10. Bertemu Arham

10 1 0
                                    

Memasuki area Omah Waktu, matanya mulai mengedar, mencari seseorang, siapa tahu sudah duduk di salah satu kursi. Tapi tidak ada. Mungkin belum datang. Dia segera memesan 1 matcha milk dan mencari tempat duduk. Radis mengeluarkan handphonenya, notifikasi dari seseorang menyambut matanya. Benar bukan? Orang itu berubah pikiran.

Arham 
Dis, aku agak telat ya.
Ini anak-anak HMJ tiba-tiba riweh

Dua buble chat dari Arham membuatnya lesu. Dia sudah bersemangat berangkat disini, ternyata seseorang yang akan dia temui masih sibuk dengan urusan organisasinya. Memang benar, tidak boleh berharap lebih dengan orang sibuk.

Iya aman, aku tunggu disini

Setelah memastikan pesannya terkirim, Radis segera kembali ke meja kasir, dia ingin memesan lagi. Hari ini dia belum sempat sarapan, pikirnya agenda hari ini hanya memberikan proposal kepada Bang Jeje dan membicarakan konten pertamanya. Tapi ternyata Aini dan teman-teman lainnya sedang dalam mood yang tidak bagus, jadi lebih baik ditunda dulu. Daripada Radis yang akan menjadi uring-uringan mereka.  

Dua struk pembayaran sudah berada di genggamannya, Radis kembali duduk di mejanya. Menu sarapan sekaligus makan siang yang dipilih Radis adalah 2 porsi omelet. Sebenarnya dia ingin makan nasi, tapi Omah Waktu tidak ada menu yang berbau nasi. Jadi dia memilih omlet saja daripada ribet harus keluar mencari makanan lain. 

Nadia
Dimana kamu, Dis?

Notifikasi handphonenya kembali berbunyi. Kali ini bukan Arham, melainkan Nadia.

Omah Waktu. Kenapa?

Nadia
Aku mau nyusul kesana.

Lah ngapain? Katanya tadi sibuk?

Nadia
Ini Riski tiba-tiba mau minjem laptop mau buat pamflet, sama mau ngomongin media asrama. 

Sibuk amat lo berdua, udah kaya pasutri aja kemana-kemana bareng.

Nadia
Trus jadinya boleh enggakkk?

Ya ngapain gue ngelarang, gue kan bukan yang punya kafe, Nad.

Nadia
Okey aku kesana

“Permisi mba, omelet 2 sama matcha milk 1 ya?” seru seseorang di depannya. 

“Oh iya, Mas. Terimakasih ya.” ucap Radis. Sepeninggal waiter tersebut, Radis langsung melahap omelet yang berada di depannya. Berganti pada omelet di piring kedua, Nadia dan Riski sudah berada di depannya. 

“Gak jadi ngopi sama Zaki lo, Ki?” tanya Radis sembari memasukkan potongan omelet ke dalam mulutnya. 

Riski menerima uluran laptop dari tangan Nadia dan duduk di depan Radis. “Enggak. Gue cabut mau ngerjain pamflet buat acara besok.” jawabnya yang diangguki Radis. 

“Kamu mau ketemu sama siapa, Dis?” tanya Nadia yang sudah berada di sampingnya. 

“Ada dehh.. Nanti juga tau.” Nadia mencibir. Jawaban Radis membuatnya menyesal untuk bertanya. Dia kemudian mengeluarkan notebook dari tasnya dan menuliskan sesuatu di sana. Radis hanya melirik sebentar, pasti urusan Nadia dengan asramanya. Apalagi memang? Urusan Nadia memang tidak jauh-jauh dari asrama dan editing. Hampir sama dengan lelaki di depannya. Sudah seperti sepasang kekasih. 

Ting

Arham
Aku udah nyampe. Kamu dimana? 

Satu notifikasi pop up dari layar handphonenya muncul. Radis segera mengambil udara sebanyak-banyaknya. Disaat seperti ini jantungnya selalu berdetak dengan keras sampai rasanya jantungnya ingin keluar. “Nad, Ris gue kesana dulu. Orang yang gue  tungguin udah nyampe.” kata Radis dengan menunjuk arah dimana dia akan duduk. 

Finding Me, Arham! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang