CHAPTER 9

11 3 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

RENGGANIS & GARIS TAKDIR

"Libur panjang ini kalian bakal balik ke Indo, ngga?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Libur panjang ini kalian bakal balik ke Indo, ngga?"

"Kenapa, Chel, emangnya kalo kita balik ke Indo?" Gadis berkulit kuning langsat itu adalah Leka, ia menjawab dengan pandangan lurus ke depan. Ada rasa rindu rumah dalam artian tempat ia pulang, memulangkan segala kerinduan, dan tempat ia kembali menjadi gadis manja yang selalu ingin dibantu dalam banyak hal kecil maupun besar tentunya.

"Rindu Umi sama Abi di kampuang." Nala yang berada di samping Leka tiba-tiba saja berujar demikian tanpa memberi aba-aba.

"Iya, La. Gue juga rindu Enyak sama Babe. Sambel terasi enak ya, La? Apa lagi kalo pake lalapan pare," ujar Leka dengan topik yang sama.

"Apa lagi kalo yang bikin Umi. Pake sate juga enak banget." Nala yang merupakan keturunan asli Sumatera Barat sangat merindukan makanan kampungnya, yang lebih kaya akan rempah dan rasa.

"Gue juga kangen omelan Emak kalo gue ngga cuci pakaian gue yang udah numpuk di keranjang. Di sini mah tinggal laundry, kalo sama Emak mana mau ngizinin gue begituan," sambung Leka masih dalam topik.

"Aku juga kangen sambel matah nenek, karena beda banget sama sambel matah lain. Rindu nenek sama kakek juga...." Aychel pun sama saja.

Kini mereka masih berada di Alexanderplazt, niatnya ingin berjalan kaki ke Berliner Dom, namun mereka urungkan atas permintaan Aychel yang mengatakan nanti saja saat ia akan beribadah.

Mereka duduk di kursi taman dengan terpaan angin musim panas. Tetapi tentunya dengan pakaian yang tertutup dan longgar. Sungguh Leka mau pun Nala tidak terbuai dengan pakaian minim, entah mengapa atau memang pengaruh budaya dan adat istiadat di daerahnya. Jika Aychel, ia memang lebih nyaman dengan pakaian longgar dan menutup seluruh celah pada tangan, perut mau pun kakinya. Ia seperti memakai hoody atau sweater bersama celana kendur yang fashion able pula. Kadang kala ia juga sering menggunakan dress lengan panjang yang juga bawahannya menjulur hingga kaki. Oh jangan lupakan flatshoes. Aychel mengoleksi bermodel flatshoes yang sedang trend di sosial Media.

Memandangi orang yang berlalu lalang di depan mereka. Benar kata Ayah, di sini sangat ramai. Mereka menemukan banyak perbedaan antara satu dan lainnya. Entah musim apa yang lebih cocok dari musim panas di taman ini.

"Cari makan, yuk." Aychel menyarankan kedua temannya untuk mencari makan. Mungkin jika ada restoran Indo mereka akan ke sana.

"Ngga usah. Mendingan ke market Indo, pengen beli cabe sama bumbu lain, gue kepengen bikin sambel."

"Di hotel, Lek?" tanya Nala dengan raut terkejut. Sedangkan Leka hanya menampilkan wajah datar tanpa ekspresi.

"Jangan deh, Lek. Entaran aja kalo udah balik ke apart, sekarang kita cari resto Indo aja yah," saran Nala yang ditanggapi anggukan yakin oleh Aychel. "Oke," tuntas Leka kemudian dengan wajah pasrah.

Mereka bertiga akhirnya berhasil menemukan restoran Indonesia yang tak jauh dari taman. Mereka berjalan kaki mengikuti maps agar tidak tersesat. Siapa yang memegang maps? Aychel tentunya. Tapi jika urusan mencari restoran Indonesia tentu Nala jawabannya, ia sudah mempersiapkan ini saat di jalan menuju Berlin.

"Itu bukan sih restonya?" Leka berujar dengan riang gembira setelah melihat tidak jauh dari mereka ada restoran yang mereka tuju.

Sampai di sana seketika wajah mereka murung ketika mendapati menu yang tidak sesuai ekspektasi. Di mana hanya ada menu Nasi Padang, Mie Aceh, Sate Kacang, Bakso kuah, Nasi Goreng, Ayam Gulai dan semacamnya tanpa sambal yang mereka idam-idamkan. Padahal di pencaharian tertera restoran ini menyediakan sambal matah, terasi, dan cumi, tapi di mana?

Mereka kembali berjalan keluar restoran dan menyusuri jalanan yang tak lama membuat mereka sampai di Berlin Dom atau Katedral Berlin. Sebuah gereja Paroki Agung dan Kolegiat Injili (Protestan).

"Nah ini yang dari tadi gue nanti-nantikan, bagus banget bangunannyaaa." Nala berujar dengan wajah sumringah. Ia lantas mengarahkan kamera ponselnya memotret pemandangan di depan.

"Lo? Ngga beribadah, Chel?" tanya Leka dengan polosnya, ia sangat berhati-hati.

"Engga, karna bukan di sini." Aychel berujar yang langsung membuat Leka mau pun Nala mengangguk dan berujar-oh.

"Kalo mau masuk bayar dulu, bentar ya aku bayarin," beritahu Aychel kemudian.

"Terima Kasih, Aychella, tau banget galeri gue jarang masuk pemandangan beginian." Dia Nala.

"Donatur kita tuh, jangan disenggol!" seru Leka saat Aychel akan menghampiri mereka. Seketika seruan keras Leka membuat Aychel melotot dan menutupi wajahnya malu. Bukanlah sudah Ayah peringatkan jangan mengganggu kenyamanan di sekitar?

"Lek, udah ah. Malu banget gue." Nala menepuk bahu Leka yang melambaikan tangan tinggi-tinggi ke arah Aychel.

'Bugh'
Satu persatu dari ketiga gadis yang baru selesai melakukan perjalanan menggunakan kaki dari Berlin Dom menuju hotel di sebelah Alexanderplatz merebahkan badan yang lelah di atas kasur big size. Jarangnya melakukan perjalanan menggunakan kaki membuat kedua teman dari gadis blasteran itu merasa lelah yang teramat meski perjalanan yang mereka tempuh tidaklah terlalu jauh, hanya memakan waktu sekitar 15 menit saja.

"Cape banget jalan kaki, kenapa ngga sewa mobil aja, Chel?" saran Leka dengan keluh kesahnya.

"Syukur masih dibayarin, Lek," sahut Nala.

"Mau tau manfaat jalan kaki? Banyak tau manfaatnya. Untuk kita yang jalan kaki lima belas menit doang aja nih udah membantu menyeimbangkan kadar gula darah dalam tubuh, sama ini, membantu meningkatkan aliran darah dalam tubuh." Aychel menjelaskan seraya menatap langit-langit kamar.

"Kalau dari pandangan agama Islam, Lek, Chel, ada juga nih. Berjalan kaki juga merupakan salah satu kebiasaan Rasulullah Salallahu'alaihi Wassalam yang harus kita tiru, ya karna salah satunya yang Aychel sebutin tadi, banyak manfaatnya."

"Tumben banget, Nal, kesambet apa?" Leka bertanya dengan kerutan di dahi.

Note:

Teruntuk pembaca Rengganis & Garis Takdir; apa bila menemukan kesalahan kata maupun pengartian yang menjadi masalah atau merusak pengartian sesungguhnya, dimohonkan untuk pemberitahuan langsung. Kalian bisa menghubungi saya di Instagram yang tertera di bawah ini:
@mkyaamla (akun pribadi Micel)
@mkyasayaa (akun wattpad Micel)

Bisa juga berkomentar untuk memberi saran atau kritik yang setidaknya memang saya perlukan untuk memperbaiki kesalahan saya selaku penulis atau kalian juga dapat mengirimi saya pesan melalui akun wp saya ini.

Terima Kasih.

Rengganis & Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang