Part 1 - Awal dan akhir dari sebuah cerita

87 7 0
                                    

Mari saling melupakan, melupakan semua yang telah terjadi hari ini dan kemarin. Kembalilah sebagai teman. ya hanya sebagai teman.
-Auretta Capella

Di bawah terik matahari dan langit biru serta gumpalan awan putih, dengan balutan kebaya berwarna cream Auretta mengikuti acara pelepasan di sekolahnya. Yap hari ini adalah hari terakhir Auretta menjadi siswa di sekolah menengah pertama yang artinya sekarang Auretta akan menjadi seorang anak SMA.

Saat ini setelah selesai mengabadikan momen-momen indah namun menyedihkan itu, Auretta dan teman-temannya berkumpul di taman depan sekolah.

"Auretta, lo jadi daftar di SMA Bumi Pertiwi?" Tanya Michella.

"Jadi dong, aku udah urus semua berkas-berkasnya, tinggal nunggu pengumuman aja." Jawabnya.

Semua mata menatap Auretta dengan pandangan tidak yakin. "Kamu yakin ret? Diantara kita cuma kamu loh yang daftar disana." Ucap salah satu temannya, Naufal.

Semua temannya serempak menganggukan kepala.

Auretta memang daftar di sekolah yang berbeda dengan ke lima temannya. Auretta mempunyai lima sahabat yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Michella Kinandita, Revanya Tatiana, Naufal Alfarizi, Fazar Dirgantara dan Nathan Narendra

Auretta menghela nafas berat. "Yakin dong, kalian kan tau SMA Bumi Pertiwi itu sekolah impian aku dari dulu."

"Tapi, emang lo ga sedih pisah sama kita hah? Atau jangan-jangan lo emang sengaja ya mau jauh-jauh dari kita, iya!? Yaampun ret gue gak nyangka lo begitu." Ucap Revanya mendramatisir.

Plak. Satu tangan Auretta melayang ke arahnya. "Please deh rev, kita cuma beda sekolah bukan beda negara. Toh kita juga masih bisa ketemu diluar sekolah."

"Auretta cantik, kita tuh cuma khawatir sama lo. Nanti kalo disana ada yang jahat sama lo gimana kalo gak ada kita?" Ucap Fazar sambil memegang kedua bahu Auretta.

Auretta tersenyum mendengar perkataan Fazar. Mereka ini memang terlalu berlebihan. "Kalian gak usah khawatir. Gak akan ada yang jahat sama aku. Everything is gonna be okay." Ucapnya meyakinkan.

Mereka semua saling pandang dan menghela nafas. Michella menghampiri dan menepuk pundak Auretta. "Kita tau lo pasti udah pertimbangin semuanya, kita bakalan selalu dukung apapun keputusan lo." Ucapnya sambil tersenyum.

Auretta pun tersenyum mendengarnya, ia tau sahabat-sahabatnya pasti akan selalu mendukungnya. Lalu matanya beralih pada seorang cowok yang sedari tadi hanya diam menyimak tanpa tertarik ingin bergabung dalam pembicaraan. Tatapan mereka tak sengaja bertemu, ada rasa sedih saat Auretta menatap mata itu tetapi, ia berusaha untuk tetap tersenyum.

Lama mereka bertatap sampai suara berat dari cowok itu menyadarkan Auretta. "Gue mau ngomong berdua sama lo Capella." Cetusnya kepada Auretta.

Seketika semuanya terdiam, hening sampai-sampai suara burung berkicau pun terdengar.

"Ekhem". Deheman dari Naufal memecah keheningan itu. "Kalo gitu kita semua ke kantin dulu beli minum." Kata Naufal mengajak semuanya untuk pergi ke kantin.

"Eh eh gue gak ikut, gue gak akan biarin Auretta berduaan sama nih cowok!" Ucap Michella dengan tegas

Fazar menepuk kepalanya sendiri. "Aduh lo tuh gak diajak, udah ayo ikut." Ucap Fazar sambil menarik tangan Michella.

"Eh eh eh lepasin gue, woi Fazar bangsat lo ya." Protes Michella sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Fazar.

Kini hanya tinggal mereka berdua. Auretta merasa suasana ini agak sedikit canggung, ralat sangat canggung. Lama Auretta menunggu cowok itu berbicara tapi sepertinya sang empunya masih betah dalam diam, entah apa yang ada di dalam pikiran nya.

Huft Auretta sudah muak dengan suasana ini. "Kamu mau ngomong apa Nathan?". Tanyanya penasaran.
Yap orang yang sejak tadi hanya menyimak pembicaraan dengan wajah datar dan tiba-tiba saja ingin berbicara berdua dengan Auretta dia adalah Nathan Narendra. Sahabat sekaligus orang yang dulu pernah mengisi ruang dihati seorang Auretta Capella.

Tidak mereka tidak berpacaran atau hubungan apalah itu. Auretta hanya menyukainya. Yaa Auretta menyukai Nathan dari pertama ia mengenalnya. Sifat Nathan yang kaku itu entah mengapa membuat Auretta tertantang untuk mendapatkannya.

Semua orang tau Auretta menyukai Nathan termasuk teman-temannya dan Nathan tentunya. 2 tahun Auretta menyimpan rasa untuk Nathan dan 2 tahun pula ia mendapatkan penolakan dari Nathan.
Auretta memang bodoh suka dengan sahabat sendiri tapi, sekarang perasaan Auretra untuk Nathan telah hilang setalah Auretta tau kalau Nathan masih mencintai masa lalunya.

"Lo pilih sekolah yang beda dari kita, bukan karena ngehindar dari gue kan?". Tanya Nathan dengan pandangan tajam dan dahi yang mengkerut.

Auretta terkejut, kenapa Nathan bisa sampai beripikir seperti itu. "Kenapa kamu bisa mikir kaya gitu?" Tanyanya heran. Tidak menyangka jika Nathan berpikiran seperti itu padanya.

"Aku pilih sekolah disana karena emang itu sekolah impian aku. I think you know that, nathan. Gak pernah sekali pun aku berpikiran kaya apa yang kamu bilang tadi." Ucap Auretta sedikit emosi.

"Sorry Capella". Ucap Nathan sambil menatapku.

Auretta menunduk tidak berani untuk melihatnya.

Melihat tidak ada respon dari Auretta Nathan kembali membuka suara. "Maaf ella, jangan suka sama gue kalo gak mau hati lo sakit. Lupain gue ya la? Cukup jadiin gue sebagai sahabat lo aja."

Deg. Seketika seperti ada batu yang menghantam dada Auretta. Ia memang sudah mengikhlaskan perasaannya tapi, entah kenapa sakit sekali mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Nathan.

Sekuat tenaga Auretta menahan air matanya untuk tidak meluruh di hadapan Nathan. "Aku paham, maaf kalau selama ini perasaanku ganggu kamu. Kamu tenang aja aku pasti akan lupain perasaan ini." Ucap Auretta seraya mencoba untuk tetap tersenyum dengan air mata yang sudah membasahi pipi bulatnya.

Nathan menghampiri Auretta dan mendekatkan tangan ke wajahnya "Jangan nangis ella." Ucapnya seraya menghapus air mata Auretta.

Auretta menyingkirkan tangan Nathan yang memegang wajahnya. "Aku paham, sangat paham kalau perasaan ini gak akan bisa terbalas. Aku gak punya kendali atas perasaan kamu maka dari itu, aku udah ikhlas Nath. Aku udah ilangin semua perasaan aku ke kamu. Dan satu permintaanku ke kamu."

"Apa?" Ucap Nathan cepat.

"Lupain semua yang terjadi kemarin nath, lupain kalo aku pernah punya perasaan itu ke kamu. Kembali seperti pertama kali kita kenal, bisa?" Ucap Auretta sendu.

Tidak ada respon apapun dari Nathan, ia tetap diam sampai akhirnya dia menatap Auretta seraya mengangguk.

Mungkin memang ini yang terbaik sekarang, belajar untuk menerima bahwa tidak semua hal bisa di paksakan, tidak semua hal harus berjalan sesuai dengan keinginan. Terkadang sang pencipta lebih tau mana yang terbaik untuk ciptaan nya.
Mari saling melupakan, melupakan semua yang telah terjadi hari ini dan kemarin. Kembalilah sebagai teman. ya hanya sebagai teman.

****

Satu kata untuk part ini?


TENTANG LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang