C H A P T H E R V

1.2K 143 46
                                    


"Hallo?"

"Lo ke tempat gue jam berapa, Kall?" Sapa Geeta dari seberang.

"Lo udah pulang?" Gue bangun dari posisi tidur.

"Dari tadi sore, Kall. Lo gak liat WA gue?" Nada Geeta jengkel.

"Sori Geet gue sibuk," sibuk ngurusin kakak lo. Sumpah ya Mas Khai tangannya gak bisa diem apalagi mulutnya.

Ini aja habis berendam air panas di salah di Kyoto kita main lagi terus tidur.

"Jadi lo ke sini jam berapa?" Tanya Geeta lagi. Sekarang udah jam dua belas di sini yang berarti jam sepuluh di Jakarta.

"Geet gue di Jepang," beritahu gue.

Obrolan gue ternyata mengusik tidur Mas Khai, dia memperhatikan gue dalam diam.

"Ngapain lo ke Jepang? Kok gak bilang-bilang." Biasanya gue emang ngasih tahu sedikit-sedikit kegiatan gue ke Geeta, begitu juga Geeta ke gue.

"Ada syuting iklan," gue udah mulai lancar bohong.

Siapa? Mas Khai bertanya dengan gerakan bibir.

Geeta, jawab gue.

"Kapan lo balik?"

"Senin malam kata Mas . . ." Sial hampir aja. Gara-gara Mas Khai nih.

Mas Khai malah cengesesan. Dengan niat yang pasti usil, dia ngelingkari perut gue dan meraup putting gue dengan mulutnya.

"Mas!" Gue terpekik kaget tentu aja.

"Lo ngomongin Mas siapa sih?" Tanya Geeta bingung.

"Mas Bayu Geet, manajer gue." Gue emang pantes jadi artis.

Bukannya berhenti Mas Khai malah semakin menjadi-jadi. Sumpah gak ngerti gue, Mas Khai ternyata semesum dan sehipersex ini.

Gue kira dia cowok baik-baik dan lurus. Karena Mas Khai taat beribadah, dia gak pernah melewatkan jumatan sesibuk apapun dia kata Geeta.

"Kall, bawain gue kitkat sama mochi," Pinta Geeta.

"Iya, udah dulu gue sibbb ahh," gue langsung matiin telepon karena Mas Khai gigit putting gue gemas.

"Mass!" Gue dorong Mas Khai yang asyik nyusu.

"Lepasin ihh. Hampir ketahuan tauk gak." Gue marah.

"Kamu sih bangunin aku," Mas Khai mengerucut cemberut masih ndusel ke perut gue.

"Udah tidur lagi," kalau dituruti bisa sehari tiga kali dia minta.

× × ×

Kita pulang dengan pesawat yang sama tapi kali ini cuma gue, Mas Khai dan Bang Dio sekretaris Mas Khai yang baru gue temui lagi tadi di bandara.

Pandangan Bang Dio ke gue kali ini beda, tentu aja ada atmosfer yang berubah antara gue sama Mas Khai yang mungkin disadari sama cowok bermata bulat itu.

Ini karena Mas Khai selalu melingkarkan tangannya di pinggang gue dan gak segan mendaratkan kecupan di kepala gue sesekali.

Padahal dia sendiri kemaren bilang kalau hubungan ini rahasia. Hah tapi apa ini? Gue cukup tahu diri dengan pakek kacamata hitam begitu juga Mas Khai. Di Jepang banyak juga gue ketemu orang Indonesia soalnya.

"Kamu mau pulang kemana?" Mas Khai bertanya saat kita ada di dalam mobilnya. Kita mendarat di Cengkareng jam lima pagi.

Gue berpikir bentar, dengan bawaan gue yang begitu banyak karena Mas Khai beliin gue beberapa baju, sandal, dan tas dari beberapa luxury brand waktu kita di Tokyo gue gak mungkin ke apartemen Geeta.

SUDDEN BOUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang