C H A P T E R I X

842 132 49
                                    

Karena udah ada yg nanyain Mas Khai sama Kalla nih. Bom komen boleh banget loh.

- × × × -

"Jehan!" Pekik gue tertahan.

Mas Khai melepas pelukkannya pindah berdiri di samping gue, dia masih tenang.

Ke luar dari lift Jehan bilang sama temennya buat duluan aja, "Ntar gue nyusul, bro."

"Ngapain lo di sini?" Tanya gue ke Jehan yang gak ada angin gak ada ujan bisa-bisanya ada di gedung apartemennya Mas Khai.

"Dari tempat temen gue," jawab Jehan lalu beralih ke Mas Khai, "Siapa?"

Mas Khai liat ke gue, mempersilahkan gue buat jawab meski tatapan Jehan ke Mas Khai,

"Temen." Bullshit banget jawaban gue mana ada temen meluk-meluk kek Mas Khai.

Kenapa banget harus kegep Jehan dengan posisi kayak gitu. Biasanya juga gue sama Mas Khai masuk dari basement ini juga kenapa kita masuk dari lobby segala sih. Emang hari sial tuh gak pernah ada di kalender.

Jehan berdecak sinis, muka judes kita emang sepabrik sih, "Temen apaan nyosor-nyosor kayak gitu."

Dia narik gue dari samping Mas Khai, tapi Mas Khai dengan sigap juga mengencangkan pelukkannya di pinggang gue.

Kok malah jadi tarik-tarikan gini.

"Jangan kasar lo, bocah." Mas Khai gak terima.

Kita malah jadi buat keributan kecil di sini. Meski apartemen ini private banget tapi kan gak enak ganggu yang lain. Mana beberapa orang lewat natep kita lagi. Sebelum satpam dateng gue kudu bertindak.

"Udah kita ngomong di atas aja," gue menengahi Mas Khai dan Jehan yang saling adu tatap dengan Jehan yang megangin tangan kiri gue dan Mas Khai yang meluk pinggang gue.

Mas Khai membuka pintu apartemen, begitu masuk Jehan langsung, "Apartemen siapa nih?"

"Mas Khai," jawab gue sambil melepas heel gue dan ganti pakek sandal rumah. Mata Jaehan menyipit liatin gue.

"Khai?" Gumam Jehan. "Khailan Hananto?" Lanjutnya.

Sebagai pencinta bola harusnya sih Jehan tahu siapa Mas Khai sih.

"Iya," Mas Khai yang udah duduk di sofa ruang tengah menjawab.

"Mas, ini Jehan adek aku." Gue terpaksa memperkenalkan Jehan ke Mas Khai, terpaksa banget.

"Aku tahu," kata Mas Khai.

Gue gak tahu gimana Mas Khai bisa tahu Jehan, mungkin Geeta yang ngasih tau. Kalau Geeta jelas kenal banget sama satu-satunya adek gue ini.

Gue duduk di sisi sofa yang lain diikuti Jehan yang natep gue sama Mas Khai gantian. Otak gue ngeblank kalau dia bakal nanya yang macem-macem. Gue gak tahu harus jawab apa.

"Jadi lo selingkuh sama Mas Khai makanya mutusin Mavin?" Bisa-bisa Jehan pikir kek gitu.

"Lo ngomong dipikir dulu pakek otak gak sih?" gue masih jawab kalem.

SUDDEN BOUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang