.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
3 jam kemudian"Masuklah ke dalam mobil, jangan membuang waktu saya," ucapku setelah memasukan barang belanjaan ke dalam bagasi mobil.
"Baik tuan, maafkan aku." Lirihnya menuruti ucapanku.
Akhirnya pergi juga dari supermarket sialan itu, bahan pokok sudah di beli sehingga kita langsung pergi pulang begitu saja. Namun, tetap saja aku merasa marah dan kesal karenanya. Harus berkata apa diriku kepada adikku nanti, semisalnya aku dijuluki buruk karena hal itu.
Setengah perjalanan pulang, belum ada yang berbicara. Sepertinya beberapa jarak lagi akan sampai rumah. Tetapi, seketika ia membuka mulutnya untuk memulai perbincangan.
"Maafkan aku atas tindakan tadi, tuan," ucapnya meminta maaf.
"Jangan anggap saya cemburu karena itu, ucapan itu benar-benar menghina saya," ketusku.
"Ya tuan, maafkan aku," lembutnya meminta maaf.
"Seterah apa katamu, lupakan saja Seven." Ucapku penuh muak padanya.
Kecepatan mobil pun menaik perlahan, kebetulan jalan sedang sepi dan suasana sedang baik bila mengendarai dengan kecepatan penuh. Sehingga tidak selang beberapa waktu, akhirnya sampai juga ke rumah dengan cepat dan selamat.
Gerbang terbuka, mobil pun di parkirkan. Sebelum masuk ke dalam rumah, aku mengeluarkan seluruh belanjaan dari bagasi mobil, meminta bantuan dari para pembantu untuk membawanya masuk ke dalam.
"Dapur tolong di rapikan dan di stok persediaannya ... Kalau sudah, kalian istirahatlah," perintahku pada mereka.
"Baik tuan, segera kami laksanakan." Serentak mereka.
Satu persatu barang belanjaan di masukan ke dalam rumah, setelah semuanya sudah dikeluarkan, akupun langsung masuk ke dalam rumah. Terlihat adikku tengah duduk bersamanya di ruang tengah, sepertinya ia menitip makanan ringan karena telihat dari raut wajahnya begitu bahagia.
"Kamu hanya menitipkan makanan ringan saja, Astra?" tanyaku menghampirinya.
"Ya kak, ini kesukaan aku cuma sayangnya kakak lupa terus belinya kalau aku nitip!" ketusnya membuatku tertawa.
"Maafkan kakak, sepertinya kakak terlalu lelah gegara kerjaan," jelasku padanya.
"Ya sudah, libur saja minggu ini kak!" Mintanya yang membuatku mengiakannya saja.
Ia sangat girang gembira bila aku tidak berkerja, padahal uangnya juga untuknya. Aku hanya bisa perlahan tersenyum ke adikku, pergi begitu saja untuk ke kamarku. Untung saja hari ini hanya berbelanja saja, jadi tidak terlalu melelahkan untukku.
Sesampainya di kamar, aku langsung mengganti pakaian ku. Tidak kerasa sudah siang saja, sehingga panasnya terik sampai membuatku berkeringat. Aku memilih tidak menggunakan pakaian dan memilih menggunakan celana panjang saja.
"Cuaca sialan, panas sekali," ketusku.
"Padahal sudah berada di ruangan dingin, tapi tetap saja tidak terasa ... Sebaiknya minum sesuatu saja." Ideku yang muncul.
Tak lama itu, aku langsung pergi dari kamar dan turun ke bawah untuk ke dapur. Seperti hari biasa, para pembantu sibuk bebersih seisi rumah dan merapikan seisi ruangan. Langkah demi langkah, saat berada di dapur. Kembali lagi aku bertemu dengannya yang tengah membatu para pembantu yang lain.
"Hari-hari bertemu dengannya." Kesalku yang langsung menghampiri kulkas.
Untung saja masih ada minuman bersoda di dalam kulkas, aku mengambilnya dan langsung meminumnya. Namun, saat sedang meminum minuman bersoda ini, aku dapat merasakan kedua matanya memperhatikan ku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Paksaan berujung Mencintai
De TodoIkatan cinta abadi tidak mudah untuk di bangun bersama, mungkin itu kata-kata yang tepat sebagai kunci jawaban untuk mematahkan suatu kutukan pada seorang anak lelaki ini. Kutukannya berupa gangguan jiwa, sehingga ia tidak dapat merasakan cinta. Tet...