'Tanpa Auretta lihat pun ia tahu pemilik suara itu adalah Langit. Suara itu mengalun dengan sangat indah, mengudara bersama hembusan angin dan merasuk ke dalam raganya tanpa permisi.'
Pukul 9 malam Auretta masih berada di café, sementara teman-temannya sudah pulang sejak satu jam yang lalu. Iaa memang sengaja tidak pulang bersama teman-temannya, ada yang harus ia selesaikan semuanya malam ini.Ya, tentang postingan Nathan yang tadi ia lihat. Ia sudah bertekad untuk menanyakan hal tersebut langsung pada sang empunya, maka dari itu meminta Nathan untuk datang kembali ke cafe. Sudah sekitar satu jam ia menunggu, namun orang yang sejak tadi di tunggu tak urung menampakan dirinya.
Ia mengatur nafasnya setelah melihat Nathan yang baru saja tiba. Ia jadi gugup sendiri, sudah lama ia tidak mengobrol berdua dengan Nathan semenjak tiga tahun yang lalu.
"Sorry lama." Sapa Nathan setelah tiba, lalu ia duduk di kursi yang berseberangan dengan Auretta.
"Ah iya, it's okay," balas Auretta.
"Ada apa?" tanya Nathan to the point.
Auretta menghela nafas sebentar sebelum berbicara. "Tentang kamu sama Kaluna, kalian pa-"
"Iya. Gue sama dia pacaran," potong Nathan.
Auretta mengerjapkan matanya saat omongan nya yang langsung di potong begitu saja.
"Ada masalah?" tanya Nathan santai.
"Mantan kamu?" tanya Auretta balik.
"Gue udah move'on."
Auretta terdiam, ia menggelengkan kepalanya pelan. "Gak mungkin, kamu bohong kan?" tanyanya tak percaya.
"Kenapa enggak? Kaluna yang bikin gue bisa lupain dia," jawab Nathan.
"Kenapa Kaluna?"
Nathan menegang saat mengdengar suara Auretta yang terdengan sangat lirih itu.
"Kenapa Kaluna Nath? Segampang itu kamu buka hati buat cewek yang baru kamu kenal?" tanya Auretta lirih.
"Sedangkan aku? Lima tahun aku nunggu kamu, lima tahun aku nunggu kamu untuk lupa sama masa lalu kamu, tapi apa? sekalipun kamu gak pernah liat aku Nath." Lanjutnya dengan tenggorokan yang tercekat.
"Gue gak pernah minta lo buat nunggu gue Capella." Balas Nathan tajam dan menusuk.
"Gue udah berkali-kali bilang untuk gak suka sama gue kalo lo gak mau sakit hati. Tapi apa? lo sendiri yang milih buat terus suka sama gue so, jangan salahin gue."
Auretta mentap Nathan gamang, air mata yang sejak tadi ia tahan kini mulai meluruh di iringi dengan isakan kecil.
"Kalo aku bisa milih, aku juga gak mau suka sama orang yang gak suka sama aku. Tapi, sayangnya aku gak bisa milih itu Nath, aku gak bisa milih buat siapa persaan aku jatuh, a-aku gak bisa milih Nath," rintih Auretta.
"Lupain gue," ucap Nathan.
Auretta menggeleng tak percaya, ia tersenyum kecut. " Okay kalo itu mau kamu, sorry for everything and I hope you always be happy with her." Tandasnya lalu bangkit dari duduknya.
Nathan mencekal tangan Auretta yang hendak beranjak pergi. "Mau kemana?" tanyanya.
Ia langsung melepaskan tangan Nathan yang mencekal tangannya. "Pulang," jawabnya.
"Gue antar."
"Gak usah, aku bisa sendiri," tolak Auretta.
"Udah malem bahaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG LANGIT
أدب المراهقينAuretta Capella, si gadis cantik dan pintar serta kepribadian nya yang hangat membuat banyak orang menyukainya. Satu hal yang semua orang tau tentang Auretta, yaa Auretta sangat menyukai langit. Entah apa yang ada di pikirannya tentang langit, yang...