WIMD 9

10 6 3
                                        

Pelajaran olahraga jam 11 adalah hal paling menyebalkan yang paling tidak diinginkan oleh seluruh siswa siswi kelas 11 IPS 2. Pasalnya pada jam-jam tersebut matahari sedang gencar-gencarnya memancarkan teriknya yang nyaris mampu membakar kulit.

"Ck! Nggak bisa dinego apa?diganti jadi jam 7 pagi aja gitu." oceh Clara, seraya merapihkan seragam putihnya.

Sejak tadi gadis itu memang terus berceloteh melayangkan protes yang sayangnya hanya bisa di dengar oleh Azel seorang. Ya, pasalnya murid yang lain sudah pada berhamburan meninggalkan ruang kelas untuk menuju lapangan. Hanya tinggal mereka berdua yang masih betah ditempat itu, dengan dalil ganti baju serta ganti sepatu.

Azel terkekeh untuk kesekian kalinya sembari memakai sepatu lari yang selalu ia simpan di dalam loker.
Azel pun berkata, "Kalo mau protes langsung di depan pak Surya Ra. Jangan di depan gue."

"Ck! Boro-boro bisa protes didepan pak Surya, denger dia napas aja gue udah kicep duluan." sahut Clara.

"Lagian nih ya Zel. Pak Surya itu nggak cocok jadi guru olahraga." lanjut Clara.

Azel menaikkan sebelah alisnya.
"Terus, cocoknya jadi guru apa?"

"Kalo menurut penerawangan eyang gue sih, pak Surya itu lebih cocok jadi guru matematika. Mukanya kan killer banget."

Tubuh kecil Azel kini sudah berdiri tegak, berhadapan dengan Clara yang baru saja selesai merapihkan seragamnya.

Tanpa di perintah, Azel langsung mengapit lengan Clara. Bermaksud untuk mengajak sang sahabat untuk segera bergabung dengan teman-teman mereka.

"Udah. Jangan ngomongin pak Surya Mulu, kasian." ucap Azel.

"Dih! Kasian kok sama pak Surya! Kasian tuh sama elo!." tandas Clara.

"Lahh. Kok gue? Emg gue kenapa?" tanya Azel bingung.

"Soalnya Lo....." Clara menyeringai penuh makna.

"Disayang doang, tapi nggak di kasih kepastian." ejek Clara

Jlebbbb.

Kata-kata Clara berhasil meresap sampai tulang sumsum. Lumayan nyelekut di hati Azel. Namun, Azel bisa apa? Protes pun percuma, karena memang faktanya begitu. Ia memang merasa begitu disayang oleh Jay. Namun, tak pernah di beri kepastian, selain sebuah status paten yaitu sahabat.

"Clara! Azel! Ayo segera masuk barisan!" seru pak Surya.

Ternyata mereka sudah sampai di lapangan. Lantas dengan segera baik Azel maupun Clara langsung masuk barisan. Mereka akan melakukan pemanasan sebelum praktek lari keliling lapangan sebanyak 6 kali.

"Ayo. Semuanya harus pemanasan dengan benar, supaya nanti tidak cedera!"

Lagi-lagi suara pak Surya membahana. Menambah panas suasana yang sudah panas karena terik matahari.

"Surya nyebelin! Panas-panas gini suruh lari keliling lapangan! Panas-panas tuh harusnya di suruh minum es buah!" gumam Clara dengan suara pelan.

"Hussss! Gak boleh gitu Ra. Kuwalat barh tau rasa Lo." sanggah Azel.

Agenda pemanasan pun terus berlanjut. Pak Surya memimpin.para siswa untuk melakukan berbagai gerakan dan melakukan peregangan pada tubuh mereka yang kaku nyaris seperti papan kayu.

"Ayo. Lompat-lompat! Masih muda masa kena sinar matahari sebentar sudah loyo. Nggak malu sama saya?"

Pak Surya terus mengoceh sambil memimpin para siswa agar melompat-lompat di tempat masing-masing. Azel dan Clara pun melakukan hal yang sama.

WHAT IS MY DESTINY???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang