Belanda dan Indonesia. Ibunya Belanda, sedangkan Ayahnya Indonesia sedikit campuran Jawa, dari kakeknya.
Tingginya tidak seberapa, hanya 160cm. pas, kan? tidak pendek juga tidak tinggi. matanya bewarna Cokelat terang. dari ayahnya. Saat ini, Larissa masih anak yang duduk di bangku SMA, lebih tepatnya di SMA BAL'S NEGERI.
Kelas 11, MIPA. suka Matematika, Bahasa Inggris, dan IPA. sering memenangkan juara olimpiade sekolah. serta menulis puisi. Juga sedikit bisa menyanyi. juga membuat sketsa apapun itu. Larissa anak yang cukup pandai dalam bidang apapun. semuanya bisa. bahkan, ia bisa berbahasa Belanda serta Berbicara bahasa Inggris lainnya.
Tapi, kelemahannya hanya satu, yaitu, tidak bisa bahasa Jawa. padahal, ia keturunan Jawa. apalagi Viola, temannya, perempuan berdarah Jawa. mendengarnya berbicara bahasa Jawa membuatnya mumet dan kebingungan.
Apalagi ketika temannya itu sedang kesal, bahasa-bahasa itu keluar dengan sangat panjang. suaranya juga menjadi cempreng.
Larissa menghela nafas kemudian berdiri dari duduknya, berjalan masuk kedalam kamarnya. sedari tadi, dia hanya duduk di balkon kamarnya. menutup pintunya. ia bersiap untuk tidur, setelah cuci muka dan menyikat giginya, ia kemudian berjalan dan merebahkan tubuhnya diatas kasur. memejamkan matanya, perlahan-lahan mulai tertidur lelap. nafasnya terdengar beraturan. siap menjemput pagi harinya. dan mulai bersekolah seperti biasa.
Malam itu, suasananya terasa tenang, entahlah. juga tidurnya terasa nyaman. apakah tidurnya ditemani oleh sang ayah dan ibunya?
ia berharap didalam tidurnya, bermimpi keduanya, ayah dan ibunya. Semoga, ya?
Larissa ingin. sangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS | GAFFAR & LARISSA
Teen FictionKatanya, Garis kehidupan sudah ditentukan oleh Tuhan. Tapi, sebagian besar, semua orang memilih melenceng dari tujuan hidup. Karena, tidak sesuai dengan kemauan mereka. Tapi, ada seseorang yang memilih untuk tetap mengikuti alur yang sudah ditetapka...