Part 4

50 29 1
                                    

Di basement tempat geng Arios berkumpul, terlihat beberapa anggota sedang berkumpul dengan bercanda tawa. Namun, wajah sang pemimpin hanya terlihat melamun seperti memiliki banyak pemikiran.

Disamping itu yang lainnya tak menyadari hal itu, sedangkan Radit datang menghampiri kerumunan itu dengan membawa satu kotak penuh dengan barang barang yang tak mereka tahu.

"Altan ikut gue sekarang!!!" Ucap nya tanpa menunggu sang pemimpin beranjak dari tempat duduk nya.

Altan berjalan menghampiri Radit tanpa mengetahui apa yang akan sahabatnya itu lakukan.

Radit dengan sengaja membuang isi kotak itu kepada tong sampah pembakaran tanpa rasa penyesalan di hatinya.

"Altan, sekarang kenangan Hasna sudah gak ada lagi di dunia ini!"

Altan tersentak dengan ucapan sahabat nya itu dan merubah ekspresi nya dengan seketika.

"Lo ngapain hah??!!!! Itu satu satunya kenangan dia di dunia ini!!!"

"Kalau gue gak ngelakuin hal ini, lo gak akan bisa lupain dia, Altan!!! Lagian lo juga gak sanggup kan menyentuh barang ini selama tiga tahun lamanya!! Buat apa lo simpan kalau lo sendiri gak sanggup buat nyentuh barang barang ini"

Altan tak habis pikir dengan pemikiran sahabatnya itu, dia menyerang dengan dengan membabi buta. Namun hal itu di hentikan oleh teman teman yang lain nya yang tak ingin ada perkelahian diantara mereka.

"Udah Al, jangan berantem sama sahabat sendiri!!! Radit itu sahabat lo!!! Inget itu!!" Ucap Galuh dengan memegangi Altan agar tidak berontak.

"Mana ada sahabat yang tega bakar barang berharga milik sahabatnya!!" Ucap nya dengan marah dibalit rasa kesedihan yang membuat nya terlihat lemah.

"Gue hancurin barang- barang ini agar lo gak jadi lemah kaya gini. Gue lakuin semua ini demi  lo!!!! Karena ini satu satu nya kelemahan lo, Altan!!!. Bawa Altan ke markas!" Ucap nya lirih.

Sedangkan Altan tak berdaya walaupun dia marah akan tetapi jiwa nya sudah larut dalam kesedihan, titik lemah seorang Altan ternyata adalah ini, dan itu semua di lakukan agar Altan bangkit dari keterpurukan nya.

Aksa menghampiri Radit, penasaran dengan apa yang sebenernya kepada Altan sang pemimpin Arios. Dia tidak pernah melihat Altan selamat ini sebelumnya.

"Dit, ada apa ini?? Kenapa si Altan nangis dan marah gara gara lo bakar barang barang ini??" Ucap Aksa sambil melirik barang -barang yang sedang terbakar di hadapan nya itu.

"Itu barang peninggalan Almarhumah sahabat gue sama Altan" jawab nya lirih.

"Almarhumah??? Cewek??"

"Iya, dulu gue sama Altan punya sahabat cewek. Dan itu satu -satu nya barang peninggalan sekaligus kenangan dari dia"

"Dan lo bakar dengan semudah itu??"

"Gue bakar semua ini demi Altan, biarin Altan bahagia dan lupain semuanya. Titik kelemahan seorang Altan adalah dia, dan gue gak mau kalau sampai musuh kita tahu kelemahan nya Altan."

"Apa lo gak ngerasa sedih juga karena udah ngebakar semua ini?? Bukan nya dia juga sahabat loe juga???"

"Gue sedih, tapi gue gak sedekat itu sama dia. Buat apa menangisi sesuatu yang sudah tiada?? Bukan nya kita harus melanjutkan hidup???" Ucap Radit dengan langsung meninggalkan Aksa yang masih penasaran dengan semua yang terjadi saat ini.

Aksa hendak pergi meninggalkan tempat ini, namun dia tak sengaja melihat sebuah buku kecil yang tergerak dekat tempat pembakaran. Mungkin itu merupakan salah satu barang yang tadi hendak di bakar, namun terjatuh begitu saja tanpa di ketahui oleh Radit maupun Altan.

Dia meraih buku yang terjatuh itu, dia melihat nya dengan teliti. Tertulis "Kertas nya Hasna", dia bingung apakah dia harus membuang dan ikut membakar buku itu atau dia simpan saja untuk dia baca???

Pada akhirnya dia memilih untuk membawanya dan menaruh nya ke dalam jaket kebanggaan geng Arios agar yang lain tidak tahu bahwa dia telah mengambil buku itu. Bisa gawat jika Radit apalagi Altan mengetahui nya.

*****

Disebuah rumah yang besar dan bernuansa putih, di keheningan malam seorang Muhammad Aksa Pratama tengah duduk di balkon rumahnya sambil menggenggam sebuah buku yang lumayan kecil di tangan nya.

Buku dengan tulisan "Kertas nya Hasna", dia buka buku itu dia lihat beberapa poto yang tertempel disana.

Foto seorang gadis berhijab panjang dengan senyuman yang begitu manis di wajah nya, kulit nya terlihat putih dan tanpa polesan make up di wajahnya.

Aksa seketika terpesona dengan foto dari gadis tersebut, wajahnya terlihat teduh saat di pandang.

"Apa dia yang di namakan Hasna?? Cantik dan meneduhkan. Pantas saja seorang Altan susah untuk melupakan nya."  Dia tersenyum memandang foto itu, dia membuka lembaran demi lembaran sampai ia menemukan catatan Hasna.

" semua orang memiliki masa lalu, ada yang penuh dengan kesedihan maupun dengan kekelaman. Tapi kita semua sama, yakni hamba dari yang maha pencipta Allah  ta'ala. Yang membedakan adalah iman taqwa hamba tersebut, maka jadilah seorang yang beriman dan bertakwa agar kita selalu dalam kasih sayang dan keridhoan Nya"

"Aku akan pindah sekolah, aku ingin meraih cita- cita ku. Aku akan kuliah di timur tengah, menikah lalu mempunyai anak anak yang sangat lucu dang menggemaskan. Tapi, apakah aku bisa meraih itu semua?? Siapa ya yang bakal jadi mahrom untuk menemani aku kuliah disana ya ??"

"Entah kenapa akhir -akhir ini aku merasakan hal yang tidak biasa, hati aku gelisah seakan akan bakal ada sesuatu yang terjadi"

"Tulisan ini  cuma sampai disini, apa mungkin dia udah ada firasat mau meninggal??" Ucap Aksa penasaran dengan catatan itu

"Darimana juga si Altan dapet barang- barang ini?? Apa mungkin dia ngambil dari keluarganya?? Altan, altan ternyata kelemahan lo ada disini. Pantes aja si Radit berusaha bakar semua ini, kalau sampai musuh tau bisa aja mereka manfaatin ini buat ngehancurin geng Arios"

"Seperti apa ya seorang Hasna itu?? Di lihat aja dia perempuan yang shalihah, teduh kalau di pandang, andai aja dia masih hidup mungkin gue pun jatuh cinta sama dia" ucap Aksa dengan kekehan kecil.

"Astagfirullah, istighfar Aksa  dia itu udah meninggal, masa iya sih gue jatuh cinta sama perempuan yang sudah meninggal" ucap nya sambil geleng geleng kepala sambil melihat lembaran demi lembaran buku tersebut.

Namun ketika dia membuka lembaran demi lembaran buku itu, dia melihat sebuah kertas yang ditempel dengan kertas yang berwarna biru muda.
Dia penasaran, karena kertas yang menempel itu hanya sisi -sisi tepi kertas yang di tempel. Dia berusaha membuka kertas yang menempel itu dengan sedikit merobek nya.

Dan ketika dia berhasil membuka kertas yang menempel itu, dia terpaku seakan menemukan sesuatu.

"Apa ini nama nya Hasna??? Nama ini rasanya kenal" ucap nya sambil berpikir dan terus berpikir

"Ya nama ini nama dia!! Apa jangan- jangan Hasna ada hubungan nya sama dia???!" Entah siapa "dia" yang di maksud oleh Aksa.

"Gue harus cari tau apa hubungan nya  sama Hasna. Ya harus!!" Ucap nya dengan tekad bulat di hatinya.

Bersambung.....

Kertas Putih KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang