Cafe

2 1 0
                                    

Larissa dan Viola sedang berada di cafe, sesuai keinginan Viola. Ia mendudukkan dirinya dikursi. menatap ke segala arah. Cafe nya tampak ramai, dan interiornya memanjakan mata pada anak-anak muda. Larissa suka. Ia menoleh menatap Viola yang memanggilnya "Iya? kenapa, Ola?"

"Lo mau pesan apa? biar gue pesenin." Ucap Viola. ia berdiri dari duduknya, menatap Larissa. Larissa terdiam sejenak sebelum berbicara dengan lembut, ia tersenyum tipis "Coffee latte." Viola mengerutkan keningnya bingung, menggelengkan kepalanya, sedikit sekali pesanannya "Makanannya? pesen juga."

"Cake vanilla, ya?"

"Siap!"

Larissa tersenyum tipis, ia memilih menunggu temannya itu memesan makanan. Beberapa menit kemudian, Viola kembali ketempat duduknya, menghela nafas "Nanti waiters nya yang nganterin."

"Oke."

"Gimana kerjaan lo?"

"Baik-baik aja, kok."

"Syukurlah."

Mereka terdiam sejenak ketika waiters mengantarkan pesanan mereka. Mulai menyantap hidangan mereka masing-masing. "Enak." Viola tersenyum tipis sembari menganggukkan kepalanya menyetujuinya "Iya. Cafenya juga bagus. Padahal, kita belum pernah kesini. katanya, sih, baru grand opening kemarin."

Mereka berbincang santai, membahas tentang apapun itu. biasalah, wanita. Pasti membicarakan hal random, Larissa sesekali tertawa dengan candaan Viola. humornya termasuk rendah. Seringkali tertawa karena hal-hal yang sepele. apalagi, dengan guyonannya Viola. sungguh, ia tak tahan. Ia menghela nafas kemudian meminum coffee nya, matanya menatap kearah pintu, saat melihat ada seseorang yang baru saja masuk.

Matanya membulat sempurna, ia tersedak. dengan cepat ia memalingkan wajahnya, tangannya memegangi tangan Viola. Menggelengkan kepalanya panik, masih tersedak. "Ola! coba liat kearah pintu!"

Viola yang masih bingung dan terkejut dengan sikap Larissa, menolehkan kepalanya kearah pintu. Ia terdiam kaku kala melihat seorang gerombolan pria, sepertinya ini geng tapi, bukan itu masalahnya.

The Fould Tiger's. Geng ciptaan Gaffar Novanno Semantha. Dengan ia sebagai ketuanya. dan Liamier Ornando Beliung, Sebagai wakilnya. Mendadak Cafe terdengar senyap dan sunyi. Siapa yang tidak kenal dengan Geng ini? semuanya mengenalnya. Geng yang sering berbuat onar, dan tawuran di pusat kota. Bahkan pernah membuat orang masuk kedalam rumah sakit, dan koma. Mereka semua dilindungi oleh orang-orang penting. Mereka semuanya sangat kaya.

"Ola...cowo itu liat kearah sini ga sih?"

"Iya, Sa. mau duduk kayanya."

"Mampus aku."

"Pergi, yuk?"

Tapi, mereka sama-sama terdiam kaku, ketika para The Fould Tiger's. mendudukkan tubuh mereka dibelakang kursi mereka, hanya berjarak 2 meja dari tempat duduk Larissa. Tepat dibelakangnya. "Mampus aku, Ola."

"Gapapa, ayo. Pelan-pelan aja, jangan menimbulkan suara. Takutnya, mereka notice"

Viola merapikan barang-barangnya, masih sempat-sempatnya ia meminum secangkir Coffee miliknya, sayang. mahal soalnya.

"Pelan-pelan." Larissa memegangi tangan Viola, berjalan membelakangi geng Gaffar, dan berjalan menyamping. Wajah Viola terlihat tenang. Sedangkan Larissa terlihat panik bukan main. Berjalan seperti kepiting. Sebenarnya, Larissa ingin tertawa, tapi, ia tahan. Karena, ini hidup dan matinya.

"Mba... mba lipstik nya jatuh tuh!"

Para The Fould Tiger's yang pada awalnya, pada kegiatan masing-masing, memfokuskan perhatian mereka kearah kedua gadis tersebut, termasuk Gaffar. Mata hitam legamnya itu menatap lekat kedua objek didepannya. Entah kenapa, ia juga ikut tertarik untuk melihatnya. Namun, lebih tertarik menatap punggung salah satu perempuan mungil. Dengan rambutnya sedikit cokelat sebahu. alisnya terangkat, merasa familiar dengan ciri-cirinya. Sedetik kemudian, ia menyeringai penuh arti. meet again?

Larissa dan Viola saling tatap, mata mereka melotot lucu. Larissa berbicara namun tidak bersuara "Lipstik kamu, tuh!" Viola menggelengkan kepalanya panik "Mau dibiarin aja, tapi lipstik gua mahal, 6 juta cuy!" Semakin panik Larissa dibuatnya. Ia menghela nafas "Ambil."

"Serius lo? melawan kematian anjir!"

"Mau gimana lagi? udah deh! bentar"

Larissa berjongkok, tangannya yang mungil itu berusaha mengambil lipstik Viola, Namun, genggaman tangannya dengan Viola tidak dilepas. Mengambil lipstik itu sambil membelakangi geng Gaffar. The Fould Tiger's menatap Larissa dan Viola dengan pandangan aneh. Salah satu dari mereka berceletuk "Biasa aja kali, kita ga gigit, kok."

Mendengar perkataannya, semakin panik Larissa, ia bergegas mengambilnya dengan cepat.

Hap! Larissa tersenyum manis saat berhasil mengambil lipstik tersebut, lantas ia tergesa-gesa berdiri, lalu berjalan cepat sambil menyeret Viola. "Dapet!"

Saat mereka hampir sampai kearah pintu keluar. BRAK!

"HAH!" Larissa dan Viola terdiam kaku. Pasalnya, pintunya tiba-tiba tertutup dengan kencang, apalagi, sedikit retak kacanya. Cafe tiba-tiba sunyi, hawanya tidak enak. Juga senyap. Larissa merasa ada yang janggal. Larissa merasa ia diperhatikan dengan sangat lekat dari belakang tubuhnya. Ia menundukkan kepalanya menatap lantai, genggaman tangannya antara dia dengan Viola mengerat. Terlihat bayangan sepatu dari arah belakang tubuhnya. Berdiri dibelakangnya.

"Lo kira, gua ga tahu, hm?"

Larissa terdiam ketika merasakan nafasnya yang berat dilehernya. Apalagi, suaranya terdengar dingin dan penuh penekanan, berbicara "Lo gabisa kabur gitu aja. Setelah dengan gampangnya, lo ganti ruginya lewat m-banking gua."

"Gua butuhnya, lo. Datang ke gue secara langsung."

GARIS | GAFFAR & LARISSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang