"Hmm begitukah?" tanya Heeseung saat ia mendengar semua cerita dari Karina, dan gadis yang duduk di sampingnya hanya mengangguk paham.
"Kataku itu balik ke kamu sendiri. Bagaimana menurutmu jika kamu ingin menerima permintaan dia? Apakah kamu akan merasakan perasaan yang pahit saat menerima dia? Dia sudah menyakitimu, apakah kamu yakin kamu bisa?"
Karina mendengar semua pendapat Heeseung yang kini tengah senderan di bangku taman. "Kamu gak marah jika misalkan aku menerima permintaan Jeno?"
Heeseung yang sempat menutupi kedua matanya kembali membuka kedua kelopak matanya itu, "Asalkan dia nggak ngajak kamu buat sukain dia balik aku sih gapapa, aku bukan tipe orang yang cemburu"
Karina mengangguk paham, Heeseung menoleh ke gadis di sampingnya sebelum membawa gadis itu ke senderan di pundaknya. "Udah gausah dibawa ke pikiran kamu juga..kamunya nanti jadi overthingking sendiri"
Karina menghela nafas panjang, tentu ia harusnya tidak serius memikirkan ini. Heeseung mengelus pundak Karina yang bersenderan di sampingnya sebelum membuka suara,
"Ikutin dari suara hati kamu aja, lebih baik jujur daripada membohongi diri sendiri yang ujungnya akan meninggalkan bekas luka yang lebih dalam lagi"
Tidak lama setelah berdiam diri menikmati waktu berdua. Heeseung mulai berdiri dan merenggangkan tubuhnya sebelum mengulurkan tangannya ke Karina.
"Gausah dipikirin, yuk jalan"
Karina tersenyum sebelum ia menerima uluran tangan sang kekasihnya. Heeseung juga tersenyum sebelum ia mengusap kepala sang gadis yanh lebih pendek darinya.
"Semangat dong yang, jangan cemberut"
Karina terkekeh.
"Nggak cemberut kok, udah ih gausah acakin rambut. Mahal nih treatmentnya"
Heeseung terkekeh, "iya iya, dah yuk jalan siapa tau ada makanan yang enak disini" ucap Heeseung sebelum ia membawa Karina ke tenan-tenan makanan yang berada di taman itu, entah dalam bentuk acara apa yang pemerintah berikan.
Dan benar saja, setelah melihat makanan, fokus Karina langsung ke makanan dan melupakan kejadian yang menimpa dia sebelumnya. Heeseung senang melihatnya, tapi dari dalam dirinya ia harus tetap waspada.
.
.
Keesokan harinya, Karina dan Giselle berjalan di lorong untuk mengambil buku untuk kelas berikutnya. "Enaknya kemaren makan bareng, jadi irihh deh"
Giselle mengisengi Karina yang membuat gadis itu tertawa pelan. "Biasa aja sih, gausah dilebaykan" ucapnya. Giselle tertawa mendengarnya. Kedua gadis itu kembali melanjutkan jalan mereka di lorong sampai Karina bertemu dengan Jeno lagi.
Ia terdiam dan kembali mengingat ucapan Jeno kemaren sore. "Gimana jawaban lu?" tanya Jeno. Memang dari kemarin pemuda ini tidak bisa berhenti memikirkan jawaban Karina.
Karina yang dikenalnya adalah Karina periang tapi ia tau ia telah menyakitinya sehingga ia menjadi bersalah dan sudah membuat Karina menjadi dingin padanya. Giselle hanya terdiam dan ia tidak tau apa-apa.
Karina menghela nafas sebelum ia kembali menengok ke Jeno. "Maaf sebesar-besarnya Jeno, jika gw kembali seperti semula gw bakal merasakan hal yang lagi.." jawab Karina.
Jeno terdiam, "Tidak bisakah untuk memberikan gw kesempatan yang kedua?"
Giselle terkejut, "kesempatan kedua gimana maksudnya?" tanyanya. Jeno menoleh ke sahabat Karina. "Seperti dia saat masih menyukai gw" ujar Jeno sambil menoleh ke Karina.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETUA OSIS • HEERINA
Fiksi Penggemar[ ON GOING ] Kalau urusan pelanggaran sekolah seperti telat masuk dan membuat onar, pasti akan berurusan dengan osis. Karina, termasuk salah satu murid yang suka melanggar peraturan sekolah, karena sikapnya udah kelewatan dia pun akhirnya diawasi te...