CHAPTER 8

9 4 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

RENGGANIS & GARIS TAKDIR

"Oke, anak-anak, Ibu dan Ayah akan menginap di hotel yang lain, kalian bertiga menginap di hotel ini sesuai keinginan Aychel, katanya dia mau yang dekat sama Alexanderplatz

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Oke, anak-anak, Ibu dan Ayah akan menginap di hotel yang lain, kalian bertiga menginap di hotel ini sesuai keinginan Aychel, katanya dia mau yang dekat sama Alexanderplatz."
"Sesuai keinginanmu, Sayang." Ayah berujar dengan kembali melanjutkan, "Tetap berhati-hati, jangan sampai berurusan dengan petugas keamanan karna kalian telah mengganggu kenyamanan, Alexanderplatz adalah tempat paling ramai di Berlin, jadi...."

"Berhati-hatiiii." Mereka bertiga menyahut dengan serempak.

"Nak, kalian di sini 4 hari, tanpa pantauan kami. Jaga diri dengan baik dan kami akan datang menjemput." Ibu ikut memperingati.

"Jadi ke rumah Yaya?" tanya Aychel pada Ibu dan Ayah. Yaya adalah panggilan kecil Aychel untuk Neneknya yang di Berlin.

"Jadi, nunggu kalian liburan di sini, mendingan Ayah sama Ibu berkunjung ke rumah Yaya aja. Udah buruan masuk, kalo ada apa-apa hubungi kami ya," ujar Ibu.

"Oke!" Jawab mereka bertiga.

"Aychel, gue udah dapet tempat untuk kita datengin nih." Seorang gadis berkulit putih pucat, Nala berujar memberi tahu seraya menampakkan gambar di ponselnya.

"Gercep banget lo, La." Leka menyahut.

"Lah emang kayak lo, dari nyampe tadi sibuk ngelirik om-om bule!" ketus Nala dengan lirikan kesal.

"Main lo ya sekarang sama gue!" Leka menanggapi dengan menepuk kedua tangannya pada kasur dan bangkit dari duduk melewati Aychel untuk dapat meraih keberadaan Nala.

"Eh apa-apaan lo?" Nala yang ketakutan bertanya perihal Leka yang memasang wajah serius ingin menerkamnya.

"Aahahahhaa, Lek, udah Lek! Geli banget gue, Lek!" Aychel ikut terkekeh melihat tingkah kedua temannya yang sangat lucu, di mana Leka menggelitiki Nala tanpa henti di bagian perutnya.

"Udah-udah. Leka lo kapan mau mandinya?" Tiba-tiba saja Aychel membahas perihal mandi yang membuat Leka bungkam dan segera menutup mulutnya. "Gue belum sikat gigi!" Segera ia berlari menuju toilet untuk membersihkan diri.

"Nala, lo udah siapkan?" Aychel bertanya pada Nala yang membuat sang empu menoleh singkat dari ponselnya dan mengangguk pelan. "Tinggal make up tipis doang," ujar Nala kemudian.

Seorang gadis blasteran memandangi ponsel dengan begitu kusyuk, dia mendengar bait demi bait yang diucapkan oleh penjawab dan yang mengajukan pertanyaan. Perihal kebingungan pada agama kebenaran.

Postingan yang dapat disaksikan oleh seluruh dunia, dan yang selalu menjadi tokoh utama dalam acaranya. Beliau adalah sosok yang banyak dibenci karena lisannya selalu mampu menggoyahkan iman seorang beragama. Dr. Zakir Naik.

'Deg'
Sebuah kalimat dengan penuh keberanian dan keyakinan membuat hati Aychel terguncang hebat.

"Chel? Lo... nontonin apa?" Nala yang baru keluar dari toilet umum di Alexanderplatz mendapati wajah penuh serius dari Aychel. Ditambah ketika ia mendengar suara dari ponsel Aychel dengan kalimat yang sangat mendebarkan hati siapapun.

Melihat kehadiran Nala di depannya, dengan segera pula ia mematikan volume dan bergeleng pelan, kemudian ia mengeluarkan earphone dari saku dan segera saja memakainya.

"Udah, La? Kasihan Leka sendirian tuh." Gadis blasteran itu berujar dengan nada gugup, ia masih memikirkan perihal postingan vidio yang ia lihat tadi.

"Aneh banget." Nala membatin.

"Woi! Lo pada ngapain sih lama banget, kering gigi gue senyumin bule dari tadi." Leka yang baru menghampiri mereka dengan berlari lantas mengeluarkan ujaran kekesalan.

"Yeee, yang nyuruh lo senyumin bule siapa coba?" tanya Nala dengan nada ketusnya.

"Lo kelamaan sih di toilet, ngapain aja?" tanya Leka yang dijawab singkat oleh Nala. "Menurut lo ke toilet ngapain emang? Mancing?"

Aychel sungguh tergelak mendengar pertengkaran aneh kedua temannya, hal itu berhasil membuatnya terlupa pada vidio tadi.

"Yeee, ketawa dia, Lek," ujar Nala memperhatikan gadis blasteran di sampingnya. "Temen lo noh!" sahut Leka singkat.

"Kalo bukan dia juga ngga nyampe kita di sini, diam lo! Selain donatur dilarang ngatur." Leka berujar sedikit jauh dari topik, memangnya siapa yang ngatur, pikir Nala.

"Oh ya, tempat ini bagus kalo mau dijadiin objek tugas kita. Ngga kalah bersejarah dari wisata di Hamburg." Tiba-tiba Aychel mengganti topik dengan yang lebih berisi.

"La, catet," titah Leka pada Nala. Segera pula Nala mengeluarkan ponsel pintarnya dan bersiap menarikan jarinya di sana.

"Jadi, sekedar informasi kalo di sini ada sebuah menara terkenal televisi Fernsehturm yang dibangun saat pemerintahan Republik demokrasi Jerman. Dari dulu itu tempat ini memang jadi tempat pertemuan bersejarah. Mulai dari pemberian nama Alexanderplazt ini untuk memperingati kedatangan Tsar Rusia, Alexander I yang berkunjung ke Berlin di tahun seribu delapan ratus lima."

"Oh gitu? Udah dicatet, La?" Nala mengangguk menanggapi pertanyaan Leka selaku ketua kelompoknya.

"Oke lanjut, Chel." pinta Nala.

"Udah habis, ngga tau banyak juga, selebihnya bisa cari di aplikasi pintar." Aychel menyahut dengan kekehan kecil.

"Chel? Kita butuh sebanyak-banyaknya informasi, kok lo yang punya darah keturunan Jerman cuma tau segitu?" Leka menghela napas gusar. Oh ayolah, bukankah mereka sedang liburan? Kapan bersenang-senangnya jika hanya membahas tugas?

"Gue baru buka mata udah di Amrik, sesekali ke Hamburg-Berlin, bukan tiap hari." Aychel sedikit frustrasi pada komentar Leka.

"Udah untung dia tau dan nyaranin ini, elo? Tau apa?" Nala berujar dengan ketus.

Note:

Teruntuk pembaca Rengganis & Garis Takdir; apa bila menemukan kesalahan kata maupun pengartian yang menjadi masalah atau merusak pengartian sesungguhnya, dimohonkan untuk pemberitahuan langsung. Kalian bisa menghubungi saya di Instagram yang tertera di bawah ini:
@mkyaamla (akun pribadi Micel)
@mkyasayaa (akun wattpad Micel)

Bisa juga berkomentar untuk memberi saran atau kritik yang setidaknya memang saya perlukan untuk memperbaiki kesalahan saya selaku penulis atau kalian juga dapat mengirimi saya pesan melalui akun wp saya ini.

Terima Kasih.

Rengganis & Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang