CHAPTER 11

10 4 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

RENGGANIS & GARIS TAKDIR

Udara berhembus di antara terik panasnya kota Hamburg memang sangat menolak kegalauan yang biasanya didukung oleh hujan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara berhembus di antara terik panasnya kota Hamburg memang sangat menolak kegalauan yang biasanya didukung oleh hujan. Angin sepoi-sepoi terus menerbangi rambut seorang gadis digerai, berlari mengikuti kemana angin menghembus setiap helainya.

Musim panas yang seharusnya digunakan sebagai waktu berjemur terbaik di tepi pantai justru bertolak belakang dengan gadis ini. Ia justru memilih memakai pakaian tertutup seperti kemeja lengan panjang, Jeans coklat panjang beserta selendang yang dipakai untuk menutupi separuh wajahnya. Jangan lupakan kaca mata hitam yang membuatnya terlihat semakin tertutup.

Aychel, gadis itu duduk di kursi pantai setelah memesan makanan ringan serta minuman soda. Ia juga menulis sebuah rasa di buku diary yang ia bawa dari rumah.

Sejak datang, Aychel langsung memesan makanan dan dilanjut menulis diary sembari menunggu. Niatnya ia ingin berkeliling dari ujung hingga ujung pantai ini. Menikmati suara debur ombak, memandangi para peselancar, menonton orang-orang yang berjoget diiringi dentuman musik rock dan keromantisan pasangan yang menunggu waktu senja tiba. Waktu dengan warna langit tercantik bagi para penikmatnya.

"Aku bingung ketika pilihan ini langsung akan menghukum. Aku takut salah, Tuhan." Aychel membatin seraya menuntun tinta mengukirnya di buku ini.

"Aku benar-benar takut. Tapi aku menemukan kebenaran dengan segala kebesaran Tuhan yang tertulis di dalam kitab itu. Kitab yang katanya adalah pedoman hidup mereka." Terakhir, Aychel pun kembali menutup diary itu dan menyimpannya ke dalam tas canvas yang dibawa.

Helaan napas singkat gadis itu keluarkan sebelum memandang lurus kearah laut. "Kamu juga tidak tenang, Laut. Tapi kamu tidak seberisik aku." Tiba-tiba saja Aychel berujar demikian dengan suara pelan.

"Assalamu'alaikum." Seorang gadis memasuki rumahnya dengan mengucap salam. Namun tak seorang pun menjawab. "Assalamu'alaina Wa'alaibadillahisholihin," ubahnya setelah sadar tak seorang ada di rumah.

Menerapkan sebagai langkah awal. Ini begitu sejuk, Tuhan. Dengan saling menebar do'a satu sama lain yang hakikatnya sangat baik. Tuntun langkahku ini, niat yang gemetar dan hati yang berdentuman setiap kali aku merasa hampir mencapai alasan aku diberi nyawa.

Sejak memasuki rumah ia langsung menuju kamar, tepatnya di meja belajar. Aychel, gadis itu mengeluarkan diary miliknya dan langsung kembali menulis.

Setiap huruf yang menjadi kata dan setiap kata yang menjadi kalimat akan berbaris rapi mengahadap takdir didepannya. Menjadi saksi pada niat yang belum pasti.

"Tumben banget udah malam belum balik," gumam Aychel setelah menyimpan tulisannya. Gadis itu beranjak menutup jendela kamar. Kemudian ia berjalan ke dapur ingin membuat secangkir teh hangat.

"Teh, teh, teh, tehnya di mana?" Aychel bergumam seraya mencari di mana keberadaan teh itu. "Ah, di sini ternyata." Akhirnya ia menemukan serbuk yang ia cari sedari tadi, dalam lemari di atas sebuah kompor.

'Bruk'
Sesuatu tersenggol oleh tehnya hingga jatuh ke lantai. Aychel memeriksa apa yang jatuh itu dan mendapati keripik kulit instan. "Oh, ini yang jatuh," ujar Aychel pelan. Ia memandangi keripik itu lekat-lekat dan tersenyum sendu sebelum kembali menyimpannya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar....
'Brang'
Adzan berkumandang dari ponsel Aychel, karena belum terbiasa dengan suara tersebut ia pun tersentak kaget hingga menjatuhkan sendok teh berbahan kaca yang di pegangnya hingga pecah berkeping. Padahal ia sendirilah yang mengatur alaram Adzan itu di ponsel pintarnya.

Sebelum membereskan pecahan kaca itu, ia memeriksa sudah jam berapakah sekarang. Ternyata jarum jam menunjukkan waktu sholat Isya. "Udah Adzan Isya ternyata." ujar Aychel kemudian. Ia pun kembali membereskan kerusuhannya.

"Aplikasi Iqra' di mana kamu?" Sejak tadi Aychel tak ada hentinya mencari keberadaan Aplikasi belajar huruf hijaiyah. Tak lama dari itu, wajah penuh letih kian berubah cerah dan mulai tersenyum lebar. "Nah, ini dia. Syukur akhirnya ketemuuu."

"A-Alif. Oh, garis ini dibaca Alif ternyata. Ba. Mangkok titik satu ini dibacanya, Ba?"

"Terus-terus, mangkok titik dua ini... kok kembar? Kembar tiga lagi. Ta... jadi dibacanya, Ta. Kembarannya dibaca apa? Ts-Tsa? Dibaca Tsa? Nempel ujung lidah sama gigi depan atas? Owalah." Hal itu terus berlajut sampai akhir. Dimana satu persatu dari terjemahan huruf tersebut mulai ia coba hafalkan.

"Apa aku nonton aja kali, ya tata cara bacanya, biar nggak salah," pikir Aychel setelah membaringkan tubuh di kasur.

Gadis itu pun menonton sebuah vidio dengan durasi waktu 1 jam setengah. Namun disayangkan bagi dirinya yang baru mencoba beradaptasi dengan hal yang berbanding terbalik dari agamanya malah merasa suntuk hingga tertidur, sedangkan vidio tersebut masih terus berlanjut.

Sangking terlelap, Aychel sampai tidak menyadari kehadiran kedua orang tuanya yang baru saja kembali ke rumah dan memeriksanya di kamar ini.

"Aychel, Nak. Sayang, kamu nonton apa?" tanya Ibu yang tau betul pembahasan apa yang ditonton oleh anaknya.

"Huh? Enggak, Bu, bukan apa-apa," bohong Aychel.

"Jangan bohong sama Ibu," ujar Ibu dengan nada mengintimidasi.

"Em... tu-tugas dari dosen, Bu. Katanya harus nonton ini, buat... buat...."

"Buat apa, Nak?" potong Ibu dengan kernyitan diantara alisnya.

"Buat ujian. Iya, buat ujian," jawab Aychel gugup.

"Oh, yaudah. Tapi jangan lanjut tidur dulu, ayo makan malam sama-sama," pinta Ibu yang dijawab gelengan kepala oleh gadis itu. "Aychel udah kenyang kok, Bu. Tadi waktu di pantai udah makan makanan berat, jadi, udah nggak sanggup lagi." Lagi, gadis ini kembali berbohong.

"Owalah, kalo gitu Ibu sama Ayah aja yang makan, tidur nyenyak, Sayang," pamit Ibu.

'Ceklek'
"Huft... hampir aja."

Note:

Teruntuk pembaca Rengganis & Garis Takdir; apa bila menemukan kesalahan kata maupun pengartian yang menjadi masalah atau merusak pengartian sesungguhnya, dimohonkan untuk pemberitahuan langsung. Kalian bisa menghubungi saya di Instagram yang tertera di bawah ini:
@mkyaamla (akun pribadi Micel)
@mkyasayaa (akun wattpad Micel)

Bisa juga berkomentar untuk memberi saran atau kritik yang setidaknya memang saya perlukan untuk memperbaiki kesalahan saya selaku penulis atau kalian juga dapat mengirimi saya pesan melalui akun wp saya ini.

Terima Kasih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rengganis & Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang