Pada malam hari, Hasna bersama Haidar yang berada didalam kamarnya masih menunggu kabar dari Altan maupun Radit. Dia ingin bertemu juga dengan kedua sahabatnya itu untuk perpisahan terakhir kalinya.
Dengan gelisah dia terus memandangi handphone nya berharap ada pesan atau panggilan dari kedua sahabatnya maupun dari salah satunya.
"Na, gak apa apa lah kalau kamu gak pamitan sama kedua sahabat kamu itu nanti tinggal pamitan di telpin aja kan bisa. Kamu kan juga tahu dari Rana kalau mereka besok juga mau bertarung lawan geng motor"
"Aku tahu kak, tapi rasanya pergi tanpa pamitan takut ngecewain mereka
Pada akhirnya ada suara telpon masuk ke handphone nya, dia terburu buru melihat siapa yang menelepon nya. Dia melihat nama Radit menelepon dirinya yang membuat dia senang dan langsung mengangkat telpon nya itu.
"Hallo, Assallamu'alaikum Radit"
"Wa'alaikumussalaam Hasna. Ada apa Na?? Kamu telpon aku terus dari tadi??? Maaf baru bisa telpon kamu balik"
"Gak apa apa Dit, aku nelpon Altan sama kamu gak aktif terus. Sebenarnya ada yang mau bilang ke kamu sama Altan"
"Apa itu Na?? Kebetulan disini lagi ada Altan disamping aku, aku loud speaker ya biar Altan juga denger. Tuh Al, Hasna nelpon nih ada yang mau dia bilang ke kita berdua"
"Altan, Radit kalian dengar suara aku kan??
"Iya denger Na" ucap Radit dan altan terdengar di telinga Hasna.
"Altan, Radit apa bisa besok pagi kita bertemu?? Besok aku mau pamitan sama kalian, aku mau pulang ke Bogor sama Ayah dan keluarga aku yang lain nya"
"Oh iya- iya bisa na. Nanti kita ketemu sama kamu di taman seperti biasa ya Na. Maaf aku baru inget kalau kita sudah mau libur panjang"
"Eh, maksud aku tuh.."
"Udah dulu ya, Na aku sama Radit mau latihan dulu. Assalamualaikum " ucap Altan yang langsung mematikan sambungan telpon
"Wa'alaikumussalaam". Hasna terlihat sedih dengan putusan sambung telpon nya yang sepihak dari Altan. " padahal aku pamitan bukan karena liburan tapi karena mau tinggal kembali bersama dengan orangtua aku di Bogor dan mungkin gak akan pernah kembali lagi"
"Tapi gak apa apa masih ada waktu hari esok buat pamitan sama mereka"
"Kenapa??? Mereka gak bisa datang???" Tanya Haidar kepada adiknya yang terlihat murung.
"Gak apa- apa kok Kak., aku tadinya mau bilang kalau mau pamitan buat pindah ke Bogor tapi sambungan nya langsung di tutup sama mereka. Tapi katanya besok mau ketemu aku ditaman seperti biasanya"
"Tapi kan mereka mau lawan geng motor besok pagi, apa mereka benar tepatin janjinya sama kamu??"
"Insyaallah Hasna yakin mereka tepatin janjinya ke Hasna"
"Yaudah, besok kakak temenin kamu ke taman untuk pamitan sama sahabat kamu ya" ucap Haidar yang diangguki Hasna.
"Entah kenapa perasaan aku gak enak buat besok, aku takut akan terjadi sesuatu sama Hasna. Mungkin ini perasaan aku aja ya". Resah Haidar dalam hati.
Besok paginya, diluar terlihat mendung dan gerimis itu Hasna terlihat sudah mengemas barang- barang nya, dia memakai baju berwarna putih senada dengan hijab nya. Haidar menghampiri adiknya untuk menanyakan apakah dia akan menemui sahabatnya itu ataukah tidak dilihat hati ini cuaca sedang tidak bagus.
"Hasna, apa kamu yakin akan ketemu sahabat kamu buat pamitan??? Hari ini cuaca nya lagi gak bagus loh, mendung sama gerimis"
"Kalau Rana sih pasti datang di taman, kalau Radit tadi di memberi Hasna kabar kalau dia gak bisa datang. Sedangkan Altan dia janji mau ketemu dulu sama Hasna, tapi entah kenapa baru kali ini Altan gak bareng sama Radit padahal biasanya mereka kompak satu sama lain
"Hasna, maaf kalau kakak bilang seperti ini ke kamu. Kalau Radit biasanya selalu kompak sama Altan, terus mereka kebeneran lagi gak kompak sepertinya Altan juga gak bakal datang Na, kakak gak yakin dengan sahabat kamu yang bernama Altan itu"
"Kita lihat dulu kak, kali aja Altan emang datang nantinya walaupun paling cuman Rana yang datang, setidaknya Hasna menepati janji untuk Rana"
"Terserah kamu, kakak bakal nemenin kamu pamitan sama sahabat kamu walaupun cuma Rana"
Hasna dan Haidar langsung pergi ketaman untuk berpamitan dengan sahabatnya Hasna, disana terlihat Rana yang telah menunggu sambil meneduh karena hujan kini kian membesar.
"Hasna, Radit katanya gak akan datang karena mau bertarung lawan geng motor alias tawuran. Gak tau deh si Altan gimana kabarnya"
"Aku juga udah pamitan sama Radit di pesan, tapi handphone tetep gak aktif. Katanya sih Altan mau datang"
"Kayanya Altan gak mungkin datang deh Hasna, masa ketua geng motor gak ikutan tawuran sedangkan wakilnya yang tawuran sih"
"Tapi Altan sendiri yang nyuruh aku buat datang ketaman ketemu sama kalian"
Haidar yang mendengar percakapan adik dan sahabat nya itu menjadi paham bahwa sebenarnya Altan berbohong kepada Hasna kalau dia akan datang menemuinya disini.
"Kenapa Altan harus berbohong segala jika dia tak mampu menepati janji, seharusnya Hasna gak perlu datang kesini sambil hujan seperti ini. Kalau aku bilang ke Hasna kalau apa yang di ucapkan Rana ada benarnya pasti dia sedih" ucap Haidar dalam hati kecewa dengan sikap sahabat adiknya yang bernama Altan itu.Hujan semakin deras, Hasna tak kunjung melihat Altan yang menyuruhnya bertemu ditaman ini, rasa kecewa muncul dihatinya apakah benar yang dikatakan Rana bahwa Altan berbohong kepadanya.
Hasna yang melihat ke arah jalan terus berharap bahwa Altan menepati janji untuk bertemu dengan nya, matanya tertuju pada sebuah motor yang dia kenali.
"Itukan Altan!!" Ucap Hasna yang membuat Haidar dan Rana melihat ke arah jalan.
Hasna yang tau persis bahwa itu motor Altan heran mengapa motor itu terus melaju tanpa berhenti, Hasna pun tanpa sadar mengejar motor yang dikendarai Altan dan menerobos hujan yang sangat deras. "Altan!!!!"
Dia berlari sambil mengejar Altan, Rana dan Haidar yang melihat itupun langsung ikut mengejar Hasna di tengah hujan deras.
"Hasna berhenti Na, nanti kamu jatuh" ucap Rana maupun Haidar sambil terus mengejar Hasna.
Sedangkan Altan yang mendengar namanya disebut menoleh ke arah belakang, dapat dia lihat bahwa sahabat nya itu mengejar nya. Namun bukan nya berhenti dia malah menambahkan laju motornya meninggalkan Hasna.
Hal itu tak luput dari penglihatan Hasna, Rana maupun Haidar. Mengapa Altan tega berlaku demikian pikir mereka, namun Hasna tetap mengejar Altan yang kian tak terlihat dari pandangan.
"Hasna berhenti Na!! Altan mengabaikan kamu Na!! " Ucap Rana untuk menyadarkan Hasna yang terus mengejar Altan.
Namun Hasna tak mendengar kan teriakan sahabat nya itu, hingga akhirnya. "BRAK!!!!"
Suara keras terdengar ditelinga dua insan manusia, Hasna tertabrak truk saat berada di persimpangan jalan yang sedang di guyur hujan ini.
Seseorang tertabrak oleh truk dikala hujan nan mendung itu, tangan seseorang itu terlihat lemah dan tak berdaya di iringi genangan darah yang mengalir dengan deras nya air hujan.
"Hasna!!!" Teriak Haidar dan Rana yang syok melihat tubuh Hasna terpental akibat ditabrak.
Haidar langsung berlari sekencang kencang nya tanpa mempedulikan hujan deras, dia meraih tubuh adiknya yang lemah dan bersimbah darah dengan hati yang tengah tak baik- baik saja dengan tubuh bergetar
"Hasna!!!! Bangun Hasna!!!! Arggggh!! Ucap nya berteriak dan mengaum dengan keras tak kuasa menahan tangis dan keterkejutan nya.
Rana yang melihat itu ikut menangis dan tangan nya bergetar melihat kondisi sahabatnya itu, dia yang masih dalam akal sehat langsung meraih ponselnya dan berusaha menelepon ambulans.
Disini, dipagi hari yang mendung dan hujan deras menjadi saksi biksu peristiwa yang menyayat dan menggetarkan hati seorang Haidar yang melihat tubuh adiknya yang berbalut pakaian putih bersimbah dengan warna merah darah.
Peristiwa yang akan mengubah pandangan hidupnya untuk memperjuangkan keadilan untuk adiknya, awal mula dendam kepada seorang laki- laki bernama Altan itu tumbuh mengakar didalam hati dan juga jiwa.
Bersambung............
KAMU SEDANG MEMBACA
Kertas Putih Kita
Teen FictionTawa kian menggema terdengar di telinga, tawa dari seorang perempuan berhijab dengan senyuman manis. Kulit putihnya kontras dengan sinar matahari di kala pagi "Kenapa kamu suka dengan kertas putih?" tanya seseorang. "Kertas putih itu bersih tanpa n...