Chapter 2 : Tembakan dan kematian pertama

32 13 9
                                    

“Perhatian, para penumpang kapal sekalian, ini situasi yang berat tapi kami harus memberitahukan ini kepada kalian. Saat ini kalian berada di pulau A, dan kalian akan terus berada di pulau ini untuk selamanya sampai mati,” ucap seseorang dengan pakaian jas hitam lengkap dengan dasi hitam yang senada. Dia menggunakan pengeras suara agar dapat didengar oleh para penumpang kapal yang semuanya telah turun. Dia berada di atas tebing yang cukup tinggi. Mungkin tingginya sekitar 200 meter dari bawah sini.

Hanya segelintir orang yang mendengarkan perkataannya, termasuk aku, yang mengira bahwa dia orang yang sudah gila. Aku dan penumpang lain tak menghiraukannya. Aku melihat ke arah laut. Kapal yang membawa kami ke sini sudah pergi jauh meninggalkan kami di pulau ini. Kami mulai menjauhi pantai dan perlahan memasuki pulau ini.

Tiba-tiba, muncul suara tembakan senjata api. Pekikan suara itu membuat suasana yang awalnya ramai berubah menjadi sunyi. Semua orang terlihat kaget, dan semua mata langsung tertuju kepada sosok yang berada di atas tebing tinggi. Ternyata pelaku suara tembakan itu adalah orang yang sama dengan yang berbicara aneh di awal tadi.

“Nah sudah diam semua ya, sekarang akan kuulangi lagi. Ehem… Saat ini kalian berada di pulau A, dan kalian akan terus berada di pulau ini untuk selamanya sampai mati, sekian.”

Hah? Apa maksud ucapannya itu?

Tidak ada yang mengerti perkataan pria itu. Kelihatannya orang itu hanya membual. Namun, tiba-tiba…

“Woi botak, apa maksudmu! Kami ke sini karena uang yang perusahaan kalian janjikan, bukan untuk cari mati!” ucap seorang pria berbadan besar dan tinggi dengan kasar kepada orang di atas tebing itu. Dia adalah orang yang menabrakku di awal.

Orang berjas itu mengembuskan napas sebentar dan berkata, “Kami tak pernah melanggar janji kami, nanti akan ada beberapa syarat agar kalian bisa mendapatkan uang yang kalian inginkan itu. Namun untuk saat ini, silakan tunggu sampai syarat itu kami bocorkan. Siapa bilang kalian bisa mendapatkan uang semudah itu.”

Hmm, uang dan perusahaan ya… Sepertinya pria besar itu tahu sesuatu. Mungkin aku harus menggali informasi darinya. Saat ini aku tak ingat apapun tentang asal usulku, alasan aku di sini, bahkan siapa diriku yang sebenarnya. Aku harap dia mau menceritakan setidaknya tentang ‘uang dan perusahaan’ yang disebutkannya tadi kepadaku.

“Kenapa tak langsung diberitahu saja hah? Kami tak ada waktu untuk tinggal terlalu lama di sini!” Pria besar itu berkata demikian disambut dengan sorakan banyak penumpang kapal.

“Sabar… kalian harus sabar dong. Apa kalian tak diajarkan hal sesederhana itu saat kecil?”

Pria besar itu mengepalkan tangannya. “Aku di sini karena keluargaku kehabisan uang! Mereka bisa mati kelaparan kalau aku tak pulang membawa uang secepatnya!”

Kemudian orang di atas tebing itu tertawa. Suaranya begitu menyebalkan, seakan-akan menghina semua orang di sini. “Tunggu saja apa susahnya? Kalau tak bisa menurutiku pulang saja ke rumahmu sekarang!”

“Sial, aku tak peduli lagi soal uang dan tugas tambahan itu...” Orang besar itu tanpa pikir panjang langsung mengambil batu sebesar bola voli dari tanah dan melemparkannya ke arah orang berjas itu. Lemparannya sangat kuat. Dengan kecepatan tinggi, batu itu terbang ke arah orang di atas tebing itu.

Seketika, angin deras muncul dan datang ke arah kami. Angin itu sangat kuat, seperti menusuk mata. Mataku sakit, namun rasanya tak seberapa dibandingkan dengan sesuatu yang baru saja aku dan penumpang lain lihat. Kami menyaksikan orang yang berada sekitar 200 meter di atas tebing tinggi itu tiba tiba menghilang, dan dalam hitungan detik dia seketika muncul tepat di depan pria besar itu. Saat tiba di depannya, pria besar itu terlihat kaget. Meski begitu, dia tanpa pikir panjang langsung melayangkan pukulan. Mungkin itu pukulan terkuatnya untuk menumbangkan lawan. Sungguh reaksi yang luar biasa. Aku bisa melihat gerakan mereka, tapi hanya itu satu-satunya hal yang mampu kulakukan. Aku perlahan bisa melihat orang berjas itu mengacungkan jari telunjuknya dan…

Terdengar suara ledakan yang sangat dahsyat. Aku harus merunduk sambil menutup telinga karenanya. Suara bergema ke seluruh pulau, membuat burung-burung terbang menjauh dari lokasi akibat suara bising yang dihasilkan. Saat bangkit kembali, aku tercengang.

“Hah? A-apa-apaan ini? Kenapa di pakaianku ada noda merah?” Gumamku. Aku pun segera mengalihkan pandangan ke arah orang besar tadi.

Hilang… orang itu hilang! Kemana perginya dia…

Tak perlu waktu lama sampai aku sadar bahwa pria besar tadi telah tewas. Dia berubah menjadi cairan merah segar yang terciprat ke segala arah, mengotori kami dengan warna merah darah. Semua orang histeris ketakutan, begitu pula denganku. Entah kenapa aku langsung tersungkur ke tanah, gemetar, dan tak bisa bergerak. Sialan, padahal tadi aku ingin mencari informasi darinya, tapi kenapa malah begini?

Semua orang yang hadir takkan pernah melupakan hari itu. Hari di mana kami melihat dengan mata kepala sendiri, orang yang kami anggap perkasa, kuat, gagah, dan semua atribut maskulinitas yang menempel padanya, hilang bersama dengan tubuhnya yang meledak bagaikan balon. Suara ledakannya sungguh menyeramkan. Darahnya menyebar dengan cepat ke arah orang disekitarnya. Tubuhnya hilang tak berbekas menyisakan bercak darah segar di tanah.

Sial, apa yang harus kulakukan?

Elena dan Daratan Misterius Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang