Di tengah-tengah kondisi kacau seperti sekarang, Edward, seorang pria gagah yang sejak awal memimpin kami di pulau ini, mulai unjuk suara. Dia yang mengatur kami agar bisa saling bekerja sama. Dia juga yang mengajak kami untuk memetik buah, menangkap ikan, mengumpulkan kayu bakar, dan lain sebagainya. Bahkan dialah adalah orang pertama yang berhasil menemukan gua tempat kami tinggal sekarang. Wajah Edward saat ini terlihat serius. Dia mengangkat tangannya, meminta perhatian semua orang. Semua orang patuh. Ketika semua orang sudah berkumpul di hadapannya, Edward mulai berbicara dengan suara yang kuat dan tegas.
"Teman-teman, kita tahu ancaman bisa datang kapan saja. Tapi yang penting sekarang, aku ingin kita semua berjanji pada satu hal: tetaplah bersatu.
Meskipun kita baru bertemu selama satu Minggu di daratan ini, hal itu bukanlah hambatan bagi kita untuk tetap bersama dalam menghadapi masalah saat ini. Mungkin nanti keadaan akan semakin sulit. Mungkin kita akan merasa takut dan kehilangan harapan. Tapi ingatlah, Kita tak sendirian. Kita punya satu sama lain. Kita harus bekerja sama, saling mendukung, dan melindungi satu sama lain. Aku minta kalian semua untuk saling percaya dan berbagi informasi. Jangan ada yang merasa sendirian atau terisolasi. Bersama, kita akan menemukan cara untuk bertahan, dan pada akhirnya: menang.
Semua orang bersorak. Edward berhasil menyalakan api semangat di dalam hati kami semua. Orang-orang yang "trauma" juga terlihat bersemangat saat mendengar pidato yang berapi-api itu. Aneh. Tak mungkin seseorang bisa kembali antusias secepat ini setelah dalam kondisi yang terpuruk. Apa mereka benar-benar trauma? Mereka bahkan menyanjung-nyanjung Edward dengan sebutan "Pemimpin hebat". Meski aku merasakan keanehan, tak bisa dipungkiri, saat mendengar Edward berpidato, rasa cemasku sedikit hilang. Aku baru sadar bahwa jika kami semua bersatu, maka bertahan bukanlah suatu hal yang mustahil.
Kami semua tercerahkan karena pidato Edward yang begitu rapi dan menggebu-gebu. Hanya ada satu orang yang bila kuperhatikan dengan seksama, hanya diam bahkan memandang sinis wajah Edward dari kejauhan. Ya... dialah David. Dia bahkan meninggalkan lokasi tempat kami berkumpul saat Edward belum menyelesaikan ucapannya. Entah apa yang ada di pikiran anak itu. Dia pasti membayangkan sesuatu yang tidak-tidak. Rasanya aku tak ingin akur dengannya lagi. Meskipun begitu, aku masih penasaran akan sosok pengkhianat yang dimaksudnya. Apakah pengkhianat itu memang ada? Atau hanya bualan semata? Belum lagi masalah kebocoran informasi.
"Tidak... tidak... mana mungkin ada yang seperti itu. Itu hanya omong kosong." Begitulah kesimpulanku. Dia pasti sedang mengada-ada. Mungkin ucapannya tentang 'kebocoran informasi' saat itu juga asal sebut saja tanpa berpikir terlebih dahulu.
Setelah berpidato, Edward mengajak kami semua untuk pergi ke atas tebing bersama-sama. Hampir semua orang menurutinya, kecuali aku, Lisa, dan David. Lisa berkata ingin mencari gelang yang dia sembunyikan di antara bebatuan gua. Aku tak mengetahui bahwa Lisa selama ini mempunyai gelang. Dia sendiri mengaku bahwa saat pertama kali datang ke gua, dirinya langsung menyembunyikan gelang yang dipakai. Aku pun menawarkan diri untuk menemaninya sampai gelang itu ditemukan. Untuk David sendiri, aku juga tak begitu mengetahui apa yang dilakukannya-istilah yang lebih tepat mungkin tak ingin tahu. Yang pasti, setelah Lisa dan aku berhasil menemukan gelang yang dicari-waktu yang dibutuhkan cukup lama karena Lisa lupa lokasi persis di mana dia menyimpannya-David sudah tidak ada lagi di sekitar gua. Itu berarti hanya kami berdua yang belum berangkat.
Kami pun segera berlari cepat menuju ke atas tebing. Semua orang sudah berkumpul di sana dan sepertinya mereka menunggu kami. Napasku terengah-engah, tapi karena hal itulah aku tak terlambat menyadari pertemuan penting ini.
"Baiklah, karena semuanya sudah berkumpul. Aku akan menjelaskan sistem permainan yang ini."
Permainan? Aku mendekati Rico yang sedang berbincang dengan Lisa. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku dengan nada mendesak. Rico menghela napas panjang sebelum menjawab. "Ray berkata bahwa syarat yang dimaksud selama ini adalah sebuah permainan sederhana. Aku merasakan firasat buruk, Manda. Kita harus bersiap-siap," ucapnya. Aku mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elena dan Daratan Misterius
FantasíaElena terbangun di atas kapal misterius tanpa ingatan bagaimana dia bisa sampai di sana. Kapal tersebut membawanya ke sebuah pulau tak berpenghuni yang dipenuhi dengan bahaya dan misteri. Di sana, Elena harus menghadapi kekuatan-kekuatan supranatura...