• 30 •

2.8K 235 17
                                    

GALIH benar benar datang menjemputnya di pagi buta. Dia bahkan datang jam satu pagi, lalu kisruh sendiri di rumah Dara untuk menggotong koper koper besar bawaan ibu dan adiknya.

Dia sudah seperti kurir pengangkut barang alih alih orang yang datang untuk carmuk di depan keluarga Dara.

Saat sampai stasiun kereta api, Galih bahkan tetap di sana sampai keretanya benar benar berangkat. Dia hanya melambaikan tangan dan membiarkan Dara pergi bersama keluarganya menuju kampung halaman mereka.

Galih menghela napas kasar. Satu minggu berhubungan jarak jauh dengan pujaan hatinya, apakah dia sanggup melakukannya?

Sanggup atau tidak, dia harus bisa melakukannya.

Sebenarnya, Galih sudah bisa resign dari pekerjaan sementaranya mulai bulan depan, karena sumber masalah sudah ditemukan juga calon penggantinya sudah didapatkan.

Hanya saja dia belum mau pergi, karena Dara bekerja sebagai bawahannya. Dia masih ingin tebar pesona, cari kesempatan, dan pedekate ulang dengan mantan pacar cantiknya ini. Setidaknya sampai Galih bisa mendapatkan Dara kembali, dia tidak akan pergi.

Sebelum pulang dari stasiun kereta api, Galih mengirim sebuah pesan untuk Dara.

Galih : Kalau kamu udah sampai, langsung chat aku, ya!

Sayangnya sampai malam Dara tidak mengiriminya pesan. Dara tiba tiba saja menghilang tanpa kabar. Galih yang panik langsung menghubungi ponselnya.

Panggilan pertama, tidak ada jawaban. Panggilan kedua, masih sama. Hingga panggilan keenam, Dara baru mengangkat panggilan darinya.

"Halo?" Suaranya terdengar rendah dan serak. Galih bisa langsung menebak jika Dara baru saja bangun tidur sekarang.

"Kamu baru bangun?"

"Mmm, ada apa, Ji?"

"Aku nyuruh kamu buat chat aku kalau udah sampai sana, kan? Kenapa nggak dilakuin?"

"Aku capek banget, Ji. Jalannya jauh banget jadi aku langsung tidur waktu sampai sini." Dara menguap di seberang sana. "Besok juga aku bakal sibuk banget. Aku mau bantu bantu ibu dan ngurus semuanya di sini. Kamu jangan tantrum sendiri di sana, aku ke sini bukan buat liburan atau santai santai aja, tapi buat kerja juga."

Penjelasan Dara membuat Galih menelan ludah susah payah. Benar juga, Dara pulang kampung yang jaraknya ratusan kilometer, dia pasti lelah, sama seperti saat dia melakukan perjalanan jauh yang biasa dia lakukan.

Selain itu, dia pulang ke sana bukan untuk liburan atau malah senang senang. Dara pulang untuk mengadakan acara bersama keluarga besarnya. Dia pasti sibuk sekali membantu mempersiapkan segala sesuatunya di sana.

"Aji?" Dara memanggil begitu tak mendengar respon darinya.

"Iya, maaf, aku ganggu banget, ya?"

"Sekarang sih enggak, besok baru iya." Ada helaan napas berat di seberang sana. "Aku bakal nyempatin diri buat kirim pesan sama kamu besok. Jadi jangan uring uringan terus. Kerja aja yang bener dan jangan jadiin temen temen kantor aku samsak gratis, mereka suka ngeluh tiap kamu kumat reseknya."

Galih tersenyum tipis. "Oke, selama kamu masih ada kabar, aku bakal baik baik aja."

"Iya iyaa, tenang aja, aku bakal kabarin kamu semua semuanya!"

Galih terkekeh pelan saat mendengar nada suara Dara yang nampaknya sedang kesal di seberang sana. "Sekarang kamu lagi apa?"

Galih berjalan menuju balkon kamar apartemennya, lalu melihat gedung gedung tinggi dengan pencahayaan lampu yang membuat pemandangan indah terpampang di depan matanya.

"Lagi lihat bintang, di sini bintangnya masih kelihatan."

Galih menatap langit yang terang benderang hingga tak satu pun menunjukkan bintang di langit malam. Pria itu menghela napas kasar. "Di sini nggak ada bintang langit, adanya bintang di atas tanah."

"Iya kan, dari gedung gedung di sana pastinya?" Dara tertawa di seberang sana.

"Bener, kamu mau lihat, nggak? Lumayan sih, nggak begitu mengecewakan."

"Lain kali aja kalau udah balik ke Jakarta."

"Dara, udah malem jangan berisik, kakek sama nenek kamu udah tidur!"

Suara teguran itu membuat Galih semakin cemberut. "Nggak boleh teleponan sekarang, ya?"

"Di sini kalau malam sepi banget, jadi ngomong dikit aja pasti suaranya keras banget. Maaf, ya, aku matiin dulu teleponnya."

"Aku masih kangen—"

Tut. Suara panggilan sudah terputus. Galih menatap ponselnya dengan senyuman masam. Begini banget LDR-an sama gadis desa.

Galih : Harusnya jangan dimatiin, biarin aja, aku masih kangen sama kamu.

Dara : Bukannya tadi pagi udah ketemu, ya? Lagian aku juga mau tidur, udah malam soalnya.

Galih : Ciuman selamat malamnya mana?

Dara : ಠ⁠_⁠ಠ

Galih : Bercanda, Ra. Love you!

Dara : Gila.

Dara : Good night, mimpi indah!

Galih : Night juga, Dara. Aku bakal mimpiin kamu dan itu bakal jadi mimpi indah.

Dara : Serah, asal bukan mimpi basah aja, sih.

Galih mengerjapkan kedua matanya, kemudian tertawa keras membaca pesan yang dikirimkan Dara untuknya.

Galih : Boleh juga itu, kalau emang bisa mimpi basah sama kamu, aku mau bangetttt.

Tidak ada jawaban, Dara sepertinya sudah membuang ponselnya dan kembali rebahan di ranjang kamarnya di seberang sana.

Galih tersenyum lebar, mimpi basah ya ....

Dia bukanlah pria mesum. Walaupun pernah membawa wanita naik ke atas ranjangnya sebelum ini, tapi bukan berarti semua mantan kekasihnya pernah tidur dengan dirinya.

Sembilan tahun dia bergonta ganti pacar hingga ratusan kali, tapi mungkin hanya beberapa orang saja yang bisa naik ke ranjangnya selama ini. Itu pun karena dia berada dalam pengaruh alkohol yang kuat dan ia tidak sengaja melakukannya.

Walaupun ia pernah melakukannya, bukan berarti dia sengaja mencari wanita berbeda setiap malam hanya untuk menemani tidurnya. Dia hanya minum dan mabuk demi bisa melupakan Dara. Apa yang terjadi berikutnya hanyalah bentuk khilafnya sebagai seorang pria yang berpenyakitan saja.

Oleh sebab itu juga, dia masih bisa hidup tenang dan biasa saja walau tidak ada seorang wanita yang menemaninya.

"Semua itu hanya masa lalu, aku sudah berjanji akan berubah demi kamu, asalkan kamu mau kembali padaku, apa pun akan kulakukan untukmu, Dara."

___

noted :
pelampiasan yang disebut Galih di part sebelumnya bukan yang iya iya diajak bobok bareng semua, ya.

dia cuma rusak diri dia sama alkohol, pacaran sama banyak cewek sambil bayangin itu Dara, tapi semuanya rusak waktu cewek ceweknya pada kegatelan sama dia.

ya gitu aja siklusnya, sampai ada yang bisa naik atas ranjangnya itu beneran dia kek nggak sengaja, khilaf, pas mabuk doang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear, Mantan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang