Chapter 12: Makhluk aneh

22 8 5
                                    

Sesosok makhluk tak dikenal melesat terbang dan menabrak David tepat di perutnya. David yang tak siap pun terpental jauh dan hanya berhenti ketika tubuhnya menabrak batang pohon besar yang cukup jauh dari posisi kami semula. Suara yang dihasilkan dari tabrakan itu sangat besar. Burung-burung terbang menjauh dari lokasi akibat suara bising yang dihasilkan. Batang pohon besar itu terlihat retak. Kami berempat hanya bisa terperangah melihat kejadian spektakuler itu.

Lisa adalah orang pertama yang mengambil inisiatif untuk menolong David. Dia segera berlari ke arah pohon itu. Aku segera menyusul bersama dengan Fritz dan Rico.

“Aduh sakit…” ucap David yang berusaha bangkit setelah terkapar lemas. Dia memegang kepalanya yang baru saja terbentur keras.

“Vid! Kau tak apa? Makhluk apa itu yang ada di...perut…mu…?” tanya Lisa tertegun dan bingung, dengan suara yang semakin melambat. Lisa yang pada awalnya ingin membantu, menghentikan larinya setelah melihat sesuatu bergerak di perut David.

“Makhluk? Apa maksudmu….” David berhenti sejenak, tiba-tiba tersentak dan berteriak histeris. Suaranya tak kalah dari suara yang dihasilkan dari tabrakan tadi. David langsung mengambil makhluk aneh itu dari atas perutnya dan melemparnya ke arah kami. Lisa yang ketakutan segera mundur dan bersembunyi di belakang Rico yang bertubuh lebih besar. Kami semua diam waspada. Anehnya, makhluk itu tak bergeser sedikit pun dari tempatnya semula, seolah-olah tak lagi bernyawa. Suasana tegang. Hanya ada suara rintihan David dan kicauan burung yang terdengar. Lisa yang ada di depanku segera memberikan isyarat tangan. Aku langsung paham apa maksudnya. Kurang lebih dia memerintahkanku dan Fritz untuk memeriksa lebih detail tentang makhluk itu, sementara dirinya dan Rico akan menolong David yang masih kesakitan.

Aku pasrah. Sebenarnya aku ingin menolaknya, tapi sekarang aku paham kerja sama lebih penting daripada mementingkan ego sendiri. Akhirnya, dengan berat hati, aku memberanikan diri mendekat untuk melihat makhluk itu lebih jelas dan mencari tahu apa sebenarnya itu. Fritz mengikutiku dari belakang. Kami berjalan pelan. Di lain sisi, Lisa dan Rico berlari kecil ke arah David dan segera memapahnya. David berterimakasih kepada mereka berdua.

Sementara itu, di hadapanku sekarang, terlihat seekor makhluk kecil yang tak pernah kulihat sebelumnya tergeletak di tanah. Tubuhnya sungguh aneh dengan ukuran sedikit lebih besar dari seekor kucing, Kulitnya biru pekat, tampak keras dan bersisik bak perisai. Matanya tertutup rapat, sepertinya tak sadarkan diri. Dari tubuh mungilnya, terlihat empat kaki yang masing-masing dihiasi dengan cakar tajam. Di punggungnya, sepasang sayap terlipat rapi. Sayap itu tampak proporsional dengan tubuhnya. Mungkin mirip dengan sayap kelelawar namun lebih anggun. Di bagian belakang tubuhnya, menjulur ekor panjang yang indah, dengan warna yang sama seperti kulitnya.

Aku terpesona oleh makhluk kecil ini. Rasanya makhluk ini seperti hewan di cerita fantasi populer kebanyakan. Meski tak tahu nama atau asal-usulnya, jelas terlihat bahwa makhluk ini penuh dengan keunikan dan misteri. Aku mencoba untuk semakin dekat dengan makhluk ini, barangkali dia sudah mati jadi aku rasa aman-aman saja.

“Apa yang kau lakukan Manda,” tanya Fritz di belakangku cemas.

"Ssssssst!"

Fritz diam, mengerti maksudku barusan.

Nah, sebaiknya aku apakan hewan ini ya? Oh iya, kalau diingat-ingat, Ray bilang kalau kami berhasil kalahkan monster karnivora, maka kami bisa mendapatkan kekuatan khusus. Apa ini termasuk monster karnivora? Ah mana kupeduli. Maksud ‘kalahkan’ itu sama dengan membunuhnya kan? kalau begitu tinggal aku tembak saja…

Aku pun mengeluarkan revolverku. “1…2…3…”

“Manda, tunggu dulu!” teriak Fritz

Aku menarik pelatuknya. Suara tembakan bergema di langit. Burung-burung terbang menjauh mendengar suara itu. Awalnya kukira makhluk atau monster ini akan langsung tewas setelah terkena tembakan revolver dari jarak kurang dari 1 meter. Namun sepertinya takdir tak berpihak padaku. Dia masih tetap dalam kondisi yang sama seperti sebelumnya, tak bergeser sedikt pun. Kulitnya yang keras berhasil melindungi dirinya dari tembakan dengan niat membunuh itu.

Elena dan Daratan Misterius Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang