Suara ribut dari dalam rumah dua lantai itu terus terdengar. Membuat siapapun yang melintas di depan rumah itu akan merasa terganggu.
Dibawah pohon halaman rumah itu terlihat bocah laki-laki yang sedang duduk dengan posisi kaki di tekuk. Wajahnya yang putih dan pipinya yang gembul kini di hiasi bulir air mata.
"Mama..." Lirihnya sambil terus menangis.
Teriakan teriakan dari dalam rumah terus terdengar. Bocah itupun semakin terguncang. Tangisannya tak dapat di tahan lagi.
"Kita selalu lakuin yang terbaik untuk keluarga kita, Lin! Kamu pikir aku kerja dari pagi ketemu pagi itu semua buat siapa? Buat kamu dan Jay!"
"Buat aku sama Jay? Kamu nggak usah bohong! Aku tau kamu selama ini ada main di belakang sama sekretaris ganjen itu kan?!"
"Kamu salah paham, Joychellin! Aku nggak ada apa apa sama dia. Dia aja yang kegatelan. Lagipula aku juga udah pecat dia".
Setelah perdebatan itu, si kecil Jay melihat sang mama yang keluar rumah sambil menyeret kopernya. Jay berdiri dan langsung menahan lengan Joychellin.
"Mama mau kemana?" tanya Jay dengan suara parau.
Wanita berambut coklat itu memalingkan wajahnya. Ia seolah tak sudi menatap wajah dan mata sembab putra kecilnya itu.
"Bukan urusan kamu!" jawab Joychellin kasar.
Joychellin menghempaskan tangan Jay. Bahkan, Jay sampai terjatuh karenanya.
"JOYCHELLIN!" teriak Tara papa Jay.
"Aku capek sama kamu! Aku capek sama kalian berdua!! Aku nggak mau di sini lagi!" teriak Joychellen frustasi.
"Tega kamu bilang begitu Lin?! Tega kamu lakuin ini semua?! Jay masih anak kamu, kamu mau ninggalin dia?!" cecar Tara emosional.
Sekesal dan serumit apapun masalah yang sedang dihadapinya, tak pernah sekalipun Tara melibatkan apalagi menjadikan Jay sebagai pelampiasan. Tapi yang terjadi barusan, Joychellin justru malah melakukannya. Wanita yang harusnya melindungi dan menyayangi anaknya itu, kini justru mengaku muak dan lelah.
"Terserah! Aku nggak peduli!" sentak Joychellin.
Tangan Joychellin kembali menarik kopernya. Ia pun beranjak meninggalkan Tara dan Jay yang masih menangis akibat perlakuan kasarnya.
Saat sampai di depan gerbang ternyata sudah ada satu unit mobil yang menunggu Joychellin. Pemilik mobil itu keluar dan membantu Joychellin memasukkan kopernya kedalam bagasi.
Melihat siapa laki-laki itu Tara pun berdiri. Rahangnya seketika mengeras karena ternyata lelaki itu tak lain adalah Virza sahabat karibnya.
Virza tak tampak merasa bersalah. Lelaki itu justru tersenyum sekilas pada Tara sebelum akhirnya membawa Joychellin pergi dari sana.
"Papa...hikss... Mama kemana? Mama ninggalin kita pa?"
Tangisan Jay tak dapat di bendung ketika Joychellin sang ibu benar-benar pergi meninggalkan mereka.
Tara berlutut lalu membawa Jay ke dalam pelukannya. Ia pun tak kuasa menahan tangis. Hatinya sakit saat tau ternyata istri dan sahabatnya ternyata selama ini memiliki hubungan di belakangnya.
"Jangan nangis, anak papa nggak boleh cengeng" ucap Tara seraya mengusap surai hitam milik Jay.
Namun, Jay tak kunjung meredakan tangisnya. Ia terus memanggil Joychellin, berharap Joychellin akan kembali.
"Pelmisi om..."
Seorang bocah perempuan tiba-tiba datang dari rumah seberang.
Bocah itu menyapa Tara yang masih senantiasa memeluk Jay. Bocah itupun mendekat sambil membawa lolipop di tangan kanannya.
"Om... dia kenapa nangis?" tanya bocah itu. Telunjuk mungil gadis itu terarah pada punggung Jay.
Seketika Jay langsung melepaskan diri dari dekapan Tara. Ia berbalik dan menatap bocah yang seumuran dengannya itu
"Kamu siapa?" tanya Jay seraya mengelap ingus di bawah hidungnya.
"Hallo.... aku Acel" seraya menunjuk bajunya yang bertuliskan namanya itu.
"Aku balu pindah kemalin" kata Azel dengan suara cadelnya.
"Hallo Azel. Kenalin saya om Tara dan ini Jay" sambut Tara.
Kedatangan Azel membuat Tara bersyukur. Karena berkat Azel, kini Jay sudah tak menangis lagi. Jay kini sedang terpaku pada bocah perempuan yang mengenakan baju bertuliskan Azellea Careline dengan rambutnya di kepang dua dan dua gigi depannya ompong itu.
"Jay, ayo kenalan dulu sama Azel" pinta Tara.
Ragu-ragu Jay mengulurkan tangannya. Di luar dugaan, Azel justru menyambutnya dengan senang hati.
"Hallo, Jay. Namaku Acel. Kamu mau nggak jadi teman acel?" tanya Azel.
Jay menatap sang papa, lalu beralih menatap tangannya yang masih di pegang oleh Azel.
"Nanti Acel kacih lolipop deh kalo Jay mau temenan cama acel" bujuk Azel.
Akhirnya Jay mengangguk pertanda bahwa ia menyetujui ajakan pertemanan dari gadis kecil itu.
"Yes! Acel punya teman!" pekik Azel terlampau senang.
"Nih, lolipop buat Jay. Becok Acel bawain lagi ya" lanjut Azel.
Jay menerima lolipop pemberian Azel. Senyumannya semakin melebar saat melihat dua gigi depan Azel yang ompong. Begitu pula dengan Tara yang juga gemas melihat gadis mungil berpipi bulat itu.
Tara mengusap kepala Azel.
"Azel cantik, makasih ya sudah mau jadi temannya Jay" ucap Tara.Azel mengangguk antusias.
"Cama-cama om" balas Azel.Azel kembali menatap Jay dan berkata, "Jangan sedih lagi ya Jay. Acel janji nanti Acel kacih lolipop yang banyak" kata Azel seraya memperagakan kata banyak itu.
***
Hallo guysss!
Gimana sama prolognya?? Menarik ga nih???
Semoga kalian suka ya,
Oiya nihh kenalin si ganteng Jayandra Aditya Nareshta dan si cantik Azellea Careline waktu mereka masih kecil ya🤗🤗
Gimana lucu kan Jay sama Azel nya🤗
Cocok ga nih mereka berdua???😚
Makasih buat kalian yang sudah mampir di cerita aku🤗
Betewe jangan lupa vote dan kasih kesan kalian di kolom komentar ya buat Jayandra dan Azellea 🤗🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IS MY DESTINY???
FanfictionJayandra Aditya Nareshta adalah cowok populer di Arcadia International School, salah satu SMA Internasional ternama di Jakarta. Kepopulerannya di tunjang oleh penampilan dan tampangnya yang tampan juga kiprahnya sebagai playboy. Jay juga biasa be...