Koi no Plan (ORINE)

853 47 1
                                    

oline's POV

Rencana Cinta. Itulah yang ku bayangkan sekarang. Entah bagaimana dan apa yang harus ku persiapkan untuk dirinya seorang. Aku akan siap jika di suruh menjadi Bhayangkara untuk dirinya.

Tawa suka riang kita bersahutan di ruang putih ini. Syukurnya, dia sudah bisa pulang.

Aku menggenggam tangannya yang terinfus. Awalnya aku sedikit sedih karena dokter bilang dia terlalu kelelahan. Huft, aku jadi merasa bersalah.

"Erine..," dia menoleh. "iyaa apa Olen?" aku tersenyum dan mencubit pipinya. "gemess, ayo kita pulang." aku mendapat sebuah pukulan dari dirinya. "yaudah ayo pulang." katanya dengan menutup mukanya dengan tangan kanan. Aku tertawa, dan berdiri dari kursi.

Oh ya, tadi suster sudah melepaskan infus dari tangannya.

"hati-hati." peringatku padanya, saat turun dari ranjang. "apasih Lin, aku gak sakit parah ya." dia menarik tangannya yang ku pegang. Aku memajukan bibir bawahku. "yahh, tapikan aku khawatir tau sama kamu. Masa sama temen sendiri gak boleh khawatir, tau ah males." aku merajuk dan berjalan lebih dulu keluar dari ruang. Dan menunggunya di depan pintu.

Aku mendengar tawanya dari dalam. "ih Olen bocil huuu." ejeknya setelah keluar dan menatapku dengan mata yang berbentuk garis. "ck, ngeselin." kesalku sembari menatapnya malas.

Cup

Satu ciuman ku dapatkan darinya, aku memegang pipiku. "aduhh." aku hanya menatap punggungnya yang sudah lebih dulu berjalan.

Aku menyusul sedikit berlari kecil. Lalu merangkul dirinya. Aku bernyanyi kecil di sepanjang lorong rumah sakit. Sesekali dia juga ikut bernyanyi. Mungkin lirik lagu ini cocok untuk kami.

"denganmu semua air mata.., menjadi tawa suka ria.., akankah kau selalu ada.., menemani dalam suka duka..," aku bernyanyi sembari menatapnya sekilas.

"denganmu aku bahagia.., denganmu semua ceria.., janganlah kau berpaling dariku.., karena kamu cuma satu..," aku menatap kembali dirinya, dan dia juga menatapku tersenyum.

"untukku.." dia ikut menimpali lirik kata terakhir. Kita sama-sama tersenyum.

"makasi ya udah mau jagain aku tadi." aku melepaskan rangkulanku ketika kita sudah berada area luar. "anything for you Eyin."

"kamu tunggu sini dulu ya, aku mau ambil motor di sana. Oh ya, gak apakan pake motor?" kataku sembari merhatikan area parkiran. Lalu menatapnya. "iyaa gak apa kok." aku mengangguk dan berjalan untuk mengambil motor.

Aku membelokkan motorku dimana dia berada.

"sini" aku menggerakkan jariku. Lalu aku memasangkan helm untuknya. "nah udah, sekarang naik."

"Erine, dengerin lirik yang aku nyanyi'in yak." kataku. "boleh." balasnya dengan mendekatkan kepalanya di bahu kananku.

"hari Minggu nanti, ayo kita kencan, berdua ke taman ria..." aku menatapnya dari spion. "gimana? Mau gak?" aku tersenyum. Dia memukul helmku pelan. "ck, y-yaudah..., mau."

***

Tibalah di hari Minggu sore.

Aku menunggu Erine sembari menatap wajahku di spion motor. Sedikit lama tapi yaudah aku memaklumi.

"hai, sorry ya lama." aku mengalihkan pandanganku. Aku menatap Erine dari atas ke bawah. Lalu aku turun dari motor. Aku berdiri di hadapan Erine. "kenapa?" tanyanya. Aku tak menjawab. Lalu melepaskan hoodieku. Lalu ku ikatkan di pinggangnya.

Tak lupa aku langsung memasangkan helm padanya. "kita pake motor. Malah pake rok. Aneh." kataku dan naik lagi ke motor. "udah sini naik, madep samping duduknya." kataku sembari menarik Erine. Ia berjalan arah kiri, lalu naik ke motor. "udah." katanya sembari menaruh tangan di pinggangku.

Aku pun menggas motor dengan kecepatan sedang.

Selama perjalanan aku dan dia sesekali bicara. Mungkin.., ini kesalahan besar jika aku membawa gadis ini dengan motor. Aku lupa kebiasannya yang lebih suka memakai pakaian lebih feminim dibandingkan diriku. Hadeuh jadi insinyur.

Sampailah kita di tempat yang sudah ku rencanakan. Pasar malam.

Kita turun dari motor. "kamu suka gak?" aku menatapnya. "ih, suka banget..aku mau naik komedi putar." katanya dengan melompat kecil. Aku tertawa dan menggenggam tangannya. "oke, ayo kita masuk."

***

"makasi ya udah ajak aku," Erine menatap Oline tersenyum.

"iya sama-sama, kapan-kapan lagi ya." Oline mengstarter motornya dan menatap Erine. "yaudah masuk gih." Oline tersenyum.

"hum, kamu aja dulu," tolak Erine masih betah berdiri.

"kalo kamu gak masuk, aku gak bakal pulang nih," Oline mematikan mesin motornya.

"ihh, yaudah iyaa aku masukk," Erine berjalan masuk dan menutup pagar rumah. "hati-hati pulangnya," Erine menatap Oline sembari berjinjit karena pagar sedikit lebih tinggi.

Oline tersenyum gemas dan kembali menghidupkan mesin motornya. "yaudah iyaa, aku pulang. See u bocil." Oline menggas motornya meninggalkan rumah Erine.

Erine membalikkan badannya dan ternyata di pintu sudah ada ayahnya yang menunggu.

Erine berjalan dengan takut dan sekarang dia berhadapan dengan ayahnya.

"kalo ayah liat kamu masih main sama anak brandalan kayak dia, ayah kurung kamu di kamar," ayah Erine menatap anaknya dengan datar.

"i-iya ayah," Erine menunduk masuk ke rumahnya.














...




ONESHOOT KAPAL GEN 12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang