CHAPTER 6

10 4 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

RENGGANIS & GARIS TAKDIR

Gadis remaja berkulit putih kemerah-merahan menumpukan kedua tangannya pada pagar jembatan yang menampilkan pemandangan indah danau Alster Lake kota Hamburg

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis remaja berkulit putih kemerah-merahan menumpukan kedua tangannya pada pagar jembatan yang menampilkan pemandangan indah danau Alster Lake kota Hamburg. Ia baru saja selesai melakukan Ibadah bersama keluarga. Aychel, gadis itu memandangi detail kapal-kapal yang berlalu lalang di bawahnya, hal itu membuatnya teringat masa kecil. Saat Aychel berlibur bersama keluarganya ke Jerman dan mengunjungi tempat ini. Bisa dikatakan, hampir seumur hidupnya ia tinggal di Amerika Serikat, hanya saja ia sering berlibur ke Jerman mengunjungi Kakek dan neneknya.

Pekerjaan ayahnya lah yang memaksa mereka berada di sana, hingga akhirnya Ayah berhasil pindah dari koki di restoran bintang 5 Amerika ke sebuah cafe besar di Jerman. Semua tidak lain demi menemani anak semata wayangnya yang berkuliah di Jerman.

Angin berhembus menerbangkan geraian rambut Aychel yang terus menghela napas gusar. Ia merasakan rasa gundah yang luar biasa, tidak biasanya ia seperti ini.

"Aychel capek, Tuhan...."

"Aychel? Ayo pulang." Seorang wanita paruh baya yang merupakan ibunya datang bersama sang Ayah sambil tersenyum. Sejak tadi mereka sedang mengobrol dengan kerabat yang juga beribadah di sini.

Aychel membalas dengan menggeleng pelan dan menoleh sekilas sebelum kembali menatap lalu lalang perahu. Tiba-tiba saja Ibu menyenderkan kepala di bahu Aychel. Ia turut menatap lalu lalang perahu di bawah.

"Kenapa, Nak... kamu kenapa?" Ibu mengeluarkan suara lembut.

"Gapapa, Bu. Aychel cuma pengen aja liatin kapal-kapal ini, pemandangannya bagus." Aychel menjawab dengan menerbitkan senyum tipis. Ibu pun hanya mengangguk pelan.

"Mau naik perahu itu? Ayo naik sama Ayah," ajak Ayah yang sejak tadi hanya berdiam diri.

"Serius? Ayo!" Tiba-tiba saja Aychel menghadap ke arah ayahnya sambil menampilkan senyum sumringah. Hal itu pun membuat orang tuanya merasa lega.

"Ibu juga mau ikut, dong!"

"Ayah!" Perahu berjalan dengan begitu lembut namun, Aychel terus saja merasa takut.

"Makanya duduk, Aychel. Bukannya malah keliling gini." Ayah geleng-geleng sendiri melihat perangai anak gadisnya. Sudah tau takut malah berkeliling hingga ke pinggir perahu.

"Lusa kamu mau ke Berlin ikut kami, Nak?" tanya Ibu di sela mengabadikan moment menggunakan kamera ponsel pintarnya.

"Ibu sama Ayah ada apa hingga ke Berlin?"

"Ayah ada panggilan ke resto roti di sana, ada wawancara katanya, iyakan, Yah?" Ayah mengangguk sebagai jawaban.

"Hari apa, Bu?"

"Lusa, Aychel. Berarti hari Senin," ujar Ibu.

"Emm, boleh deh, Aychel ikut, ngga ada jadwal kuliah juga soalnya," jawab Aychel setelah mengecek roster di ponsel pintarnya.

"Oke. Eh sini liat ke sini ayo kita foto!"
"Ayah... sini cepet." Ibu mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan mengarahkan kamera hingga sempurna.

'Ceklek'

Satu foto berhasil diambil dengan gaya yang baik, semua tersenyum cerah. Dilanjut dengan beberapa foto yang menampilkan wajah konyol masing-masing. Di akhir foto, mereka membuat gaya yang lumayan baik. Ayah mengerutkan wajah dengan senyuman kecil sedangkan Ibu dan Aychel mencium pipi Ayah dengan gemas.

"Ih lucuuu," ujar Aychel yang diangguki oleh Ayah, berbeda dengan Ibu yang terlihat sedikit kesal karena rambut indahnya tidak terlihat sempurna.

"Ini rambut Ibu engga kelihatan semua, cuma setengah doang masa."

"Honey, itu tidak akan mengurangi paras cantikmu." Ayah membujuk.

"Gimana hari ini? Puas mainnya, Sayang?" Wanita paruh baya bertanya sebelum membuka pintu mobil. Mereka baru saja sampai dari rumah seusai bermain di sungai Alster Lake.

"Senang! I'm very happy today!" jawab Aychel dengan wajah sumringah.

"Syukurlah. Kita masih diberikan umur panjang. Banyak orang diluar sana menginginkan moment seperti ini." Tiba-tiba saja Ayah berujar demikian.

"Kenapa tiba-tiba banget gini ngomongnya, Yah?" tanya Aychel dengan kening sedikit berkerut.

"Kamu tau kami menanti kehadiranmu selama tujuh tahun. Setelah kehadiranmu Ibu tidak lagi dapat mengandung, dan kamu menjadi harapan kami yang paling besar.

"Impian kami hanya ingin selalu melihatmu tersenyum hingga masa tua, hingga maut memisahkan keluarga kita, Sayang."

"Ayah dan Ibu pernah cemburu pada Tuhan melihat orang tua lain yang bisa mengajak anaknya bermain ke sana ke sini dengan begitu bahagia, sedangkan kami saat itu masih menantikan kapan Tuhan memberi kami anak. Kini kamu hadir diantara hidup Ayah dan Ibu, terima kasih, Aychella, karena kehadiranmu kami tidak lagi cemburu pada anugerah Tuhan, apa pun anugerahnya untuk kami, hanya kamu anugerah terbesar dan yang paling berharga." Ayah berujar dengan segala cinta.

"Jangan pernah tinggalkan kami jika bukan karena maut, Nak." Ibu menambahi kalimat singkat yang akan melekat dalam diri Aychel.

"Ayah dan Ibu juga anugerah terbaik dari Tuhan. Hadir diantara kehidupan kalian membuat Aychel sangat mengerti arti bersyukur selagi ada, bersyukur atas apa saja yang diberi Tuhan, dan bersyukur memiliki kalian dalam hidup Aychel." Gadis remaja yang hampir beranjak dewasa ini berujar dengan ketulusan hati kecilnya.

"Udah dong, maskara Ibu biar pun waterproof kalo dipake nangis sambil ngucek gini luntur juga pasti," ujar Ibu menyeimbangkan keadaan.

"Deep sekali hari ini, hahaa." Ayah ikut menimbrung.

"Aaa, Ayah, sih tiba-tiba banget, maunya kan sambil makan popcorn, hahaa," sahut Aychel diakhiri kekehan sumbang yang dilanjut dengan tangisan.

"Udah-udah, Ibu mau masak buat makan malam lagi ini." ujar Ibu mengakhiri.

Note:

Teruntuk pembaca Rengganis & Garis Takdir; apa bila menemukan kesalahan kata maupun pengartian yang menjadi masalah atau merusak pengartian sesungguhnya, dimohonkan untuk pemberitahuan langsung. Kalian bisa menghubungi saya di Instagram yang tertera di bawah ini:
@mkyaamla (akun pribadi Micel)
@mkyasayaa (akun wattpad Micel)

Bisa juga berkomentar untuk memberi saran atau kritik yang setidaknya memang saya perlukan untuk memperbaiki kesalahan saya selaku penulis atau kalian juga dapat mengirimi saya pesan melalui akun wp saya ini.

Terima Kasih.

Rengganis & Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang