CHAPTER 10

3 2 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

RENGGANIS & GARIS TAKDIR

Menikmati musim panas di kota Berlin dengan menyeruput segelas kopi hangat sambil memandangi sungai Spree mungkin adalah hal yang akan dilakukan oleh ketiga gadis yang sedang mengerjakan tugas dari dosennya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menikmati musim panas di kota Berlin dengan menyeruput segelas kopi hangat sambil memandangi sungai Spree mungkin adalah hal yang akan dilakukan oleh ketiga gadis yang sedang mengerjakan tugas dari dosennya. Usai ini, yakinlah niat menikmati musim panas akan mereka tunaikan.

"Akh! Mau sampai kapan, hah?" Seorang gadis menggerutu kesal setelah menutup laptopnya dengan keras. Hal itu mengundang atensi kedua temannya, mereka bergeleng pelan lantas berlanjut menatap laptop masing-masing.

"Sabar, Lek. Lo nggak sendiri kok. Kan ini kerja kelompok," ujar gadis di sampingnya tanpa menengok lawan bicara. Jari-jemari gadis itu bermain di atas keyboard dengan cepat dan tak lama ia membalikkan layar lebar itu menghadap Leka. "Lek, hasil yang gue dapet. Berarti lo juga bisa dapetin peninggalannya. Ayo dong, Lek, jangan BM-BM gini," tegur Nala.

"Dapet, La. Aku juga dapet nih tempatnya. Aku yakin yang kali ini nggak salah." Gadis satunya menambahi, dia Aychel. Hal itu membuat yang dipanggil menoleh dan membaca tulisan yang didapat oleh temannya. Tak lama mengacungkan dua jempol tangannya. "Good job, Ella," ujar Nala kemudian.

"Semangat, Eka! Demi kopi hangat di pinggir sungai Spree!" Aychel menyemangati setelah menutup laptopnya bersama dengan itu Nala juga menutup laptopnya karena tugas mereka telah selesai.

"Iya-iya, udah semangat banget ini. Tapi kopinya jangan hangat napa sih, Chel? Kopi dingin aja kali," pinta Leka memelas.

"Eka, aja. Aku mau kopi hangat, lebih mantap. Menurut kamu, La, enakan mana?" tanya Aychel pada satu gadis yang hanya berdiam diri, Nala.

"Huh? Em, kalo dari baik untuk tubuh sih kopi hangat ya, Chel. Tapi kalo dari segi nikmat pasti enak keun kopi dingin, ya nggak, Lek?" jawab Nala seadanya. Leka menjentikkan jari sebagai tanda setuju.

"Yey! Selesai juga, huft." Leka akhirnya dapat bernapas lega. Sedangkan kedua temannya hanya terkekeh kecil melihat Leka yang langsung merebahkan diri di kasur.

"Siap-siap, gih. Biar nggak kesorean entar," saran Nala yang kasihan pada kedua temannya. Karena sejak tadi siang mereka bangun Nala langsung menyodorkan tugas kelompok dari Mr. Jakob.

Mendengar saran dari Nala, Leka lantas bangkit dan meraih bajunya menuju toilet. Sedangkan Aychel masih sibuk dengan ponsel serta earphone di telinganya. Entah apa yang ia tonton sampai seserius itu. Karena belakangan ini semenjak gelagat aneh di toilet umum kala itu Nala sering mendapati Aychel yang seperti ini. Terlihat janggal dan misterius.

"Nggak habis-habis sama tu earphone, Chel. Nonton apaan emang?" tanya Nala kesekian kalinya. Dan lagi, Aychel hanya bergeleng dilanjut menyimpan earphone beserta ponsel pintarnya.

"Huft, mau sampe kapan? Yakin nggak mau kasih tau gue?" tanya Nala dengan nada menyindir. "Kapan-kapan." Hanya itu yang keluar dari mulut Aychel. Setelahnya gadis itu beranjak dan mengambil pakaian dan masuk ke toilet berganti dengan Leka.

"Kenapa dia, La?" tanya Leka setelah Aychel menutup pintu. Nala yang ditanya hanya mengangkat bahu dan berujar, "Nggak tau, gue."

"Yey! Kopi dingin kecintaan!" Heboh Leka setelah kopinya sampai dalam genggaman. "Lek.... Kebiasaan deh lo," tegur Nala yang dibalas kekehan oleh Leka.

"Tumben banget, Ka, kamu nggak cerewet?" tanya Aychel setelah meneguk sedikit Americano coffe yang ia pesan.

"Oh, lo mau gue cerewet ya, Chel? Iya sih, gue juga bingung kenapa males marah-marah. Tensi gue lagi turun kali, Chel," jawab Leka dengan raut yang berpikir keras. Jujur dia sendiri juga bingung, tak tau mengapa.

"Bagusan gini, Chel. Kalem, nurut. Dari pada biasanya," sahut Nala yang membuat Leka melotot. "Emang biasanya gue gimana?" tanya Leka dengan lirikan maut.

"Kayak yang di komenan Neti. 'Seratus dengan kandang' hahaa!" Nala dan Aychel tak lagi sanggup menahan tawanya hingga kelepasan. Hal itu mengundang amarah Leka. Terlihat dari wajahnya yang merah padam.

"Eits, ternyata hari ini lo nggak cuma kalem, tapi sensi juga," sambung Nala yang membuat Leka semakin panas.

"Minum, Ka, minum. Tarik napas, tarik napas." Aychel menuntun Leka untuk meminum kopi dinginnya. "Keselek dong gue kalo minum sambil narik napas!" ketus Leka kesal. Saran macam apa ini? Pikirnya.

"Lo, La. Terima kasih udah ngundang khodam gue dari kampung."

Langit mulai redup. Awan putih sudah tidak terlihat jelas berganti dengan gemilap bintang menemani bulan menerangi malam. Tak terasa 4 hari berlibur di Berlin telah usai. Mr. Jakob telah kembali dalam kelasnya seperti biasa.

Ketiga gadis ini sedang mengemas barang bawaan. Ibu dan Ayah telah menunggu di loby hotel. Sementara itu acara berberes tak kunjung selesai karena dua gadis itu sibuk meributkan barang mereka yang tak tau harus di kemanakan.

"Satu kalimat aja deh. Nala dan Leka beban," ujar Aychel seraya membuka kopernya lebar-lebar. Tindakan Aychel tentu membuat keduanya berbinar dan segera mengisi bawaan mereka ke dalamnya. "Terima kasih Aychel, Sayang! Lop." Leka membuat bentuk hati dengan jarinya.

"Makasih, Ella." ujar Nala pula.

"Jadi pelajaran. Jangan ngeyel kalo diingetin, jangan apa-apa mikir nanti, apa-apa suka nunda...." peringat Aychel.

"Aneh banget, beneran deh aneh banget. Kamu siapa ya? Teman saya enggak gini biasanya." Leka memeriksa suhu tubuh Aychel dengan serius, hal itu membuat Aychel menepis tangan Aychel dari dahinya dengan kesal.

Note:

Teruntuk pembaca Rengganis & Garis Takdir; apa bila menemukan kesalahan kata maupun pengartian yang menjadi masalah atau merusak pengartian sesungguhnya, dimohonkan untuk pemberitahuan langsung. Kalian bisa menghubungi saya di Instagram yang tertera di bawah ini:
@mkyaamla (akun pribadi Micel)
@mkyasayaa (akun wattpad Micel)

Bisa juga berkomentar untuk memberi saran atau kritik yang setidaknya memang saya perlukan untuk memperbaiki kesalahan saya selaku penulis atau kalian juga dapat mengirimi saya pesan melalui akun wp saya ini.

Terima Kasih.

Rengganis & Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang