Gangguan

1 0 0
                                    

Larissa mengikuti pembelajaran dikelasnya dengan hati yang tak nyaman, sebenarnya ia marah sekali sekarang, tersinggung juga.

Tapi, mau bagaimana? selain menurut juga mengikuti semua, semuanya yang Gaffar suruh. Ia menatap Viola yang juga sedang melamun sedari tadi, ia tahu itu.

Pasti memikirkan tentang kejadian di Cafe. Larissa juga sedikit penasaran, kenapa bisa Viola berurusan langsung dengan The Fould Tiger's? Padahal, Viola sendiri yang menyuruhnya tak berurusan dengan satu anggota pun dari geng itu,

"Ola.. kamu mikirin apa? ngelamun dari tadi." Larissa menggenggam tangan Viola, ia menatap sendu sahabatnya itu, semakin sedih juga penasaran yang bercampur aduk. Ketika melihat mata Viola berkaca-kaca hendak menangis, tapi, lebih dulu ia usap.

"Ola.. kamu lagi sedih ya? curhat sama aku aja, yuk? aku dengerin, kok." Larissa mengusap tangan Viola dengan lembut, berharap bisa menenangkan dirinya

"Gue gapapa, santai.." Viola tersenyum tipis, ia terkekeh kecil, tangannya terangkat mengusap rambut Larissa seperti biasanya, "Cuman lagi ga mood aja, jangan pikirin gue."

Larissa yang juga sedang merasa sedih juga tertekan, ikut-ikutan ingin menangis, bibirnya melengkung kebawah, hendak menangis "Ola.. aku juga lagi sedih sama kaya kamu, senasib aja berarti." Larissa merebahkan kepalanya dilipatan tangan,

Viola menghela nafas, ia juga ikut merebahkan kepalanya dilipatan tangan, sama seperti Larissa, bertatapan dengan mata sahabatnya itu "Sorry, ini pasti gara-gara gue yang bawa lo ke cafe itu kemarin, kalau engga, ga bakal ketemu sama cowo sialan itu, Sa."

"Jangan minta maaf, ini bukan salah kamu, Ola. Inikan kemauan aku juga.." Larissa tersenyum lembut, ia menatap langit-langit kelasnya, menghiraukan guru yang sedang memberikan materi didepan kelasnya saat ini, "Meskipun, rasanya aku kaya pengen lari dari cowo itu, ga tahan. Sikapnya itu, loh."

Viola diam-diam tersenyum getir, tangannya mengepal kuat, "Sama, Sa."

Mendengar hal itu, Larissa memusatkan perhatiannya pada Viola yang lagi  memejamkan matanya, "Maksudnya?"

"Bajingan itu, gabakal ngebiarin gue pergi kali ini, dia ada, ada." Viola berbicara didalam hatinya, tak sanggup mengatakan sejujurnya pada Larissa.

"Gapapa." Viola menatap Larissa, ia tertawa pelan "Salah denger kali lo, cebol."

Larissa membelalakkan matanya terkejut, bibirnya tiba-tiba saja cemberut, ia melotot kearah Viola "Apa kamu bilang!? aku ini udah tinggi, tau! kamu aja yang kelebihan hormon."

Viola menutup wajahnya, ia tersenyum lebar, senang sekali mengejek sahabat mungilnya ini, ia semakin ingin tertawa lagi merasakan tusukan kecil di pipinya,

"Jangan ditutup wajahnya, aku pengen cubit bibirmu itu! buka!"

Larissa menarik-narik tangan Viola dengan gemasnya, ia juga berdecak sebal beberapa kali, dan Viola semakin menutupi wajahnya saat ia semakin tertawa puas, 

"KALIAN BERDUA!"

Larissa dan Viola seketika terdiam, mereka bertatapan dengan pandangan terkejut, Larissa menutup mulutnya, ia menggelengkan kepalanya pelan, matanya melotot

"MAJU KE DEPAN!" Guru Bahasa Indonesia itu marah-marah, ia berkacak pinggang menatap kedua perempuan yang sedang terdiam kaku mendengar teriakan membahana nya tadi.

"Kamu, sih! nyebelin!" Viola yang mendengarnya hanya tertawa pelan, ia berdiri dari duduknya, meraih tangan Larissa membawanya maju kedepan,

"Apa, Bu?" Dengan santainya Viola menatap ibu guru tersebut dengan wajah pongahnya, ia tersentak ketika merasakan pukulan kecil dipunggung nya, ia menolehkan kepalanya menatap Larissa, sahabatnya itu menatapnya tajam,

GARIS | GAFFAR & LARISSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang