R E N G K U H ■ 15 ✔

796 80 44
                                    

Jennie melangkah pelan masuk ke ruang ICU dengan perasaan yang terhimpit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jennie melangkah pelan masuk ke ruang ICU dengan perasaan yang terhimpit. Kembali melihat bagaiamana Jisoo terbaring tanpa mampu melakukan apapun membuat hati kecilnya terenyam. Operasi berhasil dilakukan, namun kondisi Jisoo tetap jauh dari kata baik. Dokter bahkan tidak bisa memastikan jika Jisoo bisa melewati masa kritisnya.

"Unnie..."

Jennie terus tercekat dalam balutan air mata yang terus mengalir. Menyentuh lembut pada tubuh Jisoo yang penuh dengan hiasan alat medis yang seolah penunjang hidupnya hanya untuk bertahan. Terlepas satu pun bahkan bisa membuat hidup kakaknya berakhir. Semua itu semakin menghantam Jennie pada kenyataan pahit. Jisoo berkorban terlalu besar tapi juga harus membayar kepahitan yang tidak seharusnya dia tanggung.

Menghadapi bagaimana kerasnya Diara karena rasa sakit akan kehilangan di masa lalu.

Jennie sudah sejauh itu meninggalkan Jisoo. Bahkan sama sekali tidak tahu apa yang selama ini Diara rahasiakan pada mereka bertiga. Jisoo bertompang pada dirinya sendiri dibalik rasa sakit yang harus dia tanggung sendirian. Ketiga adiknya bahkan tidak pernah peduli, sebaliknya semakin menumbuhkan rasa benci yang tentu saja sangat melukai Jisoo yang begitu menyayangi mereka meskipun hanya sebagai saudara tiri.

"Stt. Bibi pelan-pelan, lumayan perih saat disetuh."

Jennie pernah memergoki Bibi Yoo mengompres wajah Jisoo. Entah apa yang terjadi tapi sudut bibirnya berdarah dan lebam. Keningnya juga membiru yang Jennie yakini jika itu karena sebuah benturan.

"Sudah, Bibi. Aku harus segera ke kantor, Eomma sudah menelponku."

Jennie baru saja ingin mendekat namun Jisoo lebih lebih dulu menghindarinya. Dulu Jennie sempat menyesal karena menaruh kasihan pada Jisoo. Tapi sekarang dia semakin menyesal karena baru menyadari apa yang sebenarnya terjadi di saat luka kakaknya sudah begitu besar hingga harus menyerah dengan segala rasa sakitnya.

"Nyonya Diara sering kali melakukan hal buruk pada Nona Jisoo. Bibi tidak tahu bagaimana caranya Nona Jisoo merahasikan semua itu, tapi Bibi sangat menyesal karena tidak pernah mengatakan hal ini. Bibi juga melakukan kesalahan karena terlambat untuk berkata jujur bahkan setelah kondisi Nona Jisoo seperti ini. Maafkan Bibi."

Air mata Jennie semakin berjatuhan. Memberanikan diri untuk menyentuh dada Jisoo yang terbalut perban dengan bercak darah yang timbul semakin menariknya dalam lubang bersalah yang begitu menghantam.

Jisoo pasti sangat kesakitan.

"Jennie-yaa. Aku mungkin akan memilih pergi jika saja aku bisa melakukannya. Tapi bagaimana mungkin aku meninggalkan kalian bertiga? Benci aku sebesar yang kalian bisa lakukan, maka aku akan tetap mencintai kalian sebesar yang bisa aku lakukan. Jika aku sudah menyerah, aku hanya berharap kalian benar-benar bahagia tanpa rasa bersalah."

Kali ini Jennie yang sangat memohon pada Jisoo untuk tidak menyerah. Memohon pada kakaknya untuk melihat bagaimana ketiga adiknya akan membalas rasa sayang dan cintanya yang begitu besar pada mereka bertiga selama ini.

R E N G K U H ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang