"Kalian belum pada tidur?"
Jisoo baru saja pulang pukul sebelas malam. Pekerjaan kantor yang begitu menumpuk membuatnya mau tidak mau harus segera menyelesaikannya. Terlihat begitu miris saat harus berangkat pagi buta dan pulang larut malam seperti ini. Melelahkan namun tidak ada pilihan untuk mengeluh atau sedikit saja beristirahat.
"Yak! Film ini menyebalkan, bagaimana mungkin pemeran utamanya harus meninggal dengan cara setragis itu?"
"Terkadang memang seperti jalan ceritanya. Tapi menurutku memang sudah bisa di tebak dari awal!"
Jisoo hanya tersenyum tipis saat kembali diacuhkan oleh ketiga adiknya. Dia benar-benar tidak terlihat walaupun berusaha untuk memberikan perhatian.
"Sudah, ayo tidur. Kalian harus kuliah dan sekolah besok pagi. Jangan sampai telat karena terlalu larut tidurnya."
Jennie melirik sekilas pada Jisoo yang duduk tidak jauh dari mereka. Namun seolah menyindir dan kembali mengacuhkan. Ketiganya langsung masuk ke dalam kamar masing-masing. Tidak peduli akan Jisoo yang kembali terenyam karena perlakuan mereka.
"Nona Jisoo, biarkan Bibi saja yang membereskan. Lebih baik Nona Jisoo istrahat, atau mau makan dulu?"
Jisoo menggeleng pelan. Satu-satunya yang selalu memperhatikan dan menaruh belas kasihan padanya hanyalah Bibi Kang. Dia tahu semuanya namun kembali harus terdiam saat Jisoo sendiri yang memintanya.
"Tidak Bibi, aku akan langsung istrahat saja. Bibi juga harus istirahat setelah membereskan semua ini."
Bibi Kang hanya mengangguk hingga menatap pada punggung lunglai Jisoo yang mulai berjalan menuju kamarnya. Dia benar-benar memiliki hati yang begitu lapang. Tidak peduli bagaimana kerasnya Diara yang selama melakukannya dan bahkan ketiga adiknya yang terus membencinya. Jisoo tetap memilih untuk bertahan di rumah ini dengan menyimpan rapat keskitannya sendiri.
"Mau ke mana lagi, Lisa-yaa?"
Jisoo kembali melihat Lisa yang keluar dari kamarnya dengan membawa boneka kesayangannya. Tapi kembali tanpa menjawab, Lisa langsung mengetuk kamar Jennie. Tentu saja Jisoo sudah bisa menebak jika Lisa ingin tidur bersama Jennie.
"Ne. Aku memang bukan Unnie yang baik. Bahkan untuk bisa memeluk kalian saat ingin tidur bersama saja, aku tidak bisa melakukannya."
Tes!
Jennie mengusap kasar air matanya. Menatap pada Jisoo yang sudah tertidur setelah mendapat suntikan dari Dokter yang membuatnya sedikit lebih tenang.
Chaeyoung meneleponnya dengan tangisan yang terdengar begitu jelas. Membuat Jennie segera pulang tanpa peduli jika sore ini dia ada meeting penting bersama klien Eomma-nya. Seulgi bahkan berulang kali menelepon karena Diara terus bertanya padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E N G K U H ✔
Fanfiction"Mianhae..." Jennie, Chaeyoung, dan Lisa. Mereka bertiga membenci kakaknya sendiri, Ahn Jisoo yang selalu dinomorsatukan oleh Eomma mereka.