WIMD 7

10 6 1
                                    

Terimakasih yang udah mampir dan memberikan vote dan komennya🤗
Selamat berkelana di WIMD


****


"Shhhhh.... pelan-pelan dong sakit." rengek Azel.

Sesekali matanya terpejam, lalu menyipit saat Jay menyentuh luka di lututnya menggunakan kapas beralkohol.

"Ini udah pelan-pelan Zel." sanggah Jay.

Pasalnya Jay memang membersihkan luka di lutut Azel dengan amat pelan dan hati hati. Tapi, entah kenapa gadis yang matanya sembab itu masih saja merasa kesakitan.
Tangan kanan Azel dari tadi meremas ujung seragam jay.berusaha melampiaskan rasa sakit dan perih di sana.

"Aduhhhh..." rintih Azel untuk kesekian kalinya.

"Udah." kata Jay, kemudian membereskan kotak P3K didepannya.

"Makasih Jay" ucap Azel.

"Hm."

Dua orang itu saling beradu pandang, dengan posisi duduk yang masih saling berhadapan. Tak kunjung ada yang bersuara, entah apa yang kini membuat mereka terdiam. Terutama Jay yang tadinya sudah meledak-ledak, Karena melihat Azel bersama Hessa.

"Nggak pindah tempat?" tanya Azel ragu-ragu.

Wajahnya mendekat secara tiba-tiba, membuat Azel refleks memundurkan tubuh hingga bersandar di sofa ruang tamu rumahnya. Benar, saat ini Azel sedang duduk di sofa. Sedangkan Jay duduk di atas meja berbahan kaca yang tepat berada di depan Azel.

"Ck! Pindah aja sih Jay. Gue nggak mau kena marah bokap, gara-gara meja kesayangannya pecah karena lo dudukin." gerutu Jay.

Alih-alih menuruti perintah Azel, Jay justru malah menyeringai. Ia pun semakin memangkas jarak antara wajahnya dan wajah Azel. Membuat gadis bersurai hitam itu benar-benar tidak bisa berkutik. Bahkan, untuk bernapas dengan benar pun rasanya terlampau sulit.

Telunjuk Jay menyentuh dagu Azel. Memaksa mata coklat Azel agar menyambut tatapan intensnya.

"Azellea...."

Deru napas Jay yang hangat terus menerpa wajah Azel. Memicu debaran jantung Azel menjadi semakin cepat.
Sungguh posisi mereka saat ini terlalu berbahaya. Azel pun benci mengetahui fakta itu.

Tak ingin semakin kacau, Axel pun mencoba bergerak. Dua tangannya mendorong bahu Jay, agar menjauh darinya. Tak lupa ia tampilkan raut wajah yang sewajar mungkin.

"Ck! Jauhan dikit kali Jay. Engap ini." keluh Azel.

"Masa? Bilang aja Lo deg-degan Deket sama gue. Iya kan?" ejek Jay seraya tersenyum menyebalkan.

"Cih! Apaan sih. Ge-er banget." ketus Azel.

Jay menjauhkan diri setelah berhasil memancing rasa kesal Azel. Sebenarnya sejak awal memang itu tujuannya.
Jika di tanya, apa hal paling menyenangkan dan paling Jay suka di dunia ini, maka melihat Azel kesal adalah jawabannya. Tidak perlu diragukan lagi.

Azel mendengus kesal saat melihat Jay masih betah berada di posisinya. Duduk di atas meja kaca sembari melempar senyum mengejek.

WHAT IS MY DESTINY???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang