9

614 95 14
                                    

Puluhan tahun yang lalu. Saat populasi manusia belum sebanyak sekarang. Saat bangunan di Ibu Kota belum sepadat sekarang. Saat teknologi, peradaban, dan pola pikir manusia belum semaju sekarang. Ada banyak orang yang berpikir bahwa mereka harus hidup, bagaimanapun caranya. Baik atau buruk, halal atau haram, aman atau bahaya. Mereka harus menempuh banyak sekali pengalaman, luka, trauma, bahkan kematian, supaya generasi penerus mereka bisa lebih maju dari pada mereka.

Puluhan tahun yang lalu, saat teknologi penunjang kehidupan belum ada, satu-satunya cara untuk menunjang kehidupan adalah ilmu. Bukan ilmu pengetahuan. Tetapi ilmu yang dimiliki oleh orang-orang tertentu yang bisa diwariskan kepada generasi berikutnya. Ilmu yang didapatkan dengan cara-cara bahaya. Ilmu yang disetiap penggunaannya selalu ada resikonya. Ilmu yang nantinya bisa membinasakan.

Puluhan tahun yang lalu. Di sudut suatu kota kecil, desa yang tak tersentuh, tak terhuni, dan tak dilewati, ada sekelompok manusia sedang melakukan suatu ritual, suatu kegiatan berkala yang bertujuan untuk memperdalam, mempertajam, dan memperkuat ilmu yang mereka miliki. Ilmu yang bisa membantu manusia sekaligus menghancurkannya.

Di desa kecil inilah tempat berkembangnya ilmu Proyeksi Astral atau dikenal dengan kata Jiwa Melayang. Proyeksi Astral adalah fenomena jiwa atau kesadaran yang terpisah dari tubuh fisik dan mampu melakukan perjalanan keseluruh penjuru dunia. Tetapi dalam kelompok ini, jiwa mereka bisa masuk ke dalam tubuh seseorang dan menguasai pikiran mereka.

Puluhan tahun yang lalu itu, sekelompok orang ini berjumlah sebelas orang. Dan terus berkurang karena harus menghadapi resiko berbahaya. Sampai suatu waktu, hanya bersisa seorang saja. Orang itu bernama pak Seo. Pak Seo termasuk orang yang sangat jarang menggunakan ilmunya. Ia menggunakannya hanya ketika terdesak dan darurat saja. Tetapi ketika umurnya semakin bertambah, fisiknya semakin lemah, ia mulai berpikir untuk menurunkan ilmunya kepada anak-cucunya.

Ilmu ini hanya bisa diturunkan kepada laki-laki saja satu pergenerasi. Maka dari itu, ia mulai meminta satu orang anak laki-lakinya dan satu orang cucu laki-lakinya untuk melakukan ritual menurunkan ilmu tersebut.

Selama hidupnya, ia menuliskan semua informasi penting ke dalam sebuah buku yang ia sebut dengan kitab Astral. Di sana, di bab terakhir kitab itu, tertulis bahwa, ilmu ini hanya bisa diturunkan sebanyak tujuh generasi saja. Setelah itu, ia akan hilang dengan sendirinya.

Dan Sunoo, adalah cucu laki-laki pada generasi ketujuh. Yang artinya, ia adalah pewaris terakhir ilmu Proyeksi Astral itu.

Dan pewaris terakhir adalah mereka yang kelak akan ikut hancur bersama ilmu itu.

Jika tidak bisa mengkontrol penggunaannya.
——————————————————————

Hari ini Sunoo sengaja berdiam diri saja di kamar kosnya. Ujiannya dimulai 4 jam lagi. Dan saat ini, ia harus melaksanakan tugas penting. Ia harus masuk ke raganya Yunah. Perempuan itu sudah membayar lunas dan juga sudah berjanji untuk tutup mulut. Ia hanya ingin lulus di matkul ini.

Yunah adalah mahasiswa semester 2 jurusan bahasa inggris. Sunoo sendiri lumayan bisa bahasa inggris, sehingga ia bisa dengan percaya diri mengisi lembar jawaban Yunah. Jikalau ia menemukan kesulitan, ia tinggal melihat saja ke teman Yunah yang lain.

Dari sudut kamarnya, Jungwon sedang menatap Sunoo dengan ekspresi kesal. Ini pertama kalinya Sunoo masuk ke raga orang lain selain Giselle. Jungwon takut Sunoo kenapa-napa.

"Lo yakin, Noo?"
"Sssttt, gue harus fokus."
"Lo nggak mau balikin duit dia aja? Cari cara yang lain aja buat dapatin duit, Noo."
"Sssttt lo diem deh."

Jungwon mendengus. Memakan cemilannya sambil memperhatikan Sunoo yang duduk di sofa, menutup mata, menghirup nafas dalam, menghembuskan perlahan, setelah itu diam. Mematung.

Tanda Sunoo sudah berpindah raga.

"Noo."

Hening

"Udah pindah lo?"

Hening

"Bangsat."

Jungwon tetap menatap raga Sunoo yang kaku di sofa sana. Selama Sunoo melakukan hal ini, ia tidak pernah sekalipun menyentuh raga kaku itu, ia penasaran. Apakah kalau ia mengguncang badan Sunoo, maka Sunoo akan kembali? Jungwon ingin membuktikannya, tapi ia juga takut. Bagaimana kalau tubuh Sunoo dipegang, jiwanya tidak bisa kembali?

Jungwon bergidik.

Cukup kejadian waktu itu saja jiwa Sunoo tak bisa kembali ke raganya. Jungwon tak ingin lagi.

Sunoo memang tidak pernah lama berpindah raga. Paling lama hanya 20 menit saja. Tetapi hal setelah itu yang jadi masalahnya. Sunoo akan terbatuk-batuk, kadang sesak nafas, kadang pusing serta muntah.

Jungwon kembali mengunyah. Matanya melirik jam dinding. Sudah sepuluh menit.

Jungwon tak munafik. Ia juga pernah menggunakan jasa Sunoo. Ia dan Sunoo selalu satu sekolah sejak SD. Dan mulai dekat sejak SMP. Mereka seperti saudara kembar. Dimana ada Sunoo di sana pasti ada Jungwon, begitupun sebaliknya. Bahkan ketika Sunoo lulus SNBP jurusan matematika pun, Jungwon juga ingin lulus jurusan itu. Makanya, Jungwon meminta Sunoo untuk masuk ke raganya saat ujian UTBK-SNBT kemaren. Supaya Sunoo bisa mengisi ujiannya dan membuatnya lulus jurusan yang sama dengan Sunoo.

And here they are.

Curang? Tentu saja. Tak jujur? Yaps, Jungwon akui itu. Tapi emang ada orang di zaman sekarang yang hidupnya jujur 100 persen? NO.

Makanya, sebagai ganti Sunoo yang sudah membantunya, ia ingin menjaga Sunoo. Ia ingin melindungi Sunoo dari orang-orang yang ingin memanfaatkannya. Jungwon selalu mewanti-wanti Sunoo supaya jangan sampai ada yang tau tentang rahasia besar Sunoo ini.

Tapi entah kenapa, Sunoo malah memberitahu Giselle.

Waktu itu, mereka ada pertemuan maba dengan senior. Setelah selesai, semuanya disuruh pulang.  Sunoo dibelikan sepeda oleh orangtuanya, sehingga ia pergi dengan sepeda dan membonceng Jungwon. Tapi ketika di dekat gerbang fakultas, Sunoo kehilangan kendali dan menabrak mobil terdekat. Mobil itu punya Giselle. Giselle minta ganti karna emang bagian depan yang ditabrak Sunoo penyok.

Sunoo maupun Jungwon tak punya uang.

Giselle mendesak.

Maka, muncullah gagasan itu. Sunoo dan Giselle membuat kesepakatan bahwa Sunoo akan bertanggung jawab atas semua ujian Giselle selama setahun. Tapi Giselle tak ingin melepaskan Sunoo begitu saja. Sehingga, dua semester ini, Giselle rela membayar mahal untuk tetap mendapatkan nilai bagus di ujian.

Dan Sunoo tak enak menolak.

Jungwon kembali melihat jam. Sudah dua puluh menit. Jungwon berdiri, mengambil minum dan tissu. Kalau-kalau Sunoo batuk terus muntah.

Blink!

Badan Sunoo bergerak. Ia membuka matanya.

"Noo."

Sunoo berdehem.

"Won."

Lalu ia tersenyum.

Semua sukses. Ujiannya dapat ia isi dengan lancar meskipun beberapa soal ia melihat punya teman Yunah.

"Lo baik-baik aja?"

Jungwon mendekat, memberikan air minum yang langsung diteguk Sunoo.

"Aman."

Jungwon mengernyit.

Setiap Sunoo selesai pindah dari raga Gissele, pasti akan ada efeknya.

Tapi kenapa sekarang baik-baik saja?

"Lo serius nggak ada ngerasain sakit atau apa?"

Bukannya Jungwon berharap Sunoo sakit, tapi ini terlalu aneh.

"Gue juga bingung kok gue bisa baik-baik begini ya."

Jungwon terdiam sebentar lalu mengangguk.
"Yuk lanjut belajar."
—————————————————————-

Hai-haii
Aku update lagi
Makasih udah mau baca, vote, dan komen story ini yaa🌸

Makasih juga atas masukan dan support kalian.

Happy reading!!

Money First, Love You Later| Sunsun's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang