C H A P T E R X I

941 133 58
                                    


"Mas, udah tidur?" Tanya gue yang saat ini menatap langit-langit kamar dengan tangan Mas Khai yang melilit posesif pinggang gue.

"Belom, kenapa? Hmm?" Gumam Mas Khai di atas rambut gue. Gue bisa ngerasain bibir dan hidung Mas Khai mengendusi rambut gue.

"Aku rasa kita harus mengakhiri ini sekarang," suara gue terdengar lirih dan gak yakin.

"Maksud kamu?" Mas Khai bangun menjadi duduk tegak, suaranya tegang.

Gue juga merubah posisi jadi duduk di hadapan Mas Khai sambil memegang selimut di dada yang menutupi tubuh telanjang gue sedangkan Mas Khai telanjang dari pinggang ke atas.

Menarik nafas dalam gue mulai berbicara, "Setelah Geeta tahu, Caleb tahu, dan Jehan tahu tinggal nunggu waktu aja sampai tunangan kamu atau orang tua kamu tahu."

Dan gue gak mau itu terjadi. Ketahuan Geeta aja udah buat gue merasa sangat bersalah. Sangat salah apalagi kalau inget tatapan menghakimi Geeta tadi ke gue sama Mas Khai. Gak pernah terbayang gue ada di situasi kayak gitu sebelumnya. Ketika gue nerima tawaran Mas Khai dulu harusnya gue mikirin konsekuensinya juga.

"Nina udah tahu lagian."

"Hah?" Sekali lagi kalimat yang diucapkan begitu santai dari Mas Khai bikin gue tercengang. "Gimana, Mas?"

Mas Khai mengambil tangan gue, mengenggam kedua telapak tangan gue yang terasa begitu kecil di telapak tangannya yang besar. Memastikan pandangan mata gue tepat ke manik hitamnya. Mas Khai ganteng selalu tampan apalagi kalau after sex gini, rambut berantakan dan muka puasnya.

"Aku sama Nina tunangan bukan karena kita saling suka atau mau." Gue diam, memastikan menjadi pendengar yang baik untuk mencerna ucapan Mas Khai yang terlalu mengejutkan buat gue.

"Perusahaan kita sama-sama kena dampak resesi global yang cukup berat dua tahun yang lalu. Dan waktu itu pertunangan aku sama Nina cukup menarik investor dan menaikan nilai saham. Kamu tahu kan Nina sosialita yang cukup well-known."

Gue mengangguk, "Iya." Kak Nina setahu gue emang circlenya artis-artis yang suka kumpul arisan dengan kehidupan hedon mereka. Bikin dia jadi cukup dikenal oleh publik.

Tapi kan gue tetep aja masuk dalam hubungan mereka sebagai pihak ketiga. Lagi pula tanggapan Geeta sama hubungan gue dan Mas Khai sama sekali gak welcome. Gue masih terngiang-ngiang sama tatapan matanya yang sinis kemaren.

"Tapi tetep aja kan Mas kamu bakalan nikah sama Kak Nina."

"Enggak juga." Mas membantah. "Aku sama Nina gak harus nikah. Apalagi sekarang perusahaan kita udah sama-sama settle."

Tetep aja gue masih merasa ganjil dan gak nyaman dengan status sebagai selingkuhan Mas Khai.

"Emang kamu gak ada feeling apa-apa sama Kak Nina selama ini?" Maksud gue mereka tunangan udah setahun lebih masa gak ada perasaan yang gimana-gimana. Apalagi mereka sering menghadiri acara-acara kayak kemaren itu bareng.

"Sama sekali. Cowoknya Nina temen aku juga." Ucapan Mas Khai yang terdengar ringan itu bikin gue shock.

"Mas, kamu tuh serius apa bercanda sih?" Gue masih gak percaya ini terlalu diluar ekspetasi gue.

SUDDEN BOUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang