Matahari mulai condong ke arah barat. Namun, hawa panas masih tetap terasa layaknya siang hari yang terik. Saking panasnya Azel harus berkali-kali menyeka keringat di sekitar wajah dan lehernya.
Azel baru saja selesai latihan marching band bersama teman-temannya yang lain. Kini Azel duduk di tepi lapangan guna sedikit melepas penat di sekujur tubuh nya. Terutama lengan yang terasa linu dan kebas karena terus ia gunakan untuk memegang dan melempar tongkat panjang yang jadi properti utama mayoret itu.
Sembari mengipasi wajahnya, Azel tak sengaja melabuhkan atensinya ke lapangan basket. Di sana tampak Jay tengah mendribble bola menuju ring lawan. Ternyata sore ini eskul basket juga tengah latihan. Padahal, tadinya Azel kira Jay sudah pulang bersama gebetan barunya.
"Azel?"
Kepala Azel menengadah begitu mendengar suara yang memanggilnya. Senyum hangat pun terbit di bibirnya begitu tahu orang yang memanggilnya adalah Hessa.
"Kak Hessa, kenapa kak?" tanya Azel.
Alih-alih menjawab pertanyaan Azel, lelaki berahang tegas itu justru menyodorkan sebotol minuman isotonik pada Azel.
"Minum. Pasti haus kan?" tebak Hessa.
Sembari terkekeh pelan, Azel menerima minuman tersebut.
"Kak Hessa tau aja, makasih ya kak." ucap Azel.Hessa pun ikut tersenyum. Kemudian duduk di samping Azel yang kini tengah membuka tutup botol tersebut. Lantas saat Azel sudah mau meneguk minuman tersebut, tiba-tiba satu tangan dengan lancangnya merampas minuman tersebut.
Sontak Hessa memusatkan atensinya pada sang pelaku yang tak lain adalah Jay.
"Jay?" tegur Azel.
Lelaki yang masih mengenakan jersey basket dan head band itu tak menggubris panggilan Azel. Tatapan yang penuh permusuhan kini tertuju pada Hessa yang entah sejak kapan sudah berdiri.
Tangan kanan Jay beralih menyodorkan minuman lain pada Azel.
"Jay. Gu---"
"Lo haus kan? Minum!" titah Jay. Suara tegasnya benar-benar terdengar tak bisa di bantah.
"Tapi, itu---"
"Minum atau gue buang sekalian?" ancam Jay.
Tentu saja ancaman Jay cukup berdampak pada Azel. Sebab, kini perempuan bersurai hitam itu langsung menerima minuman pemberian Jay.
"See? Dia udah minum. Jadi sekarang lo boleh pergi." usir Jay seraya melempar minuman hasil rampasannya pada Hessa. Bermaksud mengembalikan minuman tersebut pada sang pemilik.
"Ck! Lo bisa nggak sih, sopan sedikit sama senior?" tegur Hessa.
Sembari melepas head band nya Jay berkata, "Ck! Li bisi nggik sih, sipin sidikit simi siniir?"
Ya, benar sekali. Alih-alih merenungi teguran dari Hessa. Jay justru malah mengejeknya. Tak lupa ia juga menampilkan ekspresi super menyebalkan yang membuat Hessa gemas ingin sekali rasanya ia menenggelamkan Jay ke dalam lautan. Tetapi, Hessa sadar bahwa hal itu hanya akan jadi khayalannya saja.
Hessa menghela napas nya pelan. Mencoba mengumpulkan puing-puing kesabarannya. Lalu ia beralih pada Azel yang ternyata tengah menahan senyum geli. Mungkin karena melihat tingkah kurang ajar Jay.
Sialan. Hessa makin bad mood saja saat tahu tingkah Jay justru berhasil membuat Azel tersenyum.
"Azel?". panggil Hessa.
Azel terlihat gelagepan. "I--iya kak?"
"Gue duluan ya. Lo ati-ati sama nih kunyuk." ujar Hessa.
"Dih! Lo tuh yang harusnya ati-ati. Awas di culik tante girang! Pulang sana!" sahut Jay.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IS MY DESTINY???
FanficJayandra Aditya Nareshta adalah cowok populer di Arcadia International School, salah satu SMA Internasional ternama di Jakarta. Kepopulerannya di tunjang oleh penampilan dan tampangnya yang tampan juga kiprahnya sebagai playboy. Jay juga biasa be...