"Makasih banyak, Noo. Kita jadi nggak pusing-pusing mikirin tugas pak Namjoon. Bisa diangsur juga bikinnya."
Semua teman sekelasnya mengucapkan terimakasih ke Sunoo. Bahkan ada yang memberikan snack gratis. Sunoo dianggap sebagai pahlawan karena menawarkan jasa joki tugas jamaah. Padahal ia tidak keberatan asalkan dibayar.
Sunoo tersenyum menanggapi perkataan teman sekelasnya. Kemaren malam, ia dan Jungwon menyelesaikan tugasnya. Setelah dihitung, ternyata ada lebih dari 20 soal. Meskipun bagi Sunoo mencari jawaban itu nggak masalah, tapi nyalinnya itu yang jadi masalahnya. Sunoo terbiasa berpikir cepat, sedangkan tugas harus ditulis sedemikian terstrukturnya.
Yap, matematika itu harus terstruktur. Itu kata dosennya.
Apalagi pak Namjoon akan memilih acak mahasiswa di kelasnya, jadi sebisa mungkin ia menuliskan jawaban rinci agar teman-temannya paham.
Ting!
Satu pesan masuk.
'Noo, di kelas?'
Pesan dari Riki. Salah satu teman seangkatannya. Tumben Riki mengiriminya pesan.
'Yes'
Tidak sampai semenit pesannya terkirim, Riki memanggilnya dari luar kelas.
Sunoo berjalan menghampiri.
"Kenapa, Ki?"
"Gue mau joki."Oh, joki toh.
"Buat kapan?"
"Empat hari lagi. Bisa nggak?"
"Tugas apaan?"
"Tugasnya pak Namjoon."
"Yang mana?"Riki memperlihatkan bukunya ke Sunoo. Ternyata soal yang sama dengan kelasnya. Sunoo tersenyum. Uang masuk tanpa harus bekerja.
Ia, Jungwon, dan Rei berada di kelas pend.A alias pendidikan A. Sedangkan Riki berada di kelas pend.B, sekelas dengan Minji. Dan matkul aljabar ini memang dipegang oleh pak Namjoon untuk dua kelas itu.
"Bisa sih seharusnya."
"Sip, berapa, Noo?"
"Buat sekelas kan? 200 rebu."
"Buat gue doang ini."
"Kaga percaya gue, pasti ntar lo contekin ke temen-temen lo."Riki terkekeh.
"Oke, 200 ya? Besok gue kasih uangnya. Gue minta sama anak kelas dulu."Sunoo mengangguk. Lalu kembali masuk ke kelas.
"Riki ngapain, Noo?"
Rei bertanya sambil menyalin jawaban dari tugas pak Namjoon. Saat ini mereka memang tidak ada jadwal karna matkul berikutnya dimulai 45 menit lagi.
"Joki tugas."
Sunoo menggerakkan jarinya di atas hp. Men-scroll layarnya. Sudah menjadi kebiasaan Sunoo kalau waktu senggangnya ia habiskan untuk 'cuci mata' di aplikasi belanja online.
"Winter kapan balik, Rei?"
Jungwon bertanya sambil mengkretek-kretekkan jari-jarinya. Terkadang Sunoo penasaran. Kenapa Jungwon bisa segampang itu membuat bunyi kretek di tubuhnya. Apa tidak sakit? Karena Sunoo pribadi sangat jarang melakukan itu. Kalau ia pegal, ia akan memanjakan diri di salon. Lulur sambil pijit.
"Bentar gue cek kalender dulu. Mmm dua minggu lagi dia balik."
Kalau Sunoo dan Jungwon berteman dari SMP karena mereka se desa, lain halnya dengan Rei dan juga Winter. Mereka mulai dekat saat hari pertama kuliah. Rei yang saat itu mengepang rambutnya dengan pita putih yang berjuntai ke bawah, sangat mencolok. Sedangkan Winter, ia berambut sebahu dengan jepit rambut bergambar tengkorak kepala sebesar buah anggur.
Melihat itu, Sunoo dan Jungwon memutuskan untuk menyapa duluan. Mereka butuh orang-orang unik seperti ini. Selain itu, Rei dan Winter adalah pribadi yang kuat. Rei yang tidak segan memukul atau mencubit siapa saja yang membuatnya kesal, tidak peduli apakah orang itu senior atau bukan. Contohnya saja, Rei pernah mencubit Soobin karena Soobin mengatakan sepatu yang dipakai Rei mirip sepatu neneknya. Kalau Winter, ia punya suara tinggi yang melengking. Jika ia kesal, ia akan berteriak. Tidak peduli di tempat umum sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Money First, Love You Later| Sunsun's Story
Storie d'amoreTitle: Money First, Love You Later Genre: romance, campus life, fantasy Rate: 18+ Real name Sinopsis: Kim Sunoo adalah mahasiswa biasa. Kelebihannya cuma satu, yaitu ia terlalu jenius. Kekurangannya yaitu ia mahasiswa kere yang punya life style ting...