"Dia aktris gue di project matkul sebelah."
Aini mengangguk, dia kemudian diam dan mengedarkan matanya ke sekeliling. Matanya mulai menyipit, fokus pada satu titik. Nadia? Dengan siapa? "Dis, Dis," panggilnya pada Radis yang masih fokus pada aktivitasnya. Radis hanya berdehem tanpa menoleh. "Itu Nadia gak si? Sama siapa tu anak?" lanjutnya sambil menunjuk arah dimana Nadia berada. Perempuan berhijab maroon itu tengah berbicara dengan seseorang.
Radis menoleh, mengikuti arah pandang Aini. Dia ikut menyipitkan mata karena jaraknya dengan Nadia saat ini terbilang jauh. "Gue gak terlalu yakin, cuman dari perawakannya kaya," Jeda sebentar, Radis tidak terlalu yakin dengan pikirannya. "..Rizki?" lanjutnya dengan lirih.
Radis melirik kembali ke arah Aini, sahabatnya itu tengah memasang raut wajah tidak bersahabat. Dasar Nadia. Mengapa harus membuat ulah hari ini? Mengapa tidak besok-besok saja kalau tugas Radis selesai. Kalau begini, dia harus menenangkan raja hutan dulu sebelum beralih ke agenda selanjutnya. Bertemu aktrisnya.
Tadi sewaktu dihubungi Aini, teman-teman sekelompoknya, rata-rata tidak bisa karena terlalu mendadak. Karena hal itu Aini memanggil Radis dan Nadia, karena kebetulan merekalah yang sedang berada di dekat area kampus. Tapi ternyata ketika Radis datang, Nadia belum juga datang. Kata Aini dia sedang ada urusan mendadak dengan asramanya. Dan sekarang malah berada disana dengan, Rizki?
Srekk
"Anjir!" Radis terkejut karena Aini tiba-tiba mendorong meja makan mereka, dan sekarang Radis yang terjepit. Dengan segera Radis menjauhkan meja tersebut dari tubuhnya dan berlari ke arah Aini dengan sebelah tangan membawa notebook dan bolpoin. Baru beberapa langkah dia teringat sesuatu, mie ayam Pak Somad yang belum dibayar. Dia segera mendekati gerobak Pak Somad kembali dan menjauh dari sana. Menuju tempat dimana Aini sekarang berdiri.
Semakin dekat, wajah Rizki semakin jelas. Tebakan Radis benar. Aini sudah sampai disana dengan tangan yang bersedekap di dada menghadap Nadia. "Oh jadi gini? Oke cukup tau." kata Aini
Radis sampai, dia sedikit terengah. "Hah..hah. Udah Nad, jujur aja, sebelum lo dimakan raja hutan." kata Radis dengan menormalkan nafasnya yang terengah.
"Jujur lo, Ki. Sejak kapan lo deket sama temen gue?" tanya Aini kepada Rizki yang sedari tadi diam. Lelaki itu hanya memerhatikan 2 gadis yang baru datang di depannya.
Rizki mengerutkan keningnya, "Apasih, ga jelas sumpah lo berdua. Gue sama Nadia ada keperluan." jawabnya.
"Halahh bohong lu," sanggah Radis. Biar saja dia kompor. Radis tidak peduli. Dia juga kesal dengan Rizki, karena Aini yang melihat Rizki yang berdua dengan Nadia, agenda menulisnya tadi jadi tertunda. "Lo gak inget seminggu yang lalu nyuruh gue tanyain Nadia sibuk enggak?" lanjutnya.
"Itu karena ada alasannya tolol." balas Rizki dengan tidak sabar.
"Iya, kan ini alasannya." ucap Aini sambil menunjuk dan menatap tajam kearah Rizki.
"Terserahlah. Lo berdua gak jelas. Gue cabut dulu Nad. Nanti kalau asrama lo udah ada kejelasan bilang aja ke gue."
"Oke, Riz."
Rizki meninggalkan mereka
Nadia menghela nafas kasar dan menghadap mereka. "Udah, jangan ribut. Aku ada keperluan sama Rizki. Info dari asrama juga mendadak." jelas Nadia dengan tenang. "Jadi, mau ngelanjutin revisi project gak?" lanjutnya lagi.
"Pulang aja, Nad. Pulang." ucap Aini.
"Udah kadaluwarsa, Nad. Udah selesai. Nanti malam aja bantuin Aini revisi. Bagian gue besok pagi aja, gue hectic banget hari ini." tambah Radis dengan memasukkan notebook dan bolpoinnya ke dalam tas. Dia melirik sebentar layar handphonenya. Waktu disana menunjukkan pukul 14.00 WIB. Tepat! Aktrisnya pasti sudah sampai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Me, Arham!
General FictionRadis tidak tau mengapa perasaannya pada sosok Fajar Arham Ardani tidak pernah habis. Dua tahun lalu hingga sekarang. Dia ingat betul bahwa pertemuan pertamanya pada sosok Arham adalah ketidaksengajaan. Wajah Arham pada saat itu, beserta potongan ra...