CHAPTER 5

13 4 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

RENGGANIS & GARIS TAKDIR

Tanah lapang ditumbuhi rerumputan China beserta tanaman anggur, cherry dan berbagai jenis sayur lalapan terawat baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanah lapang ditumbuhi rerumputan China beserta tanaman anggur, cherry dan berbagai jenis sayur lalapan terawat baik. Di tengah tanah yang lapang berdiri sebuah rumah khas Eropa berpadu dengan nuansa putih abu-abu yang memberi kesan elegan dan modern. Disertai pintu berbahan kayu kokoh dengan sedikit sentuhan tekstur kotak-kotak menambah kesan klasik dan instagram able.

"Aychel, kamu tidak makan sambal matah ini?" Wanita paruh baya menyentuh mangkuk kecil yang berisikan sambal matah, sambal khas Bali.

"Hm? Makan, Bu. Ini... sama lalapan juga." Aychel menunjuk pada lauk pauk di piringnya.

Siang ini Ibu menghidangkan sambal matah bersama lalapan rebus dan mentah. Ayah Aychel yang merupakan seorang vegetarian sangat menyukai hidangan seperti saat ini.

"Sempurna, masakanmu terbest, Sayang!" Pria paruh baya itu datang dari wastafel usai menaruh piring kotor bekas makannya. Ia baru saja menyelesaikan makan siang terenak dan memuji hal itu.

"Entar malam mau lauk apa lagi?" tanya Ibu disela suapannya.

"Ayam sama sambel ini aja lagi, Bu. Enak pwoll!" girang Aychel membayangkan betapa lezat perpaduan ayam goreng bersama dengan sambal buatan Ibu.

"Yakin? Oke deh."

Universitas Fuhrer, Jerman. Sore ini pukul setengah dua siang Aychel memiliki jadwal kuliah. Hari pertama setelah 6 hari tidak menginjakkan kaki di sini. Dari awal gerbang kampus yang besar ini ia sudah ditatap sinis dan menjijikkan, tak luput pula dari sindiran orang yang menyinyirinya.

Aychel meregam erat jari-jarinya pada tas ransel yang ia kenakan di punggung. Kuku jari itu pucat karena tekanan dan kegeraman yang membuatnya ingin sekali mengolesi bibir mereka dengan sambal.

"Assalamu'alaikum." Aychel memasuki kelasnya dengan raut kesal.

'Bruk'

"Hahaa" Suara tawa mengelegar seketika usai Aychel membanting tas ranselnya yang di mana membuat tabletnya terjatuh.

"What?!" Aychel memaki dirinya yang tidak mengancing ransel dengan benar sehingga tablet berisikan hasil kerja kerasnya selama di Aceh seakan sia-sia.

"Udah... gapapa, belum rusak kok tablet lo." Leka, sahabatnya dari Padang. Gadis berkulit kuning langsat itu datang dan merebut tablet itu dari tangan Aychel.

"Ih iya, maksud gue isinya hasil kerja semua."

"Kerja apa lo di Aceh? Penelitian doang, jangan lebay ah. Entar gue temenin hadap Mr. Jakob," ujar Leka santai seraya mengemut lolipopnya.

"Em... Nala di mana, Ka?" Aychel celingak-celinguk mencari keberadaan sahabatnya yang satu.

"Biasa."

"Di toilet?" Leka mengangguk menanggapi pertanyaan Aychel.

Aychel duduk di samping Leka yang sejak tadi datang sudah mendudukkan bokongnya di sana.

"Bokong gue udah bisulan baru lo duduk," ujar Leka sinis.

Jangan khawatir pasal Aychel dan perasaan teman-temannya, jujur saja mereka semua sudah kebal, Leka yang besar bersama paman dan tantenya sering berpindah-pindah, pernah ia di Jakarta, Bandung, Medan, NTT, Aceh dan banyak lagi yang pernah ia singgahi, sehingga tak heran ia bisa dengan mudah bergaul dan memiliki jokes yang sangat beragam.

"Nanti kapan-kapan ajarin aku ngomong gitu ya, Ka. Aku mau bisa kayak kamu, beragam."
Leka mengacungkan jempol dan menepis hidungnya dengan keren.

"Eh iya, kerasukan apa lo ngucap salam?" Leka bertanya dengan kerutan tipis di kening.

"Ha? Aku ngucap salam?" Aychel menunjuk dirinya. Ia berusaha mengingat kapan ia mengucap salam.

"Itu tadi, lo masuk bilang 'Assalamu'alaikum' lupa lo?"

"Oh iya, kebiasaan kali, selama di Aceh gue mengenakan hijab juga jadi sekalian sama salamnya." Aychel mengungkapkan kebiasaan barunya selama di sana.

"Iya sih, gue dulu pas di sana juga pake hijab. Bukan islamisasi loh ya, itu di sana emang syariah, wajib pake hijab lo kalo ke sana," jelas Leka.

"Wajib? Gue lebih ke kesadaran diri aja. Ngikutin warga di sana." Leka mengangguk pasrah. Bule mah beda.

"Gue bukan Islam jadi aman kalo ngga berhijab. Lo kenapa ngga berhijab?" Leka yang sedang meneguk air dari tumblernya seketika tersedak.

"Khem, belum siap aja."

"Bukannya wajib ya? Kenapa masih gini?" Aychel meraih helaian rambut Leka yang baru saja diwarnai dengan warna coklat tua.

"Udah... lo u-udah berhasil kayak... gue cara ngomongnya, deep banget anjir."

"Eh ini yang minggu lalu trandingkan ya?"
"Ini yang katanya sengaja ninggalin studi seputar Afrika itu kan?"
"Simpanan Mr. Jakob dia itu."
"Pantesan bisa seenaknya ya."
"Mau juga dong punya sugar daddy."
"Harus caper dulu pasti, males ah!"
"Sampulnya doang sopan, aslinya sih suhu dia itu."

'Tuk'

"Ngomong lagi lo pada! Coba ngomong lagi!" Leka yang berjalan di samping Aychel melempari gerombolan laki-laki dan perempuan yang mengatai Aychel secara terang-terangan dengan tumbler kosong miliknya.

"Fakta kali!" Salah seorang dari mereka berujar dan didukung dengan sorakan.

"Bukti lisan tidak sekuat bukti nyata ya anj!" umpat Leka membungkam mereka semua.

"Bubar ngga lo? Apa mau gue lembar pake sepatu gue juga?!" ancam Leka yang membuat mereka berjalan pergi dengan tatapan sinis.
Sedangkan Leka sudah berlagak ingin melepas sepatunya.

"Uuuu! Pengecut lo pada huuuuu!"
"Makin senegara makin seenaknya lo produk lokal!
"Ketemuan kita dek kalo pulkam! Habis lo di jalan!" Nala terus menjerit saat segerombolan orang itu sudah hampir menghilang dari pandangan.

"Dari mana aja lo?" Leka melirik sinis pada Nala.

"Biasa, touch up." Gadis berkulit putih pucat itu tak pernah boleh meninggalkan pewarna bibir karena jika tidak ia akan terlihat seperti sedang sakit.

Note:

Teruntuk pembaca Rengganis & Garis Takdir; apa bila menemukan kesalahan kata maupun pengartian yang menjadi masalah atau merusak pengartian sesungguhnya, dimohonkan untuk pemberitahuan langsung. Kalian bisa menghubungi saya di Instagram yang tertera di bawah ini:
@mkyaamla (akun pribadi Micel)
@mkyasayaa (akun wattpad Micel)

Bisa juga berkomentar untuk memberi saran atau kritik yang setidaknya memang saya perlukan untuk memperbaiki kesalahan saya selaku penulis atau kalian juga dapat mengirimi saya pesan melalui akun wp saya ini.

Terima Kasih.

Rengganis & Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang