[15]

2.2K 257 34
                                    

"Kamu pikir setelah kamu kasih 2 pilihan itu semua baik baik saja? kamu yakin setelah kalian melakukan pdkt semua selesai? kamu yakin bisa kasih ke Serena apa yang sudah dia kasih ke kamu? bukan masalah materi tapi perasaannya. Kamu siap bertanggung jawab atas perasaannya ?" tanya Andrew menggebu.

Hal itu membuat Alan diam, dia bahkan tidak memikirkan itu. Dia hanya ingin menjalaninya lebih dulu.

"Begini pak, saya memang tidak memahami yang bapak rasakan sebagai ayah anak perempuan. Tapi bukankah kita juga membutuhkan jawaban yang sama dari Nak Serena? bukankah dia juga harus menjawab kenapa memilih salah satu pilihan yang diajukan Alan. Bagaimana pandangannya kedepan?" balas Adji.

"Pak Adji bagaimana bisa sesimple itu? Serena jelas bakal memilih apa yang ia harapkan dari awal. Dia jelas jelas sudah menyukai Alan, bagaimana bisa dia menolak opsi yang jelas jelas akan memuaskan keinginannya?" kali ini perdebatan antar ayah tak terelakkan. Ria dan Elea sama sama paham untuk membiarkan para ayah menemukan titik terang.

"Maka dari itu pak, setelah Serena memilih itu bagaimana kalau ternyata tak sesuai harapannya?"

"Saya tidak memikirkan sepanjang itu pak, mungkin saya terdengar seperti membual. Tapi, semakin lama saya menggantungkan Serena bukankah lebih buruk? dengan saya menawarkan 2 opsi itu saya siap untuk mencoba. Kalau saya pada akhirnya tidak bisa menyukai atau bahkan mencintai Serena bagaimana? karena saya percaya semua usaha tidak menghianati hasil. Saya menawarkan karena saya mulai merasakan rasa interest ke Serena. Bukan semata mata saya kasian atau lainnya." potong Alan kemudian.

"Terus, kalau kamu tidak pernah menyukai Serena bagaimana?"

"Jelas saya yakin kamu tidak memiliki jawaban atas itu Alan. Kamu pasti akan membiarkan Serena jatuh dengan rasa sakitnya tanpa tau bagaimana cara menyembuhkannya. Brengsek itu namanya." tegas Andrew.

"Paa. Udahlah. Aku udah bilang ke dia kalau pada akhirnya tetap sama itu kan resiko aku juga. Aku tau kok kalau aku jatuh cinta aku juga harus siap sakitnya. Kalau om tanya bayangan aku waktu memilih salah satu pilihan Alan itu. Aku memilih berpacaran dulu karena setidaknya aku udah sempet sama dia, aku ada hak untuk menyingkirkan cewek yang berani dekat dekat. Kalau Alan nggak suka ya terserah, cuma mungkin itu akan jadi duel ke dua. Om tante jangan berpikir aku akan biarin Alan lepas begitu saja kalau sampai dia tidak berubah. Aku nggak bakal ngemis ngemis atau apapun itu. Aku udah bilang ke dia nggak ada kata putus. Tapi kita selesaikan di ring, sesuai perjanjian tak tertulis Hadden yang bakal maju kalau Alan masih seperti sebelumnya. Kami memulai dalam ring dan kita selesaikan ditempat yang sama."

"Aku bukan mengancam atau bagaimana om tante. Aku cuma mau rasakan yang katanya cinta monyet. Jadi jangan menyalahkan Alan. Untuk papa, aku tetep bawa Hadden kemanapun aku pergi sesuai peraturan. Papa takut aku kenapa napa kalau sama Alan kan? Hadden ada disana. Papa takut Alan brengsek? aku yang bakal hajar dia. Papa takut Alan akan bawa pengaruh buruk? Hadden yang maju. Papa jangan takut itu, atau takut aku sakit hati. Aku udah tau akhirnya aku bakal rasakan patah hati entah dalam waktu singkat atau panjang." jelas Serena pelan.

Kalimat terakhirnya membuat Mamanya berkaca, anaknya hanya mau seperti anak anak lain yang kenal lawan jenis. Dulu dia juga pernah muda pacaran dan ngedate kemana. Serena yang hidup dalam sangkar emas tak terlihat itu memang membuat Elea khawatir. Dulu Serena tak butuh seorang pacar karena ada Unclenya yang selalu menumpahkan rasa sayangnya bak seorang pasangan. Sekarang satu persatu unclenya pergi hanya bersisa Hadden. Serena merasakan rasanya puber.

"Nak Serena.. Apakah menyukai Alan memang sudah melekat nak? kalau nak Serena merasakan sakit sekarang. Berhenti, banyak yang lebih baik dari Alan dan lebih dari segalanya. Alan bahkan hanya menorehkan luka." ucap Ria pelan nan teduh.

Sense Of RythmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang