3

200 22 0
                                    

Keesokan paginya, pemuda yang bermarga Jung itu menatap tidak percaya apa yang dilihatnya sekarang. Oh ayolah dia bangun hanya untuk ini? 

"Ngapain ngeliat Jaemin sampe segitunya? Udah mulai suka yah? " tanya Taeyong sambil terkekeh sedangkan Jaehyun hanya santai sambil membaca koran

"Ck, suka apanya yang ada menganggu tidur ku saja" sebal Jeno

"Ngapain dia datang pagi pagi kek gini? " sambungnya setelah duduk di sebelah bubu kesayangannya

"Pagi apanya sekarang sudah jam 10 dan dia datang karena daddy yang suruh" kali ini bukan papinya yang jawab melainkan daddy nya. Kalau Jaehyun yang bicara mana berani lagi Jeno protes

Sedangkan Jaemin, ia duduk di sebrang Jeno, terlihat ia masih mengumpulkan nyawanya

"Jadi pi, jika daddy yang suruh datang kenapa aku disuruh bangun?"tanya Jeno

"Karena......... " Taeyong menggantung ucapannya

Jeno dan jaemin menatap Taeyong menunggu jawaban. Sebernanya Jaemin datang tanpa tahu alasannya. Ia ditelepon dan segera datang ke kediaman Jung karena diperintah oleh Jaehyun untuk segera datang

"Kalian akan kencan!!!! " ucap Taeyong sambil menepuk tangan meriah

"Hah! " jawab Jeno dan jaemin

"Kenapa responnya seperti itu? Kalian memang harus sering kencan hitung hitung pdkt sebelum menikah" ucap Taeyong sambil tersenyum manis. Jaehyun mah cuma geleng geleng melihat kelakuannya kesayangannya itu. Yang penting dia senang kata bapak Jung Jaehyun

Sekarang tibalah mereka di dalam mobil menuju mall akibat dorongan Taeyong. Keduanya merasa tertekan tapi mereka bisa apa? Bisa nangis

"Ck" Jeno mendengus yang entah sudah keberapa kali

"Stop dengus, Jeno" ucap Jaemin sambil mengusap telinganya

"Ngatur lo" jawab Jeno

"Bukan ngatur tapi lo terus ck, ck, ck telinga gue jadi sakit dengarnya" sebal Jaemin

"Simple tutup aja telinga lo" jawab jeno

Jaemin menatap Jeno. Bener kata papi Taeyong bahwa Jeno itu suka bikin kesal

Saat tiba di lampu merah, dengan gerakan cepat Jaemin membuka sabuk pengaman nya dan mengukung Jeno secara tiba tiba

"Apa apaan lo?! " tanya Jeno yang posisi duduknya menjadi duduk tegak bersandar pada pintu

Jaemin senyum. Tangannya membelai pipi Jeno. Jeno hendak menepisnya tapi dengan cepat Jaemin menarik tangan Jeno menaruh tangannya diatas kepala lelaki itu

"Kau tau Jeno, lo itu manis. Tapi karena sifat yang lo tunjukan itu seolah olah lo adalah orang yang mendominasi maka sisi manismu menghilang begitu saja" ucap Jaemin, tangannya masih mengelus pipi kenyal Jeno

"Oh, jadi haruskah gue minta maaf ke lo karena sisi manis gue menghilang begitu saja gara gara sifat yang gue tunjukan? " jawab Jeno. Matanya menatap tajam Jaemin

Jeno mendengus "gue rasa ga perlu kan ?"

Jaemin senyum lalu mendekat dan membisikan sesuatu

"Berhentilah bersikap seolah kau adalah dominan-"

Jeno rasanya tersetrum bukan karena listrik tapi karena suara berat Jaemin yang terdengar mendominasi

"Karena suatu saat kau akan dibawahku Jeno"

Jeno mendesah pelan karena Jaemin mengulum dan mengigit kecil daun telinga Jeno

"Lihatlah bahkan sekarang kamu tidak bisa menolak. Coba jadi anak yang penurut Jeno" ucap Jaemin lalu kembali menyetir saat lampu lalu lintas berganti menjadi warna hijau

Sedangkan Jeno, wajah dan telinganya sudah sangat merah seperti kepiting rebus. Malu, itulah yang Jeno rasakan saat ini. Sungguh dimana sifat dominannya tadi. Sudahlah ia hanya bisa berdoa Jaemin melupakan hal tadi

ComfortableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang