53

954 152 68
                                    

Wajahnya proporsional, dengan bulu mata yang lentik, hidung mancung dan bibir tebalnya tampak luar biasa.

Tak lama pelayan menyela pembicaraan kami, mengantarkan pesanan lengkap dengan minuman. Melihat Andini yang cukup ekspresif saat mencobanya membuatku sedikit tertawa, lesung pipinya terlihat.

Dan setelah memutuskan untuk keluar dari restoran, aku bisa menyimpulkan bahwa Andini bukan sembarang orang, dia memiliki pendirian yang teguh, melihat kami sempat berdebat dimeja kasir berebut untuk membayar.

Cukup lama aku membawanya keluar, entah sudah seberapa jauh aku melangkah karena Andini terus saja menjelaskan berbagai tempat yang cukup menakjubkan sepanjang jalan dan satu hal yang akhirnya aku tau, dia gadis blasteran.

"Tau gitu aku tadi ga perlu jelasin panjang-panjang ke pelayannya, kamu sengaja ngerjain aku ya?" selidikku yang masih berjalan di sampingnya.

"Gapapa, ayo sebentar lagi ada coffe shop kita mampir sebentar sebelum cari taksi buat pulang ke hotel" ajaknya menarik tanganku untuk lebih cepat.

Akhirnya kami sedikit berlari, entah bermaksud apa namun aku menurutinya, tangannya masih menggenggam tanganku erat, rambut yang terhempas angin membuatnya sedikit berantakan.

Tiba di depan barista itu, Andini tanpa bertanya kepadaku lebih dulu, sudah langsung memesan ice coffe dengan bahasa Thailand. Aku masih memandangnya bingung saat dia menatapku dengan terkekeh, sudah banyak sekali aku melihatnya tersenyum kali ini.

"Kenapa senyum terus?" tanyaku sembari menunggu pesanannya tiba.

"Ga tau" jawabnya, aneh.

"Kamu emang bisa secepat ini ya buat akrab sama orang asing? apa karena pekerjaan kamu yang menuntut untuk selalu ramah?" rasa penasaranku menuntut jawab agar tak selalu menerka-nerka

Bukan langsung menjawab, dia memukul lenganku pelan sebagai bentuk protes, "Enak aja, aku juga bisa lihat mana yang bisa aku ajak kenalan atau ngga, lihat responmu waktu penerbangan aku tau kok kalau kamu orang baik" jawabnya berani menatapku.

Hatiku cukup bergetar saat ini, tak banyak orang yang mau menatapku langsung saat berbicara, sungguh aku merasa keberadaanku cukup dianggap. Namun aku tak ingin gegabah dalam menyimpulkan perasaanku.

"Aku boleh minta kontakmu?" tanyaku bersamaan datangnya pesanan kami.

"Instagram atau apa?" tanyanya kembali

"Iya Instagram boleh" jawabku sambil menyerahkan ponselku, dia mencari akun Instagramnya sendiri dan tak lama mengembalikannya kepadaku.

Saat dia akan membuka ponselnya, aku menahannya. "Kamu tau ga aku siapa?" ucapku membuatnya tak jadi membuka ponselnya

"Chika kan?" dia menatapku bingung saat menjawabnya

"Yessica Tamara, pernah dengar nama itu?" tanyaku kembali

Alisnya sedikit berkerut, aku tau dia mulai berpikir, "Aku ga tau, emangnya kenapa? pekerjaan kamu apa?" tanyanya

"Kerja di perusahaan" jawabku

Dia hanya ber-ohh ria dan kembali membuka ponselnya, ekspresi kaget setelahnya membuatku terkekeh. "Wait!! ini ga salah?" tanyanya dengan menatapku tak percaya

Melihat akun Instagram yang sudah verified mulai mengikutinya, "Kamu bohong ya?" tuduhnya kepadaku

"Aku ex member JKT48" jujurku

"Artis ibukota ternyata" ucapnya dengan sedikit mencibir bercanda.

"Ga sebaik yang kamu kira" tambahku dan di tak lagi mempermasalahkan hal itu

Semua TentangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang