"Sudah satu minggu, kenapa kau juga belum bangun, Jisoo Unnie?"
Lisa tersenyum getir. Mengusap tangan Jisoo dengan jemarinya tanpa berani menggenggam seolah takut menambah kesakitan Jisoo yang masih terbaring tidak sadarkan diri di bankarnya. Hal yang sering kali Lisa lakukan pada Jisoo adalah memarahinya penuh kekesalan dan bahkan mengumpat buruk tanpa menaruh rasa hormatnya sebagai seorang adik.
Tapi sekarang dia benar-benar merasakan kehampaan yang menyelinap perih di hati kecilnya. Menatap Jisoo dalam keadaan seperti ini membuatnya benar-benar dipeluk rasa bersalah dan penyesalan. Dia sendiri yang berulang kali berandai mungkin akan sangat menyenangkan jika dia tidak memiliki Jisoo sebagai kakaknya. Namun nyatanya sangat menyedihkan saat harus melihat kondisi Jisoo yang seperti ini. Tidak meresponnya sedikipun, dan hanya menyisahkan deru monitor detak jantungnya yang terus mengalun.
Jisoo seolah balas dendam dengan mengabaikan setiap apa yang Lisa ucapkan padanya.
"Kau sudah berhasil membuat kami memberikan perhatian padamu kan? Jadi ayo, buka kedua matamu, Jisoo Unnie. Bangunlah."
Air mata Lisa meluruh pada akhirnya. Sekuat mungkin menahan namun seolah terdorong begitu saja karena himpitan hatinya yang benar-benar tidak mampu dia kendalikan. Hancur perlahan karena kondisi Jisoo yang seperti ini membuatnya kembali mengingat segala ucapan buruknya yang tidak seharusnya dia berikan ada Jisoo Unnie-nya.
"Eomma menyayangi kalian. Jangan berpikir jika Eomma mengabaikan kalian. Maaf... jika yang kalian lihat hanya perhatian Eomma yang selalu tertuju padaku."
"Apa tidak ada kata selain maaf, Jisoo Unnie? Kau selalu mengatakan hal yang sama. Tapi nyatanya kau tetap mementingkan dirimu sendiri. Aku muak dengan semua pekataanmu yang penuh dengan kebohongan itu."
Selain tidak bisa merengkuh tubuhnya sendiri dalam pelukan yang seutuhnya tanpa beban. Jisoo juga tidak mampu merengkuh ketiga adiknya ke dalam pelukannya penuh dengan rasa percaya dan kenyamanan. Sebaliknya hanya rasa sakit dan benci yang selalu dia daptkan dari ketiga adiknya tanpa sedikitpun memberinya kesempatan untuk menjelaskan.
"Jika Unnie bisa pergi meninggalkan kalian, Unnie pasti akan melakukannya. Tapi tidak peduli sebesar apapun rasa benci kalian pada Unnie. Aku tetap akan di sisi kalian sebagai kakak kalian yang ingin melihat kalian selalu bahagia walaupun bukan aku yang menjadi alasannya."
Jisoo kembali menjatuhkan air matanya dalam ketidaksadarannya yang kali ini membuat Lisa mengusapnya penuh dengan rasa khawatir. Dia sama sekali tidak pernah sudi untuk menyentuh Jisoo, tapi kali ini dia melakukannya penuh hati-hati seolah takut untuk melukai kakaknya yang tengah tidak sadarkan diri itu.
🍂°°°🍂
"Kau yakin ingin bergabung dengan perusahaan, Jennie-yaa? Bukankah kau sendiri yang mengatakan jika kau tidak ingin bergabung dengan perusahaan ini karena ada Jisoo disini?" Seulgi tertawa pelan. "Ck! Aku lupa. Tentu saja kau bisa melakukannya karena saat ini Jisoo tidak ada lagi di sini. Dia koma di rumah sakit karena kecelakaan, bukankah hal itu juga yang selama ini begitu kau harapkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
R E N G K U H ✔
Fanfiction"Mianhae..." Jennie, Chaeyoung, dan Lisa. Mereka bertiga membenci kakaknya sendiri, Ahn Jisoo yang selalu dinomorsatukan oleh Eomma mereka.