KETOS • 4

238 12 0
                                    

Kaki Karina kini tengah diobati oleh dokter UKS. "Neng Karina kenapa bisa jatuh sih? Ada-ada aja masih pagi lho" ujar dokter sambil tertawa.

"Namanya juga musibah, gak ada yang tau" jawab Karina sambil mengeluh. Dokter semakin dibuat tertawa dengan jawaban Karina, benar sih kita manusia gatau kapan musibah akan datang.

"Lain kali jangat telat biar gak luka-luka kek gini" ujar dokter. Karina memutar bolanya melas, sepertinya satu sekolah Dacelis Academy tau kalau hobi Karina itu telat masuk sekolah.

"Iya dok, aku usahain gak telat lagi" Dokter tersenyum mendengar jawaban Karina. 5 menit berlalu, kaki Karina sudah diobati.

"Makasih dok!"

"Ya lain kali hati-hati ya neng" ujar dokter tersebut, Karina mengangguk sebagai jawabannya sebelum dirinya keluar dari UKS.

Gadis itu menaiki tangga dengan cepat untuk menuju ke kelas berikutnya. Namun, di tengah perjalanan ia bertemu dengan Jeno yang datang dari lawan arah. "Eh Jeno!"

"Karina? Lu telat lagi?" tanya Jeno.

"Haha..ya gitu deh"

Jeno menghela nafas sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Lain kali jangan telat dong..tau kan kalau telat nilai akademik lu ngaruh juga" ucap Jeno sambil mengusap kepala Karina.

Jujur Karina ingin lompat dari gedung sekarang, Jeno tiba-tiba saja mengelus kepalanya pelan. "Bang udah bang..." batin Karina. "Udah Jen, ish" ucap Karina sambil menepuk pelan tangan Jeno supaya tidak memegang kepalanya lagi.

Jeno terkekeh, "maaf, ya habis rambut lu berantakan" ujarnya. Lalu pandangan lelaki itu menuju ke kakinya yang dibalut perban, "kaki lu kenapa?"

"Oh? Tadi jatuh pas lari kesini..haha" ujar Karina sambil menggaruk kepalanya tidak gatal. Jeno yang mendengar itu mengangguk paham, "Lain kali hati-hati ya...lebih baik lagi kalau lu gatelat"

"Iya Jeno iyaa" Jeno dibuat tertawa, "Yasudah, gw duluan ya. Goodluck Rin!" ucap Jeno lalu berpamitan dengan Karina. Gadis itu melambaikan tangannya ke Jeno walaupun pemuda itu sudah membelakanginya.

"Yoloh gw pacarin langsung bisa gak sih?" Ucap Karina pelan. Lalu ia pun jalan ke kelas dengan wajah penuh senyuman sampai ditatap aneh oleh murid-murid yang lewat darinya.

"Kenapa tuh kakak?"

"Keserupan kali.."

< timeskip >

Kini Karina dan Giselle berada di area loker untuk meletakkan buku-buku yang sudah dipelajari dan menyiapkan buku untuk pelajaran berikutnya. "Lagian sih udah tau depan komplek lu lagi ada bangunan jalan, lihat-lihat makanya" ujar Giselle, Karina dibuat terkekeh.

Memang Giselle sudah seperti emak kedua setelah Yoona. Sahabatnya memiliki sifat keibuan yanh sangat tinggi sehingga Karina terlihat seperti anaknya sekarang. "Maaf mami Giselle"

"Musnah kau"

"Hi girls!" Giselle dan Karina menoleh ke sumber suara dan terlihat Jay datang menghampiri mereka. "Saha?" tanya Karina.

"Anjir lu gatau gw sama sekali? Gw kira kita udah kenal lama" ujar Jay sambil berpura-pura sakit hati.

"Lebay" lanjut Giselle. Jay dibuat sakit hati kalau ini.

"Okay, Anyways..kenalin gw Jay. Gw wakil ketua osis, dan gw satu angkatan sama kayak kalian" ujar Jay ke Karina dan Giselle.

"Oh..lu yang nabrak gw waktu itu ya?" tanya Giselle.

"Bingo!"

"Hah nabrak?" tanya Karina bingung. "Waktu itu gw mau ke ruang guru, terus manusia jerapah ini nabrak gw, mentang-mentang gw pendek dia gak liat gw" jelas Giselle.

"Gw gak mikir gitu ya..." ucap Jay yang tidak menerima ucapan Giselle.

"Terserah, anyways...lu butuh apa sama kita?" tanya Giselle. Karina kini melihat dua sejoli anak luar negeri bercakap, jadi begini anak Jakarta Selatan.

"Basically, gw cuman mau nyampein pesan ke Karina sih. Heeseung bilang lu jangan pulang sekolah dulu" ujar Jay. Karina menghela nafas, ia tau perilakunya sehingga mau tidak mau ia menerima konsekuensinya.

"Sedangkan lu...." Jay menunjuk ke arah Giselle.

"Bagi nomor WA dong, cantik"

Yang benar aja.

< timeskip >

Waktu sudah menunjukkan jam 3 sore dan Karina masih di sekolah, menyelesaikan hukuman yang diberikan oleh Heeseung. Gadis itu kini tengah mengepel toilet perempuan dekat lapangan.

Heeseung memerintahnya karena toilet tersebut sudah lama tidak dibersihkan, sehingga ia menyuruh gadis itu untuk membersihkannya. "Dasar ketos gatau diri, dikira gw babu apa?" tanya Karina kesal.

"Lho? Karina?"

Karina menoleh dan melihat Jeno yang sedang mengambil bola yang menggelinding tidak jauh dari lokasinya. "Jeno? Lagi ekskul?" Tanya Karina, diangguki oleh Jeno.

"Lu sendiri?"

"Biasa..hukuman" ucap Karina lalu ia melanjutkan aktivitas ngepelnya lagi. Jeno meletakkan bolanya, lalu ia menghampiri Karina.

Pemuda itu mengambil pel tersebut dari genggaman Karina. "Jen.."

"Biar gw aja, kaki lu lagi sakit bukan?" Karina terdiam.

"Tapi, kalau Heeseung lihat ini dia—"

"Dia gabakal tau tenang aja, dah sana lu duduk aja" ujar Jeno. Karina akhirnya pasrah dan ia memutuskan untuk duduk di atas rumput. Jujur saja, kakinya benar-benar nyutnyutan selama digerakin.

Karina menoleh ke Jeno, memandangi lelaki itu tengah mengepel toilet di lapangan itu. "Makasih ya Jeno, sorry repotin lu" ujar Karina. Jeno menoleh sekilas lalu ia kembali fokus dengan aktivitas mengepelnya, "Nggak papa, anything for you Karin"

Karina tersenyum lembut, gadis itu memalingkan wajahnya ke arah lain. Menyembunyikan wajah semu merahnya. Sore itu hati Karina dibuat sejuk oleh kehadiran Jeno.

Jeno membuat Karina semakin jatuh cinta.

To be continue

KETUA OSIS • HEERINA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang