(01)

450 20 1
                                    

Pusing sekali otak ini, seperti sedang berputar-putar di satu titik. Sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul tengah malam tetapi kerjaan sialan ini belum kunjung selesai. Kerjaan ini benar-benar hancur karena kelalaiannya karyawan di sini.

"Sialan!" Gerutuku kesal membanting kertas itu di meja.

Marah ku semakin memuncak, seperti ingin meledak dan menghajar habis karyawan di sini. Namun, handphone milikku berbunyi di atas meja. Aku melirik dan mengambilnya, terlihat seseorang menelepon ku.

"Ada apa, adikku?" tanyaku mencoba tenang.

"Kakak kapan pulang?" tanyanya berbalik.

"Sebentar lagi, tidur saja duluan ya," ucapku.

"Aku khawatir sama kakak, cepat pulanglah!" mintanya padaku.

"Ya sudah, kakak berangkat sekarang." Ucapku langsung mematikan handphone nya.

Karena hal ini, amarahku harus kembali di tahan dan mulai membersihkan beberapa hal untuk di bawa pulang. Setelahnya, aku pergi keluar dari gedung ini dan langsung pergi ke tempat parkir mobil. Dan akhirnya aku pergi dari gedung perusahaan sialan ini.

Dalam perjalanan, sunyi dan sepinya jalan ini. Seperti tidak ada kehidupan, tidak ada sama sekali kendaraan yang berlalu lalang sehingga membuatku cepat untuk sampai ke rumah. Tidak selang beberapa jam, akhirnya sampai juga di rumah. Perlahan para penjaga membukakan gerbang dan garasi, akupun langsung memasuki mobilnya dan memparkirkannya.

"Kalian, istirahatlah ... Tidak ada yang boleh begadang," perintahku pada mereka.

"Baik tuan." Serentak mereka menjawab.

Terlihat mereka melakukan apa yang aku perintahkan, aku keluar dari dalam mobil dan pergi masuk ke dalam rumah. Saat membuka pintu, terlihat adikku tengah duduk di ruang tamu. Sepertinya ia benar-benar menungguku pulang lagi untuk sekian kalinya.

"Astra," panggilku menghampirinya.

"Sudah kakak katakan, tidur saja duluan," ucapku.

"Tidak mau, aku sedaritadi nunggu kakak pulang," ucapnya lirih yang langsung memelukku.

"Ya sudah, ayok tidur ... Besok kamu kuliah." Ia mengiakannya.

Perlahan aku menghantarkannya pergi ke kamarnya yang berada di lantai kedua, menaiki anak tangga bersamanya. Saat sudah sampai, aku menyuruhnya untuk berbaring di ranjang dan pergi tidur. Namun, ia mengatakan sesuatu sebelum aku pergi meninggalkannya.

"Apa lagi, Astra?" tanyaku lirih.

"Apa kakak tidak ingin mencari istri? ... Aku selalu kesepian di rumah bila kakak kerja," jelasnya membuatku terkejut.

"Maaf Astra, lain kali saja bicarakan masalah ini." Balasku yang langsung mengecup keningnya.

Ia hanya tersenyum dan menurut apa yang aku katakan, sehingga akhirnya aku pergi dari kamarnya dan menutup pintunya. Sekarang adalah waktunya untuk istirahat, aku berjalan ke arah kamarku dan langsung masuk begitu saja.

Aku melempar koper kerja milikku di atas ranjang, kini amarahku kembali memuncak karena harus memutar otak untuk berpikir keras cara menyelesaikan masalah perusahaan ini. Aku berdesis kesal dan memilih untuk mengganti pakaian, lalu pergi tidur dengan keadaan seadanya.

Besoknya kemudian

Seperti orang yang dikejar maling, aku berlari menuruni anak tangga dengan langkah cepat. Sampai-sampai sapaan dari para pembantu dan adikku tidak terbalaskan, aku berlari ke arah garasi dan langsung menyalakan mobilku. Gerbang terbuka, dan akhirnya aku langsung berangkat begitu saja dengan kecepatan tinggi.

Paksaan berujung MencintaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang