Part 3

45 31 2
                                    

Haidar Larasati Abdillah, putra seorang pengusaha sukses dari Bogor. Dijuluki konglomerat kaya raya dengan perusahaan raksasa dan banyak cabang disana.

Kulit nya putih, mata nya tajam dan memiliki alis yang sempurna dan memilik wajah seperti pemuda yang baik hati. Wajah nya menyiratkan kesedihan melalui mata tajam nya itu.

Tangan menggengggam bingkai foto bayi kembar, dia menatap nya lekat lekat dan mengusap bingkai foto itu
"Kakak janji, kakak akan cari orang yang buat kamu celaka sampai kita harus terpisah selama tiga tahun ini. Kakak akan pastikan dia menderita rasa sakit yang lebih dari apa yang kamu rasakan dek, gak peduli kakak harus jadi seorang pembunuh, asal kamu mendapatkan keadilan"

Tekad nya begitu kuat hingga mata nya berkilat merah menahan rasa amarah yang ada di dalam dirinya, dia berjanji dengan apa yang dia ucapkan.  Bukan hanya ucapan akan tetapi tindakan dan hal besar pun akan ia lakukan untuk menuntaskan rasa sakit yang ada di dalam jiwa nya.

"Haidar!!" Ucap Arga Aji Mahendra, salah satu sahabat Haidar.

"Ada apa ga?? Kenapa lo kesini???" Tanya nya penasaran.

Arga menghampiri Haidar yang tengah memandang bingkai poto dirinya dan adiknya ketika masih bayi.

"Gue gak tau apa yang terjadi sama adik lo, tapi yang gue tau pasti rumor yang beredar saat ini tentang lo dan adik lo ada yang benar dan salah"

"Tau apa mengenai adik gue?? Cuma gue, Ayah sama oma gue yang tau rumor yang beredar saat ini, sedangkan Ibu nggak tahu rumor ini"

"Dari yang gue lihat lo sayang banget sama adik lo, terbukti dengan lo yang selalu bawa foto lo dan adik lo pas masih bayi. Bahkan saat ini pun lo masih lihat bingkai foto kalian berdua, lalu apa yang lo lakuin kalau bukan lagi kangen sama adik lo"

"Gue udah pernah bilang sama lo, bahwa gue buat geng Ardefia untuk satu tujuan seperti namanya, Ardefia yang berarti saudara."

"Dan, lo gak pernah cerita apa maksud dan tujuan buat geng Ardefia. Selama ini kita hanya jadi anak geng motor biasa, gak pernah ugal -ugalan, gak pernah cari gara-gara apalagi berbuat kriminal. Tapi yang geng Ardefia tau musuh kita adalah geng Arios, dan lo juga gak pernah cerita ke kita apa alasan lo benci dan dendam sama geng Arios"

"Apa lo penasaran dan pengen tau alasan gue??" Tanya Haidar dengan santai yang tangan nya masih tetap memegang bingkai foto itu, sedangkan mata nya masih menatap lekat foto tersebut.

"Ya kita perlu tau, seenggak nya kalau Ardefia gak perlu tau tapi gue tau alasan nya. Kita buat Ardefia itu karena persaudaraan, terus lo diam dan gak pernah bilang apa apa selama ini apa lo pikir lo udah anggap kita saudara??"

Haidar berhenti menatap bingkai foto di tangan, ia simpan bingkai foto itu di meja yang ada disana. Dia duduk di hadapan Arga sambil menatap dia dengan menahan sedih di hati nya.

Dia menghela nafas, dan mulai berbicara, "Gue buat Ardefia bukan semata mata menciptakan ikatan persaudaraan sesama geng kita, namun gue buat Ardefia sebenarnya buat ngingetin gue sama adik gue, saudara satu satu nya yang gue miliki"

"Terus apa hubungan Ardefia sama Arios??"

"Pemimpin Arios, dia dalang utama adik gue lumpuh!!!" Ucap Haidar dengan mata merah menahan rasa amarah, dan tangan nya yang mengepal untuk menahan amarah nya itu.

"Adik lo lumpuh?? Selama ini gue gak tau informasi apa- apa tentang adik lo. Jadi Arios dalang nya? Terus siapa orang yang berani nyelakain adik lo itu???"

"Altan!"

"Si Altan??? Apa yang buat si Altan nyelakain adik lo sampai buat dia lumpuh???"

"Gue sendiri yang melihat kejadian nya, dia yang egois dan berhati batu udah buat adik gue kecelakaan parah. Gue Selama ini selalu ada niat hancurin Arios, hancurin Altan itu semata mata buat balas dendam ke dia"

"Gue gak tau apa yang sebenernya terjadi sama adik lo, tapi gue bakalan selalu ada buat lo, buat dukung lo ngelakuin apa yang seharusnya lo lakuin ke Arios ataupun ke si Altan.
Bukan hanya gue yang bakal dukung lo, tapi Ardefia akan selalu jadi saudara yang bakal ngedukung penuh rencana lo nantinya."

"Gue cuma bilang makasih sama lo dan Ardefia, karena selama ini kalian semua yang selalu dukung gue apapun itu"

"Kita geng Ardefia, sesuai dengan namanya adalah saudara bro. Sudah seharusnya kita saling bahu membahu. Dan ya tadi gue denger dari tiga orang perempuan tanpa sengaja, salah satu dari mereka mau ngedeketin lo sama si Altan. Katanya dia mau bikin lo sama di Altan tertarik buat deketin dan miliki dia sebagai pacar, apa ini bisa jadi celah buat lo ngehancurin si Altan????"

Ya, Arga lah yang menguping pembicaraan Soraya dengan teman teman nya kala itu.

"Siapa perempuan- perempuan itu ???"

"Untuk saat ini anak anak lagi nyari tau info mereka"

"Bagus, dia buat rencana buat gue sama si Altan. Dan gue buat rencana manfaatin dia buat ngehancurin si Altan, jangan salahin gue manfaatin perempuan itu karena dia sendiri yang mulai" ucap nya dengan seringai di sudut bibir nya.

****

Lain hal nya ditempat lain, lebih tepat nya di kota Bandung seorang pemuda ditemani sahabat nya disebuah mobil menikmati pemandangan di balik kaca mobil. Matanya sendu mengingat kenangan di kota ini yang sekarang dia tinggalkan.

Dia tiba disebuah tempat, ia membuka pintu mobilnya dan keluar dengan membawa bunga di tangan nya.

Dia berjalan menyusuri tempat itu, tempat yang tak lain adalah sebuah  pemakaman yang di kelilingi oleh bunga bunga indah yang tumbuh liar disana.

Tepat di sebuah kuburan, Altan berdiri disana sambil menatap kuburan yang terlihat tak terawat itu. Dia berjongkok sambil menatap batu nisan yang tak terlihat nama siapa yang tertulis pada batu nisan tersebut. Arga menaruh bunga yang dia bawa di atas kuburan yang sedang dia ziarahi saat ini.

"Na, ternyata tanpa aku bawa bunga pun tempat tinggal kamu saat ini penuh akan bunga. Aku udah lama ya gak pernah mengunjungi kamu"

Altan yang semula berjongkok mulai duduk tanpa alas apapun dan tak ragu duduk di dekat makam itu.

"Al, lo malah duduk sih ?? Kotor tau" ucap sahabat yang mengikutinya itu

"Lo diem Radit! Gue lagi ngunjungin Hasna, sahabat gue, cinta pertama gue" ucap Altan dengan nada tegas disertai lirihan dan buliran air mata.

"Altan, lo harus ikhlas kalau Hasna sudah meninggal tiga tahun yang lalu" ucap Radit dengan memberikan kekuatan pada sahabat nya Altan.

"Andai aja waktu itu gue nepatin janji gue ke Hasna buat nemuin dia untuk terakhir kalinya buat pulang sama Ayah nya, mungkin  perpisahan itu bukan perpisahan selama nya seperti ini. Gue malah menyia-nyiakan pertemuan kita, andai gue dulu datang mungkin Hasna gak bakal jadi korban kecelakaan dan berakhir meninggal.
Itu semua gara gara gue Radit!!! Gara- gara gue!!!

"Udah Altan, kita kesini buat ngedoain Hasna, bukan buat nyalahin diri sendiri!!"

Altan hanya menangis dalam keterpurukan, Radit hanya menenangkan sahabatnya itu dan membujuknya untuk segera pergi dari tempat ini agar dia tidak mengenang kenangan pahit dan luka di hatinya.

Altan pun tersadar dan kembali pulang dari makam tersebut disertai rasa penyesalan yang masih lekat di hatinya.

"Hasna, maafin gue. Gue gak mau Altan menjadi lemah karena lo, dia sendiri udah banyak menderita karena banyak nya musuh. Gue gak mau sahabat gue lemah karena lo, maafin gue Hasna."

Bersambung.

Kertas Putih KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang